Bab I - III
Bab I - III
Bab I - III
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
isi, yang nantinya unsur bunyi dan unsur lambang dimasukkan ke dalam aspek<br />
(konvensi) bentuk dan unsur isi dimasukkan ke dalam aspek (konvensi) isi<br />
(Granoka dalam Sukrawati, 1987:77).<br />
Geguritan dalam pembacaan maupun penciptaannya diikat oleh suatu<br />
aturan yang disebut dengan padalingsa di satu pihak, dan di pihak lain karena<br />
geguritan itu terikat dengan isinya, sehingga sering tidak tepat pemilihan dan<br />
pemakaian katanya untuk memenuhi aturan padalingsa tersebut (Ginarsa,<br />
1980:v). Oleh sebab itu, antara konvensi bentuk dan isi secara bersama-sama atau<br />
sendiri-sendiri mempengaruhi pemilihan kata atau diksi dalam karya sastra<br />
geguritan.<br />
Sebagaimana diketahui, pupuh diikat oleh padalingsa, yaitu banyaknya<br />
baris dalam tiap bait, banyaknya suku kata dalam tiap baris dan bunyi akhir setiap<br />
baris dan setiap pupuh mempunyai aturannya sendiri-sendiri. Geguritan<br />
Kasmaran, sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan menggunakan satu<br />
jenis pupuh, yaitu pupuh sinom, dengan aturan sebagai berikut<br />
i--------a, ii--------I, iii--------a, iv--------I, v--------I, vi--------u, vii--------a, viii-----<br />
---I, ix----u, x--------a.<br />
Maksud dari padalingsa di atas adalah, bahwa pupuh sinom itu terdiri atas<br />
sepuluh baris, masing-masing baris memiliki jumlah suku kata yang beragam.<br />
Baris pertama terdiri atas delapan suku kata, baris keduan terdiri atas delapan suku<br />
kata, baris ketiga terdiri atas delapan suku kata pula, sampai baris kedelapan<br />
umumnya terdiri dari delapan suku kata. Baris kesembilan terdiri atas empat suku<br />
kata, dan baris kesepuluh terdiri atas delapan suku kata. Kemudian, bunyi akhir<br />
11