01.06.2013 Views

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />

154<br />

y<br />

y<br />

y<br />

y<br />

y<br />

y<br />

Ketidakjelasan definisi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran<br />

daerah akan mengaburkan tujuan pembangunan. penerima manfaat akan lebih condong kepada<br />

kaum elit di daerah saja dan tidak mengarusutamakan mDgs. sebagai contoh, beberapa daerah<br />

mengundang media dan organisasi sosial masyarakat untuk hadir di musrenbangkab, namun mereka<br />

tidak diperkenankan berpendapat atau memberi tanggapan atas usulan-usulan yang diajukan di<br />

musrenbangkab tersebut.<br />

sebagian besar kabupaten/kota tersebut menghadapi kesulitan dalam penganggaran beberapa<br />

rencana yang tidak memiliki nomor perkiraan (nomenklatur) menurut peraturan menteri Dalam<br />

negeri nomor 13 tahun 2006 tentang penatausahaan keuangan Daerah, misalnya untuk kegiatan<br />

pengarusutamaan gender. untuk memperoleh nomor perkiraan tersebut, pemerintah kabupaten/<br />

kota dapat mengusulkan kepada pemerintah provinsi. kenyataannya, jawaban terhadap usulan<br />

untuk memperoleh nomor perkiraan tersebut baru diberikan pemerintah provinsi dalam waktu 3<br />

sampai 5 bulan. Hal ini memberi kesan bahwa perencanaan yang baik tidak menjamin teralokasinya<br />

anggaran.<br />

penanggulangan kemiskinan, terutama tujuan-tujuan mDgs, masih dilihat dari perspektif proyek yang<br />

bersifat parsial dan belum merupakan perspektif program, sehingga kesinambungannya relatif tidak<br />

ada. Hal ini terlihat dari masih relatif sedikitnya indikator mDgs yang dicantumkan pada rpJmD.<br />

program untuk masyarakat dianggap otomatis sebagai program penanggulangan kemiskinan<br />

tanpa menjelaskan target/sasaran penerima manfaatnya. Hal ini terlihat pada beberapa dokumen<br />

perencanaan dan penganggaran.<br />

minimnya frekuensi perencana yang melakukan kunjungan lapangan juga merupakan tantangan<br />

dalam pengarusutamaan mDgs dalam rencana pembangunan di semua tingkatan musrenbang.<br />

Lemahnya kapasitas perencana daerah mengenai pengetahuan tentang mDgs juga akan cenderung<br />

mempersulit <strong>pencapaian</strong> mDgs.<br />

untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut di atas, terdapat beberapa rekomendasi pengarusutamaan<br />

mDgs di tingkat kabupaten/kota, sebagai berikut:<br />

y perlunya proses sosialisasi tentang mDgs secara berkesinambungan ke seluruh daerah kabupaten/<br />

kota kepada seluruh komponen pemangku kepentingan di <strong>indonesia</strong> untuk membangun komitmen<br />

bersama <strong>pencapaian</strong> mDgs.<br />

y pemerintah pusat memberikan penjelasan disertai contoh-contoh bahwa mDgs telah diadopsi<br />

dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat nasional, baik dalam rencana<br />

tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang.<br />

y transparansi hasil-hasil pembangunan sebelumnya, kendala, dan permasalahan yang ada sebaiknya<br />

diungkapkan sebelum pelaksanaan musrenbang tingkat daerah. Dengan demikian usulan<br />

pembangunan akan memiliki fokus sasaran yang baik dan menjawab permasalahan yang ada di<br />

daerah.<br />

y indikator perencanaan dan penganggaran harus mensyaratkan keluaran ( output), masukan (input),<br />

proses (process), hasil (outcome), dan dampak (impact) sebagai indikator sasaran yang harus<br />

dicapai dalam suatu mekanisme perencanaan dan penganggaran daerah. ini akan mempermudah<br />

proses monitoring dan evaluasi pembangunan daerah —termasuk di dalamnya upaya <strong>pencapaian</strong><br />

mDgs.<br />

y unit-unit kerja pembangunan daerah, termasuk skpD, yang mengajukan usulan kegiatan<br />

pembangunan melalui forum musrenbang tingkat desa atau kecamatan, harus menjelaskan target/<br />

sasaran penerima manfaat pembangunan yang dilengkapi nama wilayah dan jumlah besaran<br />

anggarannya.<br />

y sasaran/target pelaksanaan pembangunan harus menyebutkan sasaran kuantitatif yang disertai<br />

penjelasan sasaran kualitatifnya.<br />

y setiap pelaku pembangunan di daerah harus menaati peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2006<br />

tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan agar pemerintah<br />

pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dapat menjalin keterpaduan<br />

perencanaan dan penganggaran yang bertujuan mempercepat <strong>pencapaian</strong> target mDgs.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!