01.06.2013 Views

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />

Gambar 3.6<br />

perkiraan tingkat Daya<br />

beli kelompok perempuan<br />

dibandingkan dengan kelompok<br />

Laki-laki, nasional, tahun 1999-<br />

2004 (dalam usD)<br />

sumber:<br />

Human Development report<br />

(unDp, 2001-2006)<br />

Gambar 3.7<br />

proporsi perempuan dalam<br />

Lembaga-Lembaga publik<br />

melalui Lembaga Legislatif di<br />

tingkat nasional, provinsi, dan<br />

kabupaten/kota, Dalam tiga<br />

periode berjalan tahun 1992-<br />

2009 (dalam %)<br />

sumber:<br />

komisi pemilihan umum (2005)<br />

44<br />

3,780 4,026<br />

4,161 4,161<br />

1,929 2,053 2,138 2,138<br />

4,434 4,963<br />

2,289 2,257<br />

1999 2000 2001 2002 2003 2004<br />

1992-1997 1999-2004 2004-2009<br />

Periode<br />

periode 1992-1997 yang masih pada kisaran 12,5<br />

persen. pada periode 2004-2009 proporsi perempuan<br />

dalam lembaga legislatif terus menurun hingga<br />

mencapai 11,3 persen. Jika dilihat berdasarkan<br />

provinsi, proporsi perempuan di parlemen yang<br />

tertinggi (lebih besar dari 15 persen) hanya terdapat<br />

di lima provinsi yaitu sumatera selatan (15,4 persen),<br />

Lampung (15,6 persen), kalimantan tengah (15,6<br />

persen), sulawesi utara (17,8 persen), dan sulawesi<br />

tengah (16,3 persen).<br />

kondisi serupa terjadi di lembaga eksekutif. partisipasi<br />

perempuan, yang ditunjukkan oleh statusnya sebagai<br />

pegawai negeri sipil (pns), juga tidak lebih baik<br />

daripada di lembaga legislatif. Dari seluruh jumlah<br />

pns, proporsi perempuan hanya sekitar 42 persen.<br />

pada tahun 2006, sebagian besar pns perempuan<br />

berpendidikan setingkat sma/ma, yaitu sekitar<br />

15,28 persen dari total jumlah pns (3,6 juta orang).<br />

sementara proporsi pns laki-laki berpendidikan<br />

sma/ma lebih besar, yakni sekitar 21,16 persen. pns<br />

perempuan berpendidikan strata-3 hanya sekitar 0,05<br />

persen. Hanya pns perempuan berpendidikan Diploma<br />

i dan Diploma ii yang rasionya lebih tinggi dibandingkan<br />

pns laki-laki dengan tingkat pendidikan serupa.<br />

Dari struktur pendidikan pns (gambar 3.8) secara<br />

keseluruhan terlihat bahwa pns perempuan cenderung<br />

berpendidikan lebih tinggi dari pns laki-laki. namun,<br />

gambar 3.9 menunjukkan bahwa bahwa dari tahun<br />

ke tahun, dominasi pns laki-laki dijumpai di semua<br />

tingkatan eselon kecuali di eselon v. keadaan yang<br />

demikian, mengindikasikan kecenderungan bahwa<br />

semakin tinggi tingkat eselonisasi pns, semakin lebar<br />

pula kesenjangan gender yang terjadi.<br />

Dari aspek partisipasi perempuan sebagai pengambil keputusan di lembaga eksekutif, data tahun 2003<br />

hingga tahun 2006 menunjukkan kondisi yang relatif tetap. Hal ini terjadi pada semua tingkatan, mulai dari<br />

pejabat eselon i hingga eselon yang lebih rendah.<br />

adapun proporsi pns perempuan yang menduduki jabatan publik di lembaga eksekutif pada tahun 2006<br />

tercatat masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rekan laki-lakinya di semua eselon (i hingga v).<br />

kesenjangan tertinggi terjadi pada tingkat eselon i dan ii.<br />

masih rendahnya peran perempuan dalam jabatan publik juga terjadi di lembaga yudikatif. pada tahun 2006,<br />

jumlah hakim dan jaksa didominasi oleh laki-laki. Jumlah hakim perempuan pada tahun tersebut hanya<br />

sekitar 12 persen, sedangkan jumlah jaksa perempuan baru mencapai 23 persen.<br />

3.1.3. tANtANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN<br />

tantangan mewujudkan kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan senantiasa berkembang seiring<br />

dengan tuntutan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam semua bidang pembangunan. beberapa<br />

tantangan yang dihadapi ke depan antara lain adalah:

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!