laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>pencapaian</strong> target pengurangan penderita Hiv/aiDs dan penyakit menular berbahaya di provinsi ini masih<br />
memprihatinkan. Di papua, sampai tahun 2007 tercatat 1.268 kasus aiDs yang merupakan peringkat kedua<br />
tertinggi secara nasional. sedangkan di papua barat pada tahun 2007, tercatat 58 kasus aiDs. sementara<br />
untuk kasus malaria, provinsi papua berada di peringkat kedua tertinggi dengan 38.449 kasus, termasuk<br />
kasus malaria yang terjadi di papua barat.<br />
pada tahun 2006 rumah tangga di provinsi papua yang menjadi pengguna air minum non-perpipaan terlindungi<br />
adalah 38,7 persen. angka ini 18,5 persen di bawah angka nasional. Yang menarik justru pada tahun 1994<br />
ketika papua dan papua barat masih menjadi satu provinsi. angka <strong>pencapaian</strong> saat itu ialah sebesar 30,1<br />
persen dan sudah melampaui <strong>pencapaian</strong> nasional yang sebesar 16,2 persen. ini berarti pemekaran wilayah<br />
provinsi i tidak diikuti oleh perluasan penyediaan infrastruktur air minum bersih non-perpipaan.<br />
Dalam hal target peningkatan akses terhadap sanitasi layak, papua barat memiliki akses lebih rendah<br />
dibandingkan papua. Di papua barat, <strong>pencapaian</strong> tahun 2006 ialah sebesar 51 persen. artinya, ada hampir<br />
separuh penduduk menikmati sanitasi layak. sedangkan di provinsi papua jumlah ini mencapai 54,7 persen.<br />
angka-angka tersebut sesungguhnya telah lebih baik dibandingkan dengan data tahun 1992 yang baru<br />
mencapai 27,6 persen.<br />
KESIMPULAN<br />
1. KEMISKINAN<br />
target menanggulangi kemiskinan adalah menurunkan proporsi penduduk miskin di setiap provinsi menjadi<br />
setengahnya antara 1990-2015 dengan menggunakan garis kemiskinan yang ditetapkan bps. Dari penilaian<br />
dengan indikator tersebut didapatkan informasi bahwasanya terdapat 16 provinsi dengan persentase penduduk<br />
miskin di atas persentase penduduk miskin nasional. provinsi-provinsi tersebut meliputi papua, irian Jaya barat<br />
(papua barat), gorontalo, maluku, nanggroe aceh Darussalam, nusa tenggara timur, sulawesi tengah, hingga<br />
sumatera selatan. Daerah-daerah tersebut merupakan provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbesar di<br />
<strong>indonesia</strong> pada tahun 2006.<br />
Dinamika kondisi kemiskinan yang demikian sangat dipengaruhi oleh situasi, kondisi, potensi dan daya dukung<br />
lingkuingan daerah itu sendiri. beberapa diantaranya disebabkan oleh adanya krisis ekonomi dan politik<br />
nasional. ada pula yang disebabkan oleh guncangan-guncangan yang melanda negeri ini berupa bencana<br />
alam, tsunami, maupun karena kebijakan kenaikan harga atau pengurangan subsidi bbm. Faktor-faktor<br />
tersebut secara kumulatif membuat upaya pengurangan persentase penduduk miskin terasa lamban.<br />
situasi kemiskinan antardaerah tampak bervariasi, yang ditandai perbedaan yang besar pada persentase dan<br />
jumlah absolutnya. Walapun demikian, jumlah penduduk miskin yang secara persentase besar belum tentu<br />
sama halnya bila dillihat dalam bilangan nilai absolutnya. kawasan <strong>indonesia</strong> bagian timur, misalnya, memiliki<br />
persentase penduduk miskin yang besar, namun dari segi jumlah absolut relatif lebih kecil dibandingkan<br />
dengan jumlah penduduk miskin di suatu provinsi di pulau Jawa. Dinamika kondisi kemiskinan seperti itu<br />
sangat dipengaruhi oleh situasi, kondisi, potensi, dan daya dukung lingkungan daerah itu sendiri. ada daerah<br />
yang sangat kuat dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan politik nasional, tetapi ada yang hanya menerima<br />
pengaruh kecil. tak sedikit pula daerah yang ternyata kuat dipengaruhi berbagai musibah bencana alam<br />
seperti gempa bumi dan tsunami, ataupun guncangan akibat kebijakan kenaikan harga atau pengurangan<br />
subsidi bbm. secara akumulatif, faktor-faktor tersebut menyebabkan upaya pengurangan persentase penduduk<br />
miskin terasa berjalan lamban.<br />
terkait kerangka <strong>pencapaian</strong> mDgs dengan basis indikator garis kemiskinan nasional, diperlukan intervensi<br />
langsung dari pusat dalam proses percepatan pembangunan. ini mengingat fakta bahwasanya sampai saat ini<br />
di beberapa daerah persentase penduduk miskinnya masih cukup tinggi. intervensi langsung yang dimaksud<br />
bisa ditempuh melalui tindakan-tindakan nyata (affirmative) yang diprioritaskan terhadap daerah-daerah yang<br />
<strong>pencapaian</strong> mDgs-nya sangat buruk atau kurang dari separuh angka nasional.<br />
145