ACEH_03291
ACEH_03291 ACEH_03291
Dr. Abu Hassan Sham Pengamat Sastra Melayu Klasik Aceh yang Gigih Mukaddimah Semacam ada suatu daya tarik magnet untuk saya berkunjung ke Aceh pada tahun 1980 dalam rangka meninjau teks kesusastraan Melayu Klasik. Aceh, selain dari Riau, memang memukau saya, hasil dari telaah mengenai kedua tempat itu, yang pada suatu masa dulu pernah mencipta sejarahnya sendiri. Aceh yang dipanggil sebagai Serambi Mekah itu pernah melahirkan pengarang-pengarang yang tersohor. Antara lainnya: Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Syekh Nuruddin Ar-Raniry, Syekh Abdul Rauf Al-Singkel (Syiah Kuala), Syekh Jalaluddin Tursany, Syekh Muhammad Ahmad Khatib, Syekh Jamaluddin, Syekh Abdullah Al-Asyi, Syekh Muhammad Zain, Syekh Abbas Kuta Karang, dan Syekh Daud Rumy. Tokoh yang ingin saya temui pada masa itu tidak lain tidak bukan adalah Prof. Ali Hasjmy, yang saya anggap adalah pewaris dan penerus kepada penulis-penulis Aceh zaman silam. Alhamdulillah, kesempatan itu terkabul. Dengan ditemani oleh Bapak Drs. Adnan Hanafiah (rekan semasa studi di Universiti Leiden, Belanda 1976/77), sayamengunjungi Bapak Prof. A. Hasjmy di rumahnya (yang kini menjadi Perpustakaan dan Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy) pada hari Sabtu, 17 Mei 1980, jam 4.30 petang. Pertemuan kali pertama itu amat mengesankan saya. Saya telah dihadiahkan beberapa buah buku karya beliau. Dua hari kemudian, saya mengunjungi beliau sekali lagi di kantor Majelis Ulama. Pertemuan pada tahun 1980 ini diikuti dengan pertemuan yang lain, termasuk di Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara, pada * Dr. ABU HASSAN SHAM, Jabatan Pengajian Melayu, Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti Malaya, Kuala Lumpur. ** A. Hasjmy, "Bahasa dan Kesusastraan Melayu di Aceh," dalam Sinar Darussalam, Jilid 106/107, 1980, h. 106-110. 88
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 89 25-30 September 1980 di Langsa, Aceh Timur, Pertemuan Hari Sastra LX di Kuantan, Pahang, 1987, Seminar Sejarah Negeri Pahang Darul Makmur, Apirl 1992, Simposium Serantau Sastra Islam di Brunei, November 1992, dan terakhir di Konvensyen Melaka Dalam Warisan Dunia, di Malaka, April 1993. Pertemuan-pertemuan tersebut telah mendekatkan saya dengan tokoh yang diperkatakan ini. Pengamat Sastra Melayu Klasik Walaupun ketokohan insan ini tersebar dalam beberapa lapangan karena beliau juga seorang ulama, seorang sejarawan, dan seorang seniman, tetapi di sini saya mau menonjolkan beliau sebagai seorang pengamat teks Melayu Klasik. Aceh memang terkenal telah melahirkan ramai pengarang dengan ribuan karya sama ada dikarang dalam bahasa Aceh maupun Melayu dan Arab. Ali Hasjmy telah mempergunakan teks-teks ini untuk kupasan maupun dijadikan sumber bagi menguatkan bukti-bukti sejarah. Antara teks-teks yang pernah diperkatakan oleh beliau ialah Sufinat Al-Hukkam, Hikayat Malem Dagang, Syarah Rubai Hamzah Fansuri, Idharul Haqq, Hikayat Putra Nurul A'la, Hikayat Perang Sabi, Qanun Al-Asyi, Hikayat Pocut Muhammad, dan lain-lain lagi. Suatu hal yang jelas beliau tidak mengulang lagi perbicaraan yang pernah dibuat oleh penulis Barat terutama penulis Belanda tetapi sebaliknya banyak membicarakan teks-teks yang jarang disentuh oleh penulis Barat. 1. Syarah Rubai Hamzah Fansuri Ia merupakan teks yang baru ditemui yang belum banyak dibicarakan oleh sarjana-sarjana lain. Beliau menemui naskah teks ini di Perpustakaan Dayah Tiro kepunyaan Teungku Muhammad Yunus Jamil. Teks ini kemudiannya diselenggarakan oleh beliau dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, 1976, dengan judul Rubai Hamzah Fansuri Karya Sastra Sufi Abad XVII. Teks ini membicarakan 39 buah rangkap syair Hamzah Fansuri. Dengan adanya syarahan terhadap syair (rubai) Hamzah Fansuri yang dilakukan oleh Syamsuddin Al-Sumatrani ini memberi bantuan yang amat besar bagi memahami puisi Hamzah Fansuri itu terutama yang berhubung dengan konsep dan kata-kata yang sukar dalam puisi Hamzah itu. Sepanjang yang diketahui inilah satu-satunya puisi Hamzah yang diberikan komentar oleh pengarang di zamannya sendiri. Syamsuddin dikatakan sebagai anak
- Page 61 and 62: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 37 ke
- Page 63 and 64: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 39 ke
- Page 65 and 66: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 41 La
- Page 67 and 68: telapan Puluh Tahun A. Hasjmy 43 IA
- Page 69 and 70: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 45 5,
- Page 71 and 72: Tabel 9 Delapan Puluh Tahun A. Hasj
- Page 73 and 74: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 49 ba
- Page 75 and 76: Delapan Puluh Tahun A, Hasjmy 51 "K
- Page 77: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 53 da
- Page 80 and 81: 56 Hardi, S.H. Setelah mempelajari
- Page 82 and 83: 58 Hardi, S.H. Adapun dialog antara
- Page 84 and 85: 60 Hardi, S.H. Singkatnya, pada har
- Page 86 and 87: 62 Hardi, S.H. Menteri Penerangan:
- Page 88 and 89: 64 Hardi, S.H. Sebaliknya, berkat b
- Page 90 and 91: 66 Hardi, S.H. Jika Dewan Revolusi
- Page 92 and 93: 68 Hardi, S.H. Demikian itulah kisa
- Page 94 and 95: Prof. Dr. Baharuddin Lopa, S.H. Men
- Page 96 and 97: Bismar Siregar, S.H. Profil Umat da
- Page 98 and 99: 74 Bismar Siregar, S.H. puasa walau
- Page 100 and 101: 76 Bismar Siregar, S.H Demikianlah
- Page 102 and 103: 78 Drs. Marzuki Nyakman selesaikan
- Page 104 and 105: 80 Drs. Marzuki Nyakman Saya dapat
- Page 106 and 107: 82 Drs. Marzuki Nyakman Dies Natali
- Page 108 and 109: 84 Drs. Marzuki Nyakman Dalam upaya
- Page 110 and 111: 86 Drs. Marzuki Nyakmar Merubah Nam
- Page 114 and 115: 90 Dr. Abu Hassan Sham murid dan pe
- Page 116 and 117: 92 Dr. Abu Hassan Sham dan di beber
- Page 118 and 119: 94 Dr. Abu Hassan Sham taris Negara
- Page 121 and 122: Nurdin Abdul Rachman A. Hasjmy, Sal
- Page 123 and 124: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 99 ya
- Page 125 and 126: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 101 P
- Page 127 and 128: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 103 t
- Page 129 and 130: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 105 s
- Page 131 and 132: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 107 D
- Page 133 and 134: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 109 H
- Page 135 and 136: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 111 m
- Page 137 and 138: Asnawi Hasjmy, S.H. Dia Abangku-Aya
- Page 139 and 140: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 115 "
- Page 141 and 142: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 117 C
- Page 143 and 144: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 119 d
- Page 145 and 146: Dr. H. Alibasyah Amin, M.A. Ah' Has
- Page 147 and 148: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 123 a
- Page 149: Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 125 P
- Page 152 and 153: 128 Dr. Siti Zainon Ismail itu. Mel
- Page 154 and 155: 130 Dr. Siti Zainon Ismail "Apa bol
- Page 156 and 157: 132 Dr. Siti Zainon Ismail dimusnah
- Page 158 and 159: 134 Dr. Siti Zainon Ismail Telah Ka
- Page 160 and 161: 136 H.S. Syamsuri Meitoyoso Ketika
Delapan Puluh Tahun A. Hasjmy 89<br />
25-30 September 1980 di Langsa, Aceh Timur, Pertemuan Hari Sastra LX di<br />
Kuantan, Pahang, 1987, Seminar Sejarah Negeri Pahang Darul Makmur,<br />
Apirl 1992, Simposium Serantau Sastra Islam di Brunei, November 1992,<br />
dan terakhir di Konvensyen Melaka Dalam Warisan Dunia, di Malaka, April<br />
1993. Pertemuan-pertemuan tersebut telah mendekatkan saya dengan tokoh<br />
yang diperkatakan ini.<br />
Pengamat Sastra Melayu Klasik<br />
Walaupun ketokohan insan ini tersebar dalam beberapa lapangan karena<br />
beliau juga seorang ulama, seorang sejarawan, dan seorang seniman, tetapi<br />
di sini saya mau menonjolkan beliau sebagai seorang pengamat teks Melayu<br />
Klasik. Aceh memang terkenal telah melahirkan ramai pengarang dengan<br />
ribuan karya sama ada dikarang dalam bahasa Aceh maupun Melayu dan<br />
Arab. Ali Hasjmy telah mempergunakan teks-teks ini untuk kupasan maupun<br />
dijadikan sumber bagi menguatkan bukti-bukti sejarah. Antara teks-teks<br />
yang pernah diperkatakan oleh beliau ialah Sufinat Al-Hukkam, Hikayat<br />
Malem Dagang, Syarah Rubai Hamzah Fansuri, Idharul Haqq, Hikayat<br />
Putra Nurul A'la, Hikayat Perang Sabi, Qanun Al-Asyi, Hikayat Pocut<br />
Muhammad, dan lain-lain lagi. Suatu hal yang jelas beliau tidak mengulang<br />
lagi perbicaraan yang pernah dibuat oleh penulis Barat terutama penulis<br />
Belanda tetapi sebaliknya banyak membicarakan teks-teks yang jarang disentuh<br />
oleh penulis Barat.<br />
1. Syarah Rubai Hamzah Fansuri<br />
Ia merupakan teks yang baru ditemui yang belum banyak dibicarakan<br />
oleh sarjana-sarjana lain. Beliau menemui naskah teks ini di Perpustakaan<br />
Dayah Tiro kepunyaan Teungku Muhammad Yunus Jamil. Teks ini<br />
kemudiannya diselenggarakan oleh beliau dan diterbitkan oleh Dewan<br />
Bahasa dan Pustaka, 1976, dengan judul Rubai Hamzah Fansuri Karya<br />
Sastra Sufi Abad XVII. Teks ini membicarakan 39 buah rangkap syair<br />
Hamzah Fansuri.<br />
Dengan adanya syarahan terhadap syair (rubai) Hamzah Fansuri yang<br />
dilakukan oleh Syamsuddin Al-Sumatrani ini memberi bantuan yang amat<br />
besar bagi memahami puisi Hamzah Fansuri itu terutama yang berhubung<br />
dengan konsep dan kata-kata yang sukar dalam puisi Hamzah itu. Sepanjang<br />
yang diketahui inilah satu-satunya puisi Hamzah yang diberikan komentar<br />
oleh pengarang di zamannya sendiri. Syamsuddin dikatakan sebagai anak