laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
sementara itu, kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di kalimantan timur termasuk sangat rendah.<br />
pada bulan Februari 2007, rasio upah pekerja perempuan terhadap pekerja laki-laki tercatat hanya sebesar<br />
56,4. artinya, untuk pekerjaan yang sama pekerja perempuan hanya memperoleh upah kira-kira separuh<br />
dari upah pekerja laki-laki. untuk indikator ini, kalimantan timur menempati peringkat terbawah dari seluruh<br />
provinsi di <strong>indonesia</strong>. bahkan selisih rasio antara kalimantan timur dengan provinsi satu peringkat di atasnya<br />
mencapai 9,6. Jika dibandingkan dengan rasio nasional yang sebesar 74,8, maka selisih rasionya menjadi<br />
18,4. kesetaraan gender yang berkaitan dengan partisipasi murid perempuan dalam pendidikan dan kontribusi<br />
upah pekerja perempuan dalam pekerjaan upahan di provinsi ini dapat dikatakan masih amat rendah.<br />
indikator yang digunakan untuk menilai <strong>pencapaian</strong> target menurunkan angka kematian anak adalah akb<br />
dan akba. Di kalimantan timur akb pada tahun 2005 mencapai 26 per 1.000 kelahiran hidup. angka ini<br />
masih berada di bawah angka nasional yang besarnya 32 per 1.000 kelahiran hidup. sedangkan akba di<br />
kalimantan timur pada tahun 2005 mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup, juga masih berada di bawah<br />
angka nasional yang mencapai 40 per 1.000 kelahiran hidup. sementara itu terkait target memerangi<br />
penyakit menular, di kalimantan tercatat ada 12 kasus aiDs sampai tahun 2007. adapun kasus malaria<br />
yang terjadi lebih kecil dibandingkan wilayah-wilayah lainnya di kalimantan yakni sebanyak 62 kasus.<br />
upaya <strong>pencapaian</strong> target memastikan kelestarian lingkungan di kalimantan timur salah satunya dipantau<br />
melalui indikator luas kawasan hutan Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan kalimantan timur<br />
berdasarkan penafsiran citra satelit Landsat 7 etm+ sampai dengan tahun 2005 adalah sebesar 14,726<br />
juta hektar. Dari total luas tersebut, kawasan hutan tercatat seluas 9,896 juta hektar dan kawasan hutan<br />
yang sudah menjadi non-hutan seluas 2,990 juta hektar, sementara adapun 1,840 juta hektar lainnya tidak<br />
lengkap datanya. Luas penutupan lahan berdasarkan citra satelit Landsat ini tidak jauh berbeda dengan<br />
kawasan peruntukan hutan yang ditentukan pemerintah yaitu seluas 14,652 juta hektar.<br />
untuk indikator rumah tangga yang mempunyai akses air minum non-perpipaan terlindungi, <strong>pencapaian</strong><br />
kalimantan timur tergolong baik. pada tahun 1994 jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air<br />
minum non-perpipaan terlindungi ialah sebesar 53,2 persen, meningkat pada tahun 2002 menjadi 64,6<br />
persen, dan meningkat terus pada tahun 2006 mencapai i 66,9 persen. semua angka tersebut berada di<br />
atas angka nasional. Hal tersebut berarti semakin banyak rumah tangga di provinsi ini yang menggunakan air<br />
bersih. persentase rumah tangga yang memiliki sanitasi layak juga tergolong baik. tahun 1992 jumlah tersebut<br />
baru 43,3 persen, lalu meningkat pada tahun 2000 menjadi 68,4 persen, dan meningkat terus pada tahun<br />
2006 menjadi 80,2 persen. Dalam kurun waktu 14 tahun, persentase rumah tangga di kalimantan timur<br />
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak selalu berada di atas angka nasional dan angka rata-rata setiap<br />
provinsi.<br />
20. KALIMANtAN SELAtAN<br />
Angka kemiskinan kalimantan selatan menunjukkan penurunan yang<br />
sangat berarti. pada tahun 1993 persentase penduduk miskin masih<br />
mencapai 18,61 persen, berada di atas angka nasional yang sebesar<br />
13,67 persen. pada tahun 2000 angka tersebut turun menjadi 12,97<br />
persen, sementara angka nasional ialah 18,95 persen. angka tersebut<br />
turun lagi menjadi 7,66 persen pada tahun 2006, jauh di bawah angka nasional yang mencapai 16,58<br />
persen. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan yang baik di kalimantan selatan telah<br />
berdampak positif bagi pengurangan jumlah penduduk miskin. Walaupun demikian, keberhasilan penurunan<br />
angka kemiskinan ini belum diimbangi dengan pengurangan angka kurang gizi bagi balita. persentase balita<br />
yang kurang gizi pada tahun 1992 mencapai 38,75 persen. Jumlah ini menurun tipis menjadi 35,78 persen<br />
pada tahun 2006. angka tersebut masih cukup besar dibandingkan pangka nasional yang sebesar 28,05<br />
persen. pada tahun 2006 kalimantan selatan berada di peringkat ketiga tertinggi dalam jumlah balita kurang<br />
gizi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya.<br />
terkait dengan target pendidikan dasar untuk semua, kalimantan selatan memiliki apm sD/mi di atas<br />
<strong>pencapaian</strong> nasional. tahun 1992 apm sD/mi provinsi ini ialah 90,4 persen, meningkat pada tahun 2000<br />
menjadi 92,4 persen. <strong>pencapaian</strong> ini sedikit lebih baik dibandingkan angka nasional yang besarnya 92,3<br />
135