ACEH_03291
ACEH_03291 ACEH_03291
160 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U nesia. Terbentuklah berbagai-bagai lasykar rakyat di seluruh tanah air, yang dengan persenjataan yang minim hasil rampasan dari Jepang, dan persenjataan tradisional masing-masing berusaha sekuat tenaga melawan kehadiran penjajah kembali ke bumi Indonesia tercinta. A. Hasjmy yang memimpin Pesindo mendirikan lasykar rakyat bersama-sama dengan teman-teman seperjuangannya yang bernama Divisi Rencong. Bersama dengan divisidivisi lainnya seperti Divisi Gajah, Divisi Teungku Chik Payabakong, dan Divisi Teungku Chik Di Tiro digerakkanlah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia khususnya Daerah Aceh dari penjajah yang ingin berkuasa kembali. Demikianlah sekelumit sejarah perjuangan A. Hasjmy, yang sesungguhnya lebih banyak lagi yang tidak disebutkan di sini, sehingga beliau berhak pula menyandang bintang penghargaan atas jasa beliau sebagai veteran pejuang Republik Indonesia yang telah dianugerahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Setelah perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah Belanda selesai, Aceh tidak pernah diinjak lagi oleh penjajah Belanda. Bahkan Aceh merupakan daerah yang ikut memodali perjuangan kemerdekaan bangsa dengan menyumbangkan pesawat terbang pertama Dakota kepada Republik ini. Dengan pesawat terbang ini Republik Indonesia mampu memperlancar diplomasinya ke luar negeri dan mengusahakan biaya untuk perjuangan di luar negeri. Pesawat Dakota ini pula yang menjadi cikal bakal armada Garuda Indonesia yang begitu megah sekarang ini. Dalam masa permulaan kemerdekaan, Daerah Aceh diwarnai oleh pelbagai pertentangan pendapat sehingga terjadi berbagai konflik antara kaum ulama dan kaum uleebalang yang lazim dikenal dengan revolusi sosial. Setelah ini reda terjadi lagi perbedaan paham antara beberapa pemimpin Aceh dengan Pemerintah Pusat sehingga timbul suatu pergolakan yang dinamakan dengan Pemberontakan DI/TII. Pergolakan ini menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta benda. Sarana dan prasarana perhubungan rusak berat, laju perdagangan dan perekonomian mandek, pendidikan tertinggal, dan prasarana dan sarana kesejahteraan rakyat lainnya terhambat pembangunannya. Dengan berbagai usaha pendekatan yang dilakukan oleh para penguasa pada waktu itu, akhirnya tercapai suatu kesepakatan antara Pemerintah dan pimpinah DI/TII (Teungku Muhammad Daud Beureueh) untuk mengakhiri aksi menentang pemerintah ini. A. Hasjmy yang pada waktu itu (1957) telah menjadi Gubernur Aceh bersama-sama dengan Panglima Kodam I/Iskandar-
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 161 muda dan Kepala Kepolisian Aceh menandatangani "Ikrar Lamteh" dengan wakil-wakil dari pimpinan DI/TII. Ikrar Lamteh ini pada dasarnya berisi suatu tekad untuk menciptakan suasana damai dan kerukunan dalam masyarakat Aceh, sehingga pembangunan di segala bidang dapat berjalan lancar kembali. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia dapat terpelihara kembali dengan baik. Pada tahun 1959 Pemerintah Pusat mengeluarkan suatu keputusan yang amat penting bagi Daerah Aceh dan menghasilkan suatu momentum yang mendasar bagi pembangunan fisik dan spiritual di Aceh pada masamasa selanjutnya. Daerah Aceh dinyatakan sebagai suatu Daerah Istimewa yang memiliki otonomi yang luas di bidang agama, peradatan, dan pendidikan melalui Surat Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No. I/Missi/1959 yang mulai berlaku pada tanggal 26 Mei 1959. Suatu hal lain yang yang sangat mengagumkan dan memberi kesan yang dalam tentang luas dan jauhnya pandangan Bapak A. Hasjmy adalah dalam meletakkan batu dasar yang kokoh bagi kesejahteraan rakyat Aceh di masa depan. Dasar yang kokoh dan strategis tersebut adalah pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam masa peralihan Daerah Aceh dari darul harb ke darussalam, di mana hampir semua sarana dan prasarana untuk kesejahteraan hidup masyarakat dalam keadaan rusak parah, kebanyakan orang berpikir dan berupaya agar dalam waktu singkat sarana dan prasarana tersebut dapat diperbaiki, sehingga kehidupan ekonomi, perdagangan, pertanian, dan lain-lain menjadi pulih kembali. Langkah tersebut memang benar dan tepat, namun apabila perbaikan ini telah terlaksana siapa yang akan menikmati, memanfaatkan dan meneruskannya lagi bila rakyat Aceh tidak memiliki pendidikan dan kemampuan yang cukup untuk mengembangkannya. Sedangkan kekayaan potensial harus digali dan dikembangkan bagi kepentingan masyarakat dan bangsa. Aceh memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan terampil dalam jumlah dan jenis profesi yang banyak. Hal ini hanya mungkin dicapai melalui pendidikan, dan lembaga-lembaga pendidikan itu harus ada di Aceh sehingga mudah dijangkau oleh putra-putri Aceh yang pada waktu itu taraf kemampuan ekonominya masih rendah.
- Page 133 and 134: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 109 H
- Page 135 and 136: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 111 m
- Page 137 and 138: Asnawi Hasjmy, S.H. Dia Abangku-Aya
- Page 139 and 140: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 115 "
- Page 141 and 142: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 117 C
- Page 143 and 144: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 119 d
- Page 145 and 146: Dr. H. Alibasyah Amin, M.A. Ah' Has
- Page 147 and 148: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 123 a
- Page 149: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 125 P
- Page 152 and 153: 128 Dr. Siti Zainon Ismail itu. Mel
- Page 154 and 155: 130 Dr. Siti Zainon Ismail "Apa bol
- Page 156 and 157: 132 Dr. Siti Zainon Ismail dimusnah
- Page 158 and 159: 134 Dr. Siti Zainon Ismail Telah Ka
- Page 160 and 161: 136 H.S. Syamsuri Meitoyoso Ketika
- Page 162 and 163: Rachmawati Soekarno "Aku Serdadumu"
- Page 164 and 165: 140 Rachmawati Soekarno Oleh karena
- Page 166 and 167: 142 dr. Robby Tandiari, FICS Beliau
- Page 168 and 169: 144 dr. Robby Tandiari, FICS Walaup
- Page 170 and 171: 146 Dr. Baihaqi, A.K. tumbuh kata r
- Page 172 and 173: 148 Dr. Baihaqi, A.K. meningkat men
- Page 174 and 175: 150 Dr. Baihaqi, A.K. di kerongkong
- Page 176 and 177: 152 Dr. Baihaqi, A.K. Yang kecil-ke
- Page 178 and 179: 154 Dr. Baihaqi, A.K. meskipun jebo
- Page 180 and 181: 156 Teungku H. Soufyan Hamzah telah
- Page 182 and 183: 158 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Dar
- Page 186 and 187: 162 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Kep
- Page 188 and 189: 164 Dis. H. Athaillah Abu Lam-U Ala
- Page 190: 166 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U ten
- Page 194 and 195: 170 Teuku Alibasjah Talsya Temyata
- Page 196 and 197: 172 Teuku Alibasjah Talsya Setelah
- Page 198 and 199: 174 Teuku Alibasjah Talsya Sungguhp
- Page 200 and 201: 176 Teuku Alibasjah Talsya Yamada l
- Page 202 and 203: ] 78 Teuku Alibasjah Talsya Saya, y
- Page 204 and 205: 180 Teuku Alibasjah Talsya bertumpu
- Page 206 and 207: 182 Teuku Alibasjah Talsya Pesindo
- Page 208: 184 Teuku Alibasjah Talsya Orangnya
- Page 212 and 213: 188 Ike Soepomo menyelinap ketika b
- Page 214 and 215: 190 Ike Soepomo masuk ke rumah saki
- Page 216 and 217: 192 H. Badruzzaman Ismail, S.H. keh
- Page 218 and 219: 194 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Bah
- Page 220 and 221: 196 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Ace
- Page 222 and 223: 198 H. Badruzzaman Ismail, S.H. beb
- Page 224 and 225: 200 H. Badruzzaman Ismail, S.H. mak
- Page 226 and 227: 202 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Dal
- Page 228 and 229: 204 H. Badruzzaman Ismail, S.H. kit
- Page 230 and 231: 206 H. Badruzzaman Ismail, S.H. Unt
- Page 232 and 233: 208 H. Badruzzaman Ismail, S.H. c S
160 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U<br />
nesia. Terbentuklah berbagai-bagai lasykar rakyat di seluruh tanah air, yang<br />
dengan persenjataan yang minim hasil rampasan dari Jepang, dan persenjataan<br />
tradisional masing-masing berusaha sekuat tenaga melawan kehadiran<br />
penjajah kembali ke bumi Indonesia tercinta. A. Hasjmy yang memimpin<br />
Pesindo mendirikan lasykar rakyat bersama-sama dengan teman-teman<br />
seperjuangannya yang bernama Divisi Rencong. Bersama dengan divisidivisi<br />
lainnya seperti Divisi Gajah, Divisi Teungku Chik Payabakong, dan<br />
Divisi Teungku Chik Di Tiro digerakkanlah perjuangan mempertahankan<br />
Republik Indonesia khususnya Daerah Aceh dari penjajah yang ingin<br />
berkuasa kembali.<br />
Demikianlah sekelumit sejarah perjuangan A. Hasjmy, yang<br />
sesungguhnya lebih banyak lagi yang tidak disebutkan di sini, sehingga<br />
beliau berhak pula menyandang bintang penghargaan atas jasa beliau sebagai<br />
veteran pejuang Republik Indonesia yang telah dianugerahkan oleh Pemerintah<br />
Republik Indonesia.<br />
Setelah perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dari<br />
penjajah Belanda selesai, Aceh tidak pernah diinjak lagi oleh penjajah<br />
Belanda. Bahkan Aceh merupakan daerah yang ikut memodali perjuangan<br />
kemerdekaan bangsa dengan menyumbangkan pesawat terbang pertama<br />
Dakota kepada Republik ini. Dengan pesawat terbang ini Republik Indonesia<br />
mampu memperlancar diplomasinya ke luar negeri dan mengusahakan biaya<br />
untuk perjuangan di luar negeri. Pesawat Dakota ini pula yang menjadi cikal<br />
bakal armada Garuda Indonesia yang begitu megah sekarang ini.<br />
Dalam masa permulaan kemerdekaan, Daerah Aceh diwarnai oleh<br />
pelbagai pertentangan pendapat sehingga terjadi berbagai konflik antara<br />
kaum ulama dan kaum uleebalang yang lazim dikenal dengan revolusi sosial.<br />
Setelah ini reda terjadi lagi perbedaan paham antara beberapa pemimpin<br />
Aceh dengan Pemerintah Pusat sehingga timbul suatu pergolakan yang<br />
dinamakan dengan Pemberontakan DI/TII. Pergolakan ini menimbulkan<br />
banyak korban jiwa maupun harta benda. Sarana dan prasarana perhubungan<br />
rusak berat, laju perdagangan dan perekonomian mandek, pendidikan tertinggal,<br />
dan prasarana dan sarana kesejahteraan rakyat lainnya terhambat<br />
pembangunannya.<br />
Dengan berbagai usaha pendekatan yang dilakukan oleh para penguasa<br />
pada waktu itu, akhirnya tercapai suatu kesepakatan antara Pemerintah dan<br />
pimpinah DI/TII (Teungku Muhammad Daud Beureueh) untuk mengakhiri<br />
aksi menentang pemerintah ini. A. Hasjmy yang pada waktu itu (1957) telah<br />
menjadi Gubernur Aceh bersama-sama dengan Panglima Kodam I/Iskandar-