laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
kotak 9.1<br />
KREAtIVItAS DAERAH: kapaL terapung meLaYani anak sekoLaH Di DaeraH pesisir<br />
penuntasan wajib belajar sembilan tahun di sulawesi tenggara masih menghadapi kendala, terutama<br />
untuk anak-anak usia belajar yang tinggal di daerah pesisir. untuk itu, pembelajaran kreatif dengan<br />
menyelenggarakan kelas berjalan perahu terapung diharapkan bisa menarik minat anak-anak usia<br />
belajar menuntaskan pendidikan di jenjang sD/mi hingga sLtp/mt.<br />
kepala Dinas pendidikan sulawesi tenggara Zalili sailan di kendari, Jumat (28/9), mengatakan bahwa<br />
penuntasan wajib belajar di sulawesi tenggara menghadapi kendala, terutarna karena penduduknya<br />
yang terpencar atau terpencil sehingga secara geografis sulit dijangkau. Hingga tahun ini, <strong>pencapaian</strong><br />
angka partisipasi kasar (apk) masih 84,65 persen atau kurang 10,35 persen dari target minimal<br />
penuntasan wajib belajar yang ditetapkan pemerintah.<br />
sehubungan dengan kegiatan silaturahmi ramadhan, mendiknas bambang sudibyo yang berkunjung ke<br />
kendari meresmikan penggunaan kapal terapung untuk melayani anak usia sekolah di daerah pesisir,<br />
terutama untuk menjangkau suku bajo. perahu kelas etnik bajo itu singgah dari satu pulau ke pulau lain<br />
untuk menyelenggarakan pendidikan kesetaraan bagi anak-anak pesisir yang putus sekolah sebelum<br />
menuntaskan sLtp/mt.<br />
menangggpi kondisi penuntasan wajib belajar sembilan tahun di wilayah <strong>indonesia</strong> yang menghadapi<br />
berbagai kendala, mendiknas mengatakan, kondisi negara <strong>indonesia</strong> yang berpulau-pulau dan berjenis<br />
suku ini memerlukan pendekatan pendidikan yang khas. tujuannya untuk menjangkau masyarakat agar<br />
menyadari pentingnya pendidikan untuk pemberdayaan dan melepaskan diri dari kemiskinan.<br />
“seperti suku bajo, mereka kan terbiasa hidup di laut. katanya, kalau lama di darat pusing. Dengan<br />
pendidikan non-formal di perahu terapung, anak-anak bisa dilayani untuk mendapatkan pendidikan.<br />
pendekatan serupa juga perlu dilakukan untuk suku-suku lain,” katanya. kiranya pembelajaran yang<br />
dapat dipetik adalah perlunya Daerah untuk lebih kreatif menyelesaikan persoalan khas di daerah<br />
mereka dalam menuntaskan wajib belajar. (Sumber: Kompas, Senin, 1 oktober 2007)<br />
Dalam hal promosi kesetaraan gender, bila dilihat dari akses perempuan yang bersekolah, terdapat<br />
perkembangan yang menggembirakan meskipun masih terbatas. ini akibat masih banyaknya anak yang belum<br />
menikmati pendidikan dasar sembilan tahun, termasuk kaum perempuan. meskipun target kesetaraan gender<br />
dengan indikator pendidikan di sulawesi tenggara telah meningkat --terbukti dari apm p/L sLtp/mt-nya yang<br />
telah melebihi 100 persen—rasio ini ini masih beradadi bawah rasio t nasional Pada tahun 1992 Provinsi<br />
sulawesi tenggara memiliki rasio apm p/L sLtp/mt sebesar 101,2 persen, lalumenurun pada tahun 2002<br />
menjadi 97,3. p enurunan ini menunjukkan terjadinya ketertinggalan perempuan dalam mengikuti pendidikan,<br />
apalagi di tingkat nasional peningkatan justru terjadi selama 10 tahun tersebut sekalipun dalam jumlah kecil<br />
(1,3 persen). pada tahun 2006 rasio ini meningkat kembali menjadi 122,9 persen, yang menunjukkan<br />
perkembangan menggembirakan bagi keadilan gender.<br />
Target pengurangan angka kematian anak di Sulawesi Tenggara menunjukkan perbaikan signifikan baik dalam<br />
hal akb maupun akba, walaupun masih berada di bawah <strong>pencapaian</strong> nasional.provinsi sulawesi tenggara pada<br />
tahun 2005 memiliki akb 38 jiwa per 1000 kelahiran, turun drastis dari tahun 2003 yang masih mencapai 67<br />
jiwa per 1.000 kelahiran. kemajuan yang hampir sama, sekalipun dengan tingkat yang lebih lamban, tampak<br />
pada penurunan akba. pada tahun 2005 akba sulawesi tenggara adalah 49 jiwa per 1000 kelahiran, turun<br />
drastis hampir separuhnya dibandingkan akba tahun 2003 yang mencapai 92 jiwa per 1000 kelahiran.<br />
target penurunan penderita Hiv/aiDs dan penyakit menular berbahaya di provinsi sulawesi tenggara masih<br />
relatif terkendali. tercatat hanya 7 kasus aiDs sampai tahun 2007. adapun kasus penyakit malaria pada<br />
tahun yang sama mencapai 346 kejadian.<br />
141