02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 131<br />

bawah, celana hitam bersulam emas bertabur, baju baldu (kuning/hijau)<br />

bersulam emas bunga berpucuk, berselimpang di kedua bahu, berpending<br />

dan ije pinggang (kain samping).<br />

Ujung Batee terletak kira-kira 15 km dari pusat bandar. Di sini dulu<br />

tempat pendaratan pertama tentera Belanda dan Jepang. Dalam zaman perang<br />

dulu, perjalanan ke batas kota memakan waktu setahun karena terus<br />

diganggu oleh pejuang-pejuang tempatan. Kami ke sana diiringi oleh Prof.<br />

Ali Hasjmy, Pak Talsya, dan Tuanku Jalil pada 1 Februari, hari Kamis, ia itu<br />

sehari sebelum upacara pengislaman Harry dilangsungkan. Dari Ujung Batee<br />

untuk sampai ke Benteng (Kuta Inderapatra (Batu 25). Kami berkendaraan<br />

lagi selama 45 menit. Dari jauh kelihatan bekas benteng yang dulu ditempati<br />

oleh kerajaan HIndu-Budha. Beberapa nama lain kota Hindu ialah Inderapuri<br />

dan Inderapurwa. Ciri Hindu-Budha terbukti dengan bangunan berkubah<br />

yang menutupi permukaan telaga. Dalam zaman permusuhan dengan Portugis,<br />

Belanda, dan Jepang benteng ini juga merupakan kawasan pelindung<br />

utama. Di sini jugalah dulunya terletak Kuta Inong Balee (Benteng Wanita<br />

Janda), kini dikenali di Ladong, Kecamatan Darussalam. Terletak kira-kira<br />

tujuh kilometer dari Krueng Raya, di atas bukit menghadapi Krueng Raya<br />

yang sangat indah. Nama Inong Balee tidak dapat dipisahkan dengan Laksamana<br />

Kemalahayati. Nama ini turut dicatat oleh Marie Van Zegelen, dalam<br />

bukunya De Onde Glorie, sebagai Jenderal wanita Laksamana yang<br />

menewaskan Cornelis de Houtman pada tahun 1599. Wanita ini hidup dalam<br />

zaman pemerintahan Sultan Saidil Mukamil Alaidin Riayat Syah (1588-<br />

1604), sebagai Panglima Angkatan Laut, Kepala Rahasia Kerajaan dan<br />

Protokol Istana. Kami mendaki bukit kecil di Lam Reh. Di kawasan<br />

perkuburan itu dulu juga merupakan perkembangan pahlawan-pahlawan<br />

wanita. Dari atas bukit berbentang laut luas dengan debur ombak, dan bau<br />

asin yang meruap. Desir angin bagai mereka kibas layar bahtera para pejuang<br />

wanita di zaman lampau.<br />

Islam dan adat memang bagai tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan<br />

dan kebudayaan Aceh. Jelas Prof. Ali Hasjmy, "kita tidak menolak hal-hal<br />

yang membawa kesan keindahan, kerajinan dan ketenangan. Seni itu indah,<br />

ia dilahirkan oleh dasar keinsafan dan kemuliaan". Tidak heran, kesenian dan<br />

kraf tangan Aceh terus berkembang dan diperlakukan dengan seimbang.<br />

Untuk mengambil hati orang Aceh yang muslimin, Belanda menyadari<br />

hakikat ini. Kembali memperbaiki bangunan Masjid Ar Rahman yang pernah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!