02.06.2013 Views

ACEH_03291

ACEH_03291

ACEH_03291

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

102 Nurdin Abdul Rachman<br />

Pertama, di mana tempat beliau dalam sejarah Aceh dan sejarah<br />

Indonesia pada saat negara masih berada dalam keadaan tidak menentu?<br />

Dengan kata lain, apa peran yang telah dimainkannya di atas panggung<br />

sejarah Aceh dan Nasional dilihat dari segi politik?<br />

Kedua, apakah ada pengaruh terhadap jalannya proses sejarah Indonesia<br />

(dilihat dari segi regional) apabila beliau ikut "berpartisipasi" dalam<br />

"tuntutan berdarah" dalam memperjuangkan kembali otonomi Aceh yang di<br />

"rampas" oleh Kabinet Natsir?<br />

Ketiga, berapa besar peran dan keterlibatannya dalam mengembalikan<br />

hak-hak otonomi rakyat Aceh untuk dapat mengurus dirinya sendiri dalam<br />

suatu "keluarga" besar bangsa Indonesia? Dan banyak lagi pertanyaan yang<br />

perlu dikemukakan dalam upaya mencari jawaban atas beberapa perilaku<br />

(sikap) politik beliau yang kadangkala kurang dapat dipahami.<br />

Sebagaimana selalu terjadi pada seorang tokoh (apakah dia tokoh<br />

politik, budayawan, atau ulama), sedikit sekali tindakan-tindakan tokoh<br />

tersebut dapat dimengerti, apabila kita tidak mendapat penjelasan langsung<br />

dari yang bersangkutan sendiri.<br />

Dalam sejarah, kita hampir selalu tidak dapat menemukan jawaban<br />

terhadap tingkah laku aktor pembuat sejarah dalam hal-hal tertentu: apa<br />

motivasi tindakannya, apa tujuan yang ingin dicapainya. Dengan kata lain,<br />

"kerahasiaan" selalu menyelimuti seorang aktor sejarah: semakin besar peran<br />

yang dimainkannya di pentas sejarah semakin besar pula kerahasiaan yang<br />

menyangkut dengan segala perilaku politiknya.<br />

Dalam hubungan ini, contoh yang paling aktual adalah ikut sertanya<br />

beliau secara aktif dalam kampanye Golkar dalam Pemilihan Umum 1992<br />

yang lalu.<br />

Banyak pertanyaan yang muncul mengapa beliau melakukan hal tersebut?<br />

Apa motivasinya?<br />

Bukanlah lebih baik apabila beliau bersikap netral saja dan dengan<br />

demikian menjadi "orang tua" dan "sesepuh" masyarakat Aceh yang<br />

memang sudah begitu lama tidak mempunyai tokoh panutannya?<br />

Banyak pakar ilmu sosial berpendapat bahwa dalam setiap komunitas<br />

diperlukan adanya seorang figur sentral yang mempunyai kharisma sebagai<br />

"simbol" dari pada masyarakat itu. Figur tersebut hendaklah merupakan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!