ACEH_03643

an itu (47 km«), pada ketika itu ditaksir sejuta guldens. Pénye­
lesaian perhubungan yang disebut terakhir itu, baik dari sudut
ekononi naupun pertiabangnn politik, haruslah diberikan priori-
tasnya.
akhir sekali dijelaskan, bahwa jaringan jalan-jalan per­
usahaan damar dan terpentin negara di dalara wilayah Takêngon
yang sudah diteruskan jauh ke lembah Isa', sudah sebagian besar
pula yang disiapkan arak ke Blangkejerèn. Juga dikandung maksud
untuk meneruskan jaringan jalan-jalan dari Takêngon ke dataran
tinggi Tanah Karo, akan tetapi hal ini, dengan eendirinya, ter-
gantung kepada keadaan selanjutnya yang akan ditampung oleh per-
us naan ini, terutama sekali timbul pertanyaan: pabila dan bagai-
mana areal pohon tusam di dalam wilayah Gayo Luös akan dieksploi-
t i r .
a 5, Perkembangan budaya.
Mengenai perkembangan pendidikan di daerah Aceh, setelah
diumumkan angka-angka terbaru dalam buku residen Jongejans (hal.
249-267) ( + ) akan saya singkatkan sa.ja.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa perkembangan pendidik­
an berangsur-angsur telah menjadi baik setelah membaiknya keadaan
keuangan se jak tahhn 193^. Baik sekolah-sekolah desa (-volksschool
dengan 3 kelas) naupun sekolah-sekolah sambungan (=vervolgschool
dengan 5 atau 6 kelas) dan sekolah-sekolah Belanda Indonesia
(=ÏÏollands Inlandse School dengan 7 kelas) mengalami penambahan
yang torus-menerus.
'khir tahur '1939 ber jumlah sekolah-sekolah pemerintah
dan kenegerian di dalam daerah leeh: 1 sekolah M.B.L.O., k seko­
lah r*ndah Sropah (Europese Lager School), 1 sekolah Ambon khu-
sus, 8 sekolah H.T.S., k$ sekolah sambungan, 3^8 sekolah rakyat
dan 1 sekolah tukang. Se jak itu terus juga terdapat penambahan-
nya.
Masa pérkembangannya itu, dibandingkan dengan kehausan
akan pendidikan, tidak serompak jalannya. Pelaksanaan "rencana
(+ s
.."Land en volk van Pt joh, vroeger ten'hu". •. =nenenhuskajtt3_-_