ACEH_03291
ACEH_03291 ACEH_03291
142 dr. Robby Tandiari, FICS Beliau terbaring lemah namun tersenyum melihat saya, seperti melihat kawan lama. Dalam situasi seperti inilah saya bertemu dengan Prof. Hasjmy. Dalam waktu sekejap, kadang-kadang kita bisa merasakan kehangatan, kebaikan, ketulusan hati, kebapaan seseorang dengan wajah yang selalu senyum dan jabatan tangan yang mantap bersahabat, mengingatkan saya kepada Bapak Soepardjo Roestam. Walaupun beliau pasti tidak mengenai siapa saya namun pancaran kehangatan penerimaannya terasa sekali. Bapak Hasjmy termasuk salah seorang yang mempunyai kepribadian luar biasa yang sangat langka. Karena kepribadiannya ini maka tidak heran, semua petugas dan perawat RS MMC menyayangi beliau dan pada gilirannya hal ini membantu proses penyembuhannya. Beberapa kali saya menjenguknya, selalu saja sambutannya ramah dan senyum tak pernah lepas dari wajahnya, walaupun saya tahu beliau dalam kondisi sakit. Melayani seorang pasien dan keluarganya di rumah sakit sangat sulit, khususnya pejabat dan mantan pejabat. Keadaan ini lebih sulit lagi kalau ada pejabat lain yaitu petugas staf atau pendamping beliau. Proses diagnosa dan pengobatan pasien di rumah sakit merupakan suatu proses manajemen yang rumit karena pada dasarnya merupakan koordinasi dari berbagai pelayanan, misalnya: pemeriksaan fisik dari dokter ahli; pemeriksaan dari laboratorium, analisis dokter ahli lab klinik; pemeriksaan radiologi, radiograper, dokter ahli radiologi; pelayanan makanan minuman, ahli gizi, dapur gizi; pelayanan keperawatan, staf bidang keperawatan; pelayanan farmasi, asisten apoteker, apoteker; pelayanan fisioterapi; pelayanan administrasi; dan seterusnya. Belum lagi kalau pasien tersebut perlu dioperasi. Pelayanan anestesiologi; pelayanan perawat khusus bedah; pelayanan dokter ahli bedah; pelayanan di recovery room; dan seterusnya Koordinasi pelayanan yang multifacet, padat karya dan padat teknologi ini tidak gampang dan di sana sini ada kalanya terdapat kelemahannya, dan sukar diterima pasien/keluarganya. Kesulitan pasien dapat dimengerti karena keadaan sakit dan kesakitan menyebabkan segala sesuatu menjadi tidak nyaman. Makanan terasa hambar
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 143 karena bumbu dan garam sengaja dikurangi, Darah kadang-kadang diambil dua kali karena instruksi susulan dari dokter setelah beliau melihat hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Keluhan pasien kadang-kadang dituangkan dalam bentuk amarah kepada petugas yang hampir pasti tidak dapat memberi penjelasan. Bapak Prof. Hasjmy tidak pernah mengeluh apalagi marah. Makanan yang hambarpun tetap dimakan, tidak habis memang, tetapi diusahakan untuk dimakan. Beliau sepertinya sudah maklum dari penjelasan sepintas, cepat dari dokter ahli yang mengobati beliau, bahwa makanan tersebut hambar dibuat untuk kepentingannya. Keluarga dan petugas pendamping Prof. Hasjmy rupanya terbawa oleh perangai beliau. Tidak pernah ada keluhan dan atau protes. Kalau keluarga atau pendamping beliau menginginkan sesuatu, mereka meminta secara baik dan halus pada karyawan yang melayani. Prof. Hasjmy, keluarga dan pendampingnya, rupanya penuh pengertian sifat pelayanan di rumah sakit yang rumit seperti tersebut di atas. Hal ini sangat dihargai oleh semua karyawan dan pimpinan Rumah Sakit. Berangsur-angsur keadaan Prof. Hasjmy membaik dan bisa dituntun berjalan-jalan keliling kamar. Sekali-kali beliau menulis, kadang-kadang larut malam, seperti yang disampaikan kepada saya. Temyata kemudian beliau menyusun sajak-sajak yang kemudian diterbitkan dengan judul Malam-malam Sepi di RS MMC. Buku karangan beliau ini secara khusus saya izinkan mencetak ulang dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada para karyawan RS MMC. Bagi para karyawan khususnya dokter dan perawat, tulisan-tulisan Prof. Hasjmy ini melebihi suntikan obat stimulan atau vitamin. Maklum perawat-perawat RS MMC disanjung sebagai "Bidadari-bidadari RS MMC". Saya sarankan kepada para karyawan agar bila ada pasien atau keluarga pasien marah-marah karena tidak senang dengan peraturan-peraturan yang berlaku di RS MMC atau terhadap pelayanan yang diberikan, agar membuka buku ini, membaca beberapa sajaknya akan terasa bahwa sajak-sajak ini berfungsi pula sebagai obat penenang dan pelipur lara. Karena hal-hal tersebut di atas, secara alamiah kemudian berkembang hubungan yang lebih baik dari seorang pasien dengan para perawat, para dokter dan saya sendiri.
- Page 116 and 117: 92 Dr. Abu Hassan Sham dan di beber
- Page 118 and 119: 94 Dr. Abu Hassan Sham taris Negara
- Page 121 and 122: Nurdin Abdul Rachman A. Hasjmy, Sal
- Page 123 and 124: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 99 ya
- Page 125 and 126: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 101 P
- Page 127 and 128: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 103 t
- Page 129 and 130: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 105 s
- Page 131 and 132: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 107 D
- Page 133 and 134: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 109 H
- Page 135 and 136: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 111 m
- Page 137 and 138: Asnawi Hasjmy, S.H. Dia Abangku-Aya
- Page 139 and 140: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 115 "
- Page 141 and 142: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 117 C
- Page 143 and 144: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 119 d
- Page 145 and 146: Dr. H. Alibasyah Amin, M.A. Ah' Has
- Page 147 and 148: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 123 a
- Page 149: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 125 P
- Page 152 and 153: 128 Dr. Siti Zainon Ismail itu. Mel
- Page 154 and 155: 130 Dr. Siti Zainon Ismail "Apa bol
- Page 156 and 157: 132 Dr. Siti Zainon Ismail dimusnah
- Page 158 and 159: 134 Dr. Siti Zainon Ismail Telah Ka
- Page 160 and 161: 136 H.S. Syamsuri Meitoyoso Ketika
- Page 162 and 163: Rachmawati Soekarno "Aku Serdadumu"
- Page 164 and 165: 140 Rachmawati Soekarno Oleh karena
- Page 168 and 169: 144 dr. Robby Tandiari, FICS Walaup
- Page 170 and 171: 146 Dr. Baihaqi, A.K. tumbuh kata r
- Page 172 and 173: 148 Dr. Baihaqi, A.K. meningkat men
- Page 174 and 175: 150 Dr. Baihaqi, A.K. di kerongkong
- Page 176 and 177: 152 Dr. Baihaqi, A.K. Yang kecil-ke
- Page 178 and 179: 154 Dr. Baihaqi, A.K. meskipun jebo
- Page 180 and 181: 156 Teungku H. Soufyan Hamzah telah
- Page 182 and 183: 158 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Dar
- Page 184 and 185: 160 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U nes
- Page 186 and 187: 162 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U Kep
- Page 188 and 189: 164 Dis. H. Athaillah Abu Lam-U Ala
- Page 190: 166 Drs. H. Athaillah Abu Lam-U ten
- Page 194 and 195: 170 Teuku Alibasjah Talsya Temyata
- Page 196 and 197: 172 Teuku Alibasjah Talsya Setelah
- Page 198 and 199: 174 Teuku Alibasjah Talsya Sungguhp
- Page 200 and 201: 176 Teuku Alibasjah Talsya Yamada l
- Page 202 and 203: ] 78 Teuku Alibasjah Talsya Saya, y
- Page 204 and 205: 180 Teuku Alibasjah Talsya bertumpu
- Page 206 and 207: 182 Teuku Alibasjah Talsya Pesindo
- Page 208: 184 Teuku Alibasjah Talsya Orangnya
- Page 212 and 213: 188 Ike Soepomo menyelinap ketika b
- Page 214 and 215: 190 Ike Soepomo masuk ke rumah saki
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 143<br />
karena bumbu dan garam sengaja dikurangi, Darah kadang-kadang diambil<br />
dua kali karena instruksi susulan dari dokter setelah beliau melihat hasil<br />
pemeriksaan penunjang lainnya.<br />
Keluhan pasien kadang-kadang dituangkan dalam bentuk amarah<br />
kepada petugas yang hampir pasti tidak dapat memberi penjelasan.<br />
Bapak Prof. Hasjmy tidak pernah mengeluh apalagi marah. Makanan<br />
yang hambarpun tetap dimakan, tidak habis memang, tetapi diusahakan<br />
untuk dimakan. Beliau sepertinya sudah maklum dari penjelasan sepintas,<br />
cepat dari dokter ahli yang mengobati beliau, bahwa makanan tersebut<br />
hambar dibuat untuk kepentingannya.<br />
Keluarga dan petugas pendamping Prof. Hasjmy rupanya terbawa oleh<br />
perangai beliau. Tidak pernah ada keluhan dan atau protes. Kalau keluarga<br />
atau pendamping beliau menginginkan sesuatu, mereka meminta secara baik<br />
dan halus pada karyawan yang melayani.<br />
Prof. Hasjmy, keluarga dan pendampingnya, rupanya penuh pengertian<br />
sifat pelayanan di rumah sakit yang rumit seperti tersebut di atas.<br />
Hal ini sangat dihargai oleh semua karyawan dan pimpinan Rumah<br />
Sakit.<br />
Berangsur-angsur keadaan Prof. Hasjmy membaik dan bisa dituntun<br />
berjalan-jalan keliling kamar. Sekali-kali beliau menulis, kadang-kadang<br />
larut malam, seperti yang disampaikan kepada saya. Temyata kemudian<br />
beliau menyusun sajak-sajak yang kemudian diterbitkan dengan judul<br />
Malam-malam Sepi di RS MMC.<br />
Buku karangan beliau ini secara khusus saya izinkan mencetak ulang<br />
dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada para karyawan RS MMC. Bagi<br />
para karyawan khususnya dokter dan perawat, tulisan-tulisan Prof. Hasjmy<br />
ini melebihi suntikan obat stimulan atau vitamin. Maklum perawat-perawat<br />
RS MMC disanjung sebagai "Bidadari-bidadari RS MMC".<br />
Saya sarankan kepada para karyawan agar bila ada pasien atau keluarga<br />
pasien marah-marah karena tidak senang dengan peraturan-peraturan yang<br />
berlaku di RS MMC atau terhadap pelayanan yang diberikan, agar membuka<br />
buku ini, membaca beberapa sajaknya akan terasa bahwa sajak-sajak ini<br />
berfungsi pula sebagai obat penenang dan pelipur lara.<br />
Karena hal-hal tersebut di atas, secara alamiah kemudian berkembang<br />
hubungan yang lebih baik dari seorang pasien dengan para perawat, para<br />
dokter dan saya sendiri.