laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Di sulawesi utara, upaya menurunkan angka kekurangan gizi balita menunjukkan kinerja yang baik antara<br />
tahun 1989-2000. setelah provinsi ini dimekarkan, data tahun 2006 menunjukkan bahwa proporsi balita yang<br />
kekurangan gizi di sulawesi utara adalah 23,11 persen, menempati peringkat lima terbaik. sementara angka<br />
nasional pada tahun tersebut mencapai 28,05 persen. sementara itu pada tahun 2006 tersebut gorontalo<br />
menjadi provinsi dengan proporsi balita kekurangan gizi tertinggi, yakni mencapai 41,48 persen.<br />
untuk apm sD/mi dan apm sLtp/mt/mts, yang merupakan indikator <strong>pencapaian</strong> target pendidikan dasar<br />
untuk semua, sulawesi utara dan gorontalo menunjukkan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan<br />
tahun-tahun sebelumnya. pada tahun 2006, apm sD/mi sulawesi utara dan gorontalo tidak berbeda jauh,<br />
yaitu masing-masing 90,4 persen dan 90,5 persen. kedua angka ini masih di bawah angka nasional, yang<br />
berarti bahwa perkembangan apm sD/mi di kedua provinsi lebih lamban dibandingkan laju peningkatan<br />
tingkat nasional. apm sLtp/mt/mts sulawesi utara pada tahun 2006 adalah sebesar 66,0 persen, sedikit<br />
di bawah rata-rata nasional yang besarnya 66,5 persen. sementaara apm sLtp/mt/mts gorontalo berada di<br />
peringkat ketiga terendah yaitu 52,3 persen.<br />
rasio apm murid perempuan terhadap murid laki-laki (p/L) pada tingkat sD/mi dan sLtp/mt di sulawesi<br />
utara, sebagai indikator untuk menilai kesetaraan gender, terus menurun selama kurun waktu 1992- 2006.<br />
angka apm p/L sD/mi tercatat u sebesar 105,6 pada tahun1992, turun menjadi 100,8 pada tahun 2000,<br />
dan turun lagi menjadi 99,5 pada tahun 2006. meskipun demikian angka-angka ini tetap lebih lebih baik<br />
dari angka nasional. adapun apm p/L sD/mi gorontalo pada tahun 2006 tercatat lebih tinggi dibandingkan<br />
sulawesi utara, yaitu 101,4. kHal sama terjadi pada apm p/L sLtp/mt sulawesi utara yang menunjukkan<br />
kecenderungan menurun tetapi masih lebih baik dibandingkan i angka nasional. apm p/L sLtp/mt sulawesi<br />
utara tahun 2006 tercatat hanya 109,5, sementara sebelumnya pada tahun 1992 angka ini sempat mencapai<br />
123,8.<br />
partisipasi perempuan dalam pekerjaan upahan untuk kedua provinsi ini sangat baik. bahkan upah pekerja<br />
perempuan untuk pekerjaan yang sama bisa dikatakanlebih tinggi jika dibandingkan dengan upah pekerja<br />
laki-laki. pada bulan Februari 2007, rasio upah pekerja perempuan terhadap pekerja laki-laki di sulawesi<br />
utara mencapai 110,2 sementara di gorontalo mencapai 115,6. kedua provinsi ini merupakan dua provinsi<br />
berperingkat tertinggi jika dilihat dari indikator ini.<br />
Angka kematian bayi (AKB) sulawesi utara pada tahun 2005 sangat rendah yaitu hanya 19 per 1.000<br />
kelahiran hidup. angka ini menempatkan sulawesi utara pada ranking terbaik akb provinsi, sejajar dengan<br />
tiga provinsi lainnya yaitu kepulauan riau, Dki Jakarta, dan Di Yogyakarta. sebaliknya dengan gorontalo, . akb<br />
provinsi ini pada tahun 2005 mencapai 17 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di peringkat kedua setelah<br />
nusa tenggara barat sebagai provinsi dengan akb tertinggi.. Angka kematian balita (AKBA) sulawesi utara<br />
juga sangat rendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup<br />
pada tahun 2005, sama dengan yang dicapai kepulauan riau dan Di Yogyakarta dan menempatiperingkat<br />
kedua terbaik setelah Dki Jakarta. sementara untuk gorontalo, akba-nya juga masih terhitung tinggi yakni 67<br />
per 1.000 kelahiran hidup dan menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan i akba tertinggi.<br />
kedua provinsi menunjukkan <strong>pencapaian</strong> yang berbeda dalam target memerangi penyakit menular. Di<br />
sulawesi utara, jumlah kasus aiDs pada tahun 2007 tercatat sebanyak 124 orang, sementara gorontalo<br />
hanya 3 orang. adapun jumlah insiden malaria di sulawesi utara dan di gorontalo tidak berbeda jauh, masingmasing<br />
sebanyak 2.613 kasus di sulawesi utara dan 817 kasus di gorontalo.<br />
mengacu pada indikator luas kawasan hutan, dalam rangka mencapai target memastikan kelestarian<br />
lingkungan, luas penutupan lahan dalam kawasan hutan di kedua provinsi berdasarkan penafsiran citra satelit<br />
Landsat 7 etm+ sampai tahun 2005 tercatat sebesar 1,570 juta hektar. Luas ini tidak jauh berbeda jauh<br />
dengan luas peruntukan kawasan hutan yang ditetapkan pemerintah yaitu 1,526 juta hektar. Luas kawasan<br />
hutan di sulawesi utara adalah sekitar 731 ribu hektar sementara gorontalo 840 ribu hektar (termasuk<br />
kawasan hutan yang digolongkan non-hutan dan kawasan yang tidak lengkap datanya). Dari total 1,570 juta<br />
hektar tersebut, 310 ribu hektar merupakan kawasan hutan yang tergolong non-hutan dan 113 ribu hektar<br />
tidak terdata.<br />
137