01.06.2013 Views

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />

148<br />

tergolong dalam kawasan yang sama yakni <strong>indonesia</strong> timur. sementara itu, beberapa provinsi lain dari<br />

kawasan yang berbeda, misalnya, mencapai akba sebesar 20 hingga 32 jiwa per 1.000 kelahiran hidup,<br />

sementara angka nasional pada tahun yang sama ialah 40 jiwa per 1.000 kelahiran hidup.<br />

9. HIV/AIDS<br />

secara nasional, kumulatif kasus aiDs sampai dengan 30 september 2007 yang dilaporkan adalah sebanyak<br />

10.384 kasus dengan jumlah provinsi yang melaporkan adanya kasus aiDs sebanyak 32 provinsi dan 186<br />

kabupaten /kota. Dengan demikian jelaslah bahwa masalah Hiv dan aiDs merupakan permasalahan di<br />

seluruh provinsi di <strong>indonesia</strong> dan sedang mengalami perkembangan yang cepat. provinsi dengan jumlah kasus<br />

aiDs terbesar berturut-turut adalah Dki Jakarta, Jawa barat, papua dan Jawa timur. pada sebagain besar<br />

provinsi penyebaran Hiv masih pada populasi beresiko, namun di papua dan papua barat teleh memasuki<br />

populasi umum. secara keseluruhan jumlah populasi yang rawan tertular Hiv adalah 193.070 orang dan<br />

27.470 di antaranya adalah pada populasi umum.<br />

upaya penguatan sistem pelayanan berbasis kesehatan dan masyarakat dengan prinsip kemudahan<br />

akses bagi masyarakat dan ODHA menunjukkan peningkatan yang signifikan sebagai bagian dari program<br />

pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan di rumah sakit, puskesmas dan masyarakat. upaya<br />

akselerasi penanggulangan Hiv dan aiDs di prioritaskan di 19 propinsi yang diharapkan dapat menghasilkan<br />

upaya yang signifikan dalam menanggulangi penyebaran HIV, sementara di propinsi lainnya tetap dilakukan<br />

program penanggulangan Hiv dan aiDs sesuai dengan besaran masalah dan kemampuan masing-masing.<br />

Dalam upaya pengendalian penyebaran Hiv ke depan, menurunkan kasus baru pada tahun 2015 dan<br />

meningkatkan kualitas hidup oDHa, masih terus diperlukan langkah-langkah efektif yang teruji secara ilmiah<br />

dalam merespons epidemi Hiv dan aiDs baik di kelompok perilaku berisiko maupun di masyarakat umum.<br />

10. PENDERItA MALARIA DAN PENYAKIt BERBAHAYA LAINNYA<br />

<strong>indonesia</strong> memiliki daerah endemis malaria di 310 kabupaten/kota, yang tersebar di hampir seluruh provinsi.<br />

namun demikian pada tahun 2006 – 2007 terdapat kejadian luar biasa insiden malaria di 7 provinsi,<br />

berdasarkan data tahun 2005, terdapat 651.690 kasus malaria di <strong>indonesia</strong>. nusa tenggara timur<br />

merupakan provinsi dengan kasus terbanyak yaitu 172.770 kasus, disusul oleh papua sebanyak 73.690<br />

kasus, maluku utara 72.440 kasus, dan bengkulu 56.910 kasus. adapun provinsi yang peristiwa malarianya<br />

di antara 25 ribu hingga 50 ribu kasus ialah maluku, Lampung, dan sulawesi tengah dengan masing-masing<br />

jumlah peristiwa yakni 46.430 kasus, 38.520 kasus, dan 27.280 kasus.<br />

11. AKSES AIR MINUM NON-PERPIPAAN tERLINDUNGI<br />

penggunaan indikator untuk mengukur akses masyarakat terhadap sumber air minum non-perpipaan terlindungi<br />

sesungguhnya kurang akurat. ketidakakuratan ini terutama jika indikator tersebut digunakan dalam konteks<br />

untuk melihat arah pergeseran akses masyarakat kepada berbagai jenis sumber air minum lainnya seperti air<br />

perpipaan, air kemasan, maupun mata air terlindungi. Jika persentase masyarakat yang memiliki akses air<br />

minum non-perpiaan terlindungi semakin kecil, maka hal itu tidak serta merta dapat diartikan sebagai suatu<br />

kegagalan. boleh jadi berkurangnya sejumlah penduduk yang mempunyai akses terhadap sumber air minum<br />

tersebut karena mereka beralih dari air minum non-perpipaan ke jenis sumber air minum lainnya seperti<br />

air perpipaan, air kemasan, dan lain-lain. tetapi sebaliknya, jika fenomena berkurangnya penduduk yang<br />

mempunyai akses terhadap sumber air minum non-perpipaan dapat diartikan sebagai ketiadaan akses, maka<br />

hal tersebut tentu saja merupakan suatu kemunduran dalam upaya peningkatan akses penduduk terhadap<br />

sumber-sumber air minum yang layak.<br />

Data tahun 2006 memperlihatkan bahwa kota-kota besar di pulau Jawa, termasuk Dki Jakarta, menunjukkan<br />

persentase jumlah penduduk yang lebih besar ketimbang daerah-daerah lainnya, termasuk bila dibandingkan<br />

dengan capaian angka nasional dalam akses terhadap air minum non-perpipaan terlindungi. Yang agak<br />

mengejutkan, daerah-daerah yang selama ini dikenal sulit dalam akses air minum, seperti nusa tenggara<br />

timur dan nusa tenggara barat, ternyata termasuk dalam kategori yang sama dengan kota-kota di pulau Jawa<br />

sebagaimana disebutkan tadi, yakni sebagai daerah-daerah yang <strong>pencapaian</strong>nya dalam hal akses air minum<br />

non-perpipaan terlindungi berada di atas angka nasional.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!