laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
Gambar 7.10<br />
persentase penduduk yang<br />
menggunakan biomasa untuk<br />
memasak (%)<br />
sumber:<br />
Data diolah dari susenas 1989,<br />
1992, 1995, 1998, 2001, dan<br />
2004 dalam statistik <strong>indonesia</strong>,<br />
berbagai tahun terbitan, badan<br />
pusat statistik; Data tahun 2004<br />
merupakan persentase penduduk<br />
pengguna kayu untuk memasak,<br />
penerangan, dan transportasi<br />
(tidak hanya untuk memasak).<br />
78<br />
pembakarannya. Jumlah penduduk yang menggunakan bahan bakar kayu dan arang untuk keperluan memasak<br />
baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan secara rata-rata mengalami penurunan dari 87,4 persen pada<br />
tahun 1971 menjadi 70,2 persen pada tahun 1989. sedangkan penggunaan bahan bakar listrik, gas, dan<br />
minyak tanah mengalami peningkatan dari 0,1-11,7 persen pada tahun 1971 menjadi 0,7-26,8 persen pada<br />
tahun 1989.<br />
penurunan penggunaan kayu bakar dan arang untuk memasak terus berlangsung hingga tahun 2001<br />
menjadi sebesar 44,1 persen. meskipun demikian, penggunaan kayu bakar dan arang selain untuk memasak<br />
ternyata memiliki persentase yang cukup signifikan. Berdasarkan data Susenas tahun 2004, diketahui bahwa<br />
persentase penduduk yang menggunakan jenis bahan bakar ini untuk memasak, penerangan, dan transportasi<br />
masih mencapai 47,52 persen.<br />
7.1.3. tANtANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN<br />
GREEN ENVIRoNMENT<br />
beberapa faktor penyebab penurunan<br />
80<br />
luas tutupan hutan di <strong>indonesia</strong> antara<br />
70<br />
lain adalah kebakaran hutan dan lahan,<br />
60 70.17 66.08<br />
perambahan hutan, pembalakan liar (illegal<br />
50<br />
59.65<br />
logging), konversi hutan, dan pengelolaan<br />
52.11<br />
40<br />
hutan yang tidak lestari. kebakaran hutan<br />
44.05 47.52<br />
30<br />
merupakan masalah utama dan penyebab<br />
20<br />
kerusakan hutan di <strong>indonesia</strong> saat ini.<br />
10<br />
kebakaran hutan dan lahan tahun 2006<br />
merupakan salah satu kebakaran hutan<br />
0<br />
1989 1992 1995 1998 2001 2004 yang terbesar setelah kebakaran serupa<br />
pada tahun 1997/1998. kebakaran ini<br />
bukan hanya terjadi di kawasan hutan melainkan juga di areal perkebunan milik masyarakat maupun milik<br />
perusahaan perkebunan. kebakaran hutan dan lahan bukan hanya menyebabkan menurunnya potensi sumber<br />
daya hutan melainkan juga berdampak terhadap perkembangan perekonomian secara nasional. kebakaran<br />
hutan dan lahan juga berdampak pula terhadap menurunnya kualitas udara akibat asap yang ditimbulkan<br />
sehingga menurunkan tingkat kesehatan masyarakat dan terganggunya sarana transportasi.<br />
selain kebakaran hutan, pembalakan liar merupakan penyebab terjadinya penurunan potensi sumber daya<br />
hutan di <strong>indonesia</strong>. penurunan potensi kayu dari hutan alam tampaknya akan terus berlanjut, mengingat<br />
kebutuhan kayu bulat di <strong>indonesia</strong> sangat tinggi. Hal ini terlihat dari tingginya kesenjangan antara bahan<br />
baku kayu yang dibutuhkan oleh industri kayu dengan kemampuan hutan produksi menyuplai kayu bulat<br />
untuk kebutuhan industri tersebut. kesenjangan pasokan kayu bulat inilah yang menyebabkan maraknya<br />
pembalakan liar di <strong>indonesia</strong>. pemerintah semakin mengalami kesulitan mengendalikan praktek pembalakan<br />
liar, mengingat kompleksitas permasalahan yang harus tangani seperti lemahnya penegakan hukum terhadap<br />
kejahatan kehutanan di <strong>indonesia</strong> dan isu kondisi sosial ekonomi masyarakat kawasan hutan.<br />
isu sosial ekonomi didominasi oleh kondisi kemiskinan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan,<br />
sebagai salah satu faktor pemicu tidak dapat dikendalikannya pemanfaatan hutan berupa kayu. pada tahun<br />
2003 terdapat sekitar 10 juta masyarakat miskin di dalam dan sekitar kawasan hutan. isu ini sebenarnya<br />
lebih pada permasalahan kepentingan masyarakat miskin dan kaya terhadap hutan. isu orang miskin merusak<br />
hutan atau sebagai pelaku pembalakan liar masih diperdebatkan, terutama jika dikaitkan dengan orang kaya<br />
yang mendanainya (cukong). karena itu, orang miskin tidak serta merta dapat dipersalahkan sebagai faktor<br />
dominan terjadinya pembalakan liar. tindakan hukum yang tegas diperlukan untuk memberantas para cukong,<br />
perantara, dan pelindungnya. kerusakan hutan terjadi pula akibat perambahan hutan, yang sebagian besar<br />
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan pertanian/perladangan. perambahan hutan dilakukan<br />
oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.<br />
untuk memenuhi kebutuhan lahan dalam pembangunan sektor non-kehutanan, khususnya pertanian/<br />
perkebunan, konversi hutan merupakan salah upaya yang dilakukan. konversi hutan merupakan pengubahan