laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
Gambar 5.1<br />
proyeksi <strong>pencapaian</strong> angka<br />
kematian ibu (aki), nasional,<br />
tahun 2005-2025 (dalam<br />
100.000 kelahiran hidup),<br />
sumber:<br />
sDki (1994, 1997, 2002-2003),<br />
skrt (1986, 1992, 1995)<br />
56<br />
Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 72,41<br />
persen pada tahun 2006 (susenas). persalinan ini sangat mempengaruhi angka kematian ibu dan bayi<br />
sekaligus.<br />
penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (30%), eklampsia (25%), partus lama (5%), komplikasi<br />
aborsi (8%), dan infeksi (12%). resiko kematian meningkat, bila ibu menderita anemia, kekurangan energi<br />
kronik dan penyakit menular. aborsi yang tidak aman bertanggung jawab pada 11 persen kematian ibu di<br />
<strong>indonesia</strong>. aborsi yang tidak aman ini biasanya terjadi karena kehamilan yang tidak inginkan (unwanted<br />
pregnancy).<br />
kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan. pada<br />
tahun 1997, tingkat pemakaian kontrasepsi pada perempuan kawin usia 15-49 tahun hanya 57,4 persen,<br />
yang meningkat menjadi 60,3 persen pada tahun 2002-2003 (sDki 2002-2003). sementara itu unmet need<br />
pada tahun 2002-2003, masih sekitar 8,6 persen. pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin usia 15-49 ini,<br />
cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Jika merujuk pada data susenas (1992-2006)<br />
maka selama kurun waktu 13 tahun pemakaian kontrasepsi pada perempuan kawin usia 15-49 tahun hanya<br />
meningkat 7,4 persen (lihat gambar 5.3).<br />
resiko kematian ibu semakin besar dengan adanya anemia, kekurangan energi kronik (kek), dan penyakit<br />
menular seperti malaria, tuberkulosis (tb), hepatitis, serta Hiv/aiDs. pada tahun 1995, misalnya, prevalensi<br />
anemia pada ibu hamil mencapai 51 persen dan pada ibu nifas 45 persen. sementara pada tahun 2002<br />
terdapat 17,6 persen wanita usia subur yang menderita kek. tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,<br />
faktor budaya, akses terhadap sarana kesehatan, transportasi, dan tidak meratanya distribusi tenaga terlatih<br />
--terutama bidan-- juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian ibu.<br />
a k i pe r 100.000 k e lahiran H idup<br />
500<br />
400<br />
300<br />
200<br />
100<br />
0<br />
1980<br />
1985<br />
450<br />
estimasi aki dari survei<br />
1990<br />
425<br />
390<br />
373<br />
334<br />
1995<br />
2000<br />
target rpJm<br />
226<br />
Lebih lanjut, meskipun dalam uu nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menggariskan bahwa batas usia<br />
minimal menikah untuk perempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun, namun data susenas<br />
2006 menunjukkan bahwa 12,56 persen wanita berumur 10 tahun ke atas menikah pertama kali pada usia<br />
15 tahun ke bawah. sementara mereka yang menikah pertama kali pada usia 16 tahun (batas usia legal<br />
untuk menikah) hanya 9,84 persen. pernikahan usia dini seperti ini berimplikasi pada peningkatan jumlah ibu<br />
melahirkan di usia yang sangat muda dan pada akhirnya meningkatkan risiko kematian ibu. pernikahan dini<br />
ini juga menyebabkan perempuan terpaksa putus sekolah karena dia harus mengurus keluarga.<br />
5.1.3. tANtANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN<br />
penurunan angka kematian ibu sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang justru berada di luar sektor<br />
kesehatan. Hal ini disebabkan oleh status kesehatan manusia yang bukan hanya dipengaruhi oleh sektor<br />
kesehatan, melainkan juga faktor-faktor lain (determinan) seperti lingkungan fisik (prasarana), lingkungan<br />
sosial ekonomi, serta lingkungan budaya dan politik. Determinan lain adalah sifat-sifat yang melekat pada<br />
genetik individu, perilaku, serta gaya hidup. Dengan demikian, untuk menghadapi tantangan tersebut,<br />
diperlukan upaya yang sistematis dan terfokus.<br />
307<br />
262<br />
2005<br />
proyeksi pemerintah<br />
207<br />
163<br />
129<br />
2010<br />
target mDg<br />
102<br />
2015<br />
2020<br />
102<br />
2025