laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
132<br />
upaya penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di provinsi ini telah mampu menurunkan persentase<br />
penduduk miskin.<br />
indikator <strong>pencapaian</strong> target pengurangan kelaparan yang ditunjukkan lewat persentase balita yang mengalami<br />
kekurangan gizi juga menunjukkan perkembangan yang baik. pada tahun 1992 balita yang kekurangan gizi di<br />
kalimantan barat mencapai 47,42 persen, menurun menjadi 29,17 persen tahun 2000, namun meningkat<br />
kembali menjadi 32,71 persen pada tahun 2006. angka pada tahun 2006 tersebut lebih buruk dari angka<br />
nasional (28,05 persen) dan angka rata-rata setiap provinsi (27,9 persen), meskipun persentase penduduk<br />
miskin di provinsi ini tahun 2006 telah berada di bawah angka nasional.<br />
<strong>pencapaian</strong> target pendidikan dasar untuk semua, yang ditunjukkan oleh indikator apm sD/mi, menunjukkan<br />
perkembangan yang baik di provinsi kalimantan barat. pada tahun 1992 apm sD/mi kalimantan barat<br />
tercatat hanya 71,6 persen. angka ini berada di bawah rata-rata nasional yaitu 88,7 persen. pada tahun<br />
2000 angka ini meningkat menjadi 89,5 persen, kemudian meningkat lagi pada tahun 2006 menjadi<br />
93,8 persen.. meskipun demikian, n persentase ini masih berada di bawah angka nasional. Demikian juga<br />
dengan apm sLtp/mts yang menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu dari 22,1 persen pada tahun<br />
1992 menjadi 60,9 persen pada tahun 2006, tetapi secara umum masih berada di bawah angka nasional.<br />
<strong>pencapaian</strong> tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan untuk provinsi kalimantan<br />
barat ditunjukkan oleh indikator rasio apm murid perempuan terhadap laki-laki (p/L) sD/mi dan sLtp/mts.<br />
rasio apm p/L sD/mi pada tahun 1992 diketahui hanya 95,9. angka ini kemudian meningkat menjadi 100,6<br />
pada tahun 2006 dan berada di atas angka nasional yang besarnya 99,4. sementara itu, rasio apm p/L sLtp/<br />
mt/mts kalimantan barat pada tahun 1992 hanya sebesar 92,0 dan menurun pada tahun 2006 menjadi<br />
99,1. angka ini berada di bawah angka nasional yang mencapai 100,0. Data tersebut menunjukkan bahwa<br />
partisipasi anak perempuan dalam pendidikan dasar di kalimantan barat telah menunjukkan perkembangan<br />
yang sangat baik untuk tingkat sD/mi, tetapi belum tampak dalam pendidikan setingkat sLtp/mts. selain itu,<br />
kesetaraan gender juga dapat ditunjukkan melalui indikator rasio rata-rata upah per bulan antara perempuan<br />
dan laki-laki. pada bulan Februari 2007 rasio tersebut mencapai 80,5 dan berada di atas angka nasional<br />
yang sebesar 74,8. kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di provinsi ini sejauh ini termasuk dalam<br />
kategori baik.<br />
tujuan keempat yakni menurunkan angka kematian anak ditunjukkan melalui akb dan akba. Di kalimantan<br />
barat akb pada tahun 2005 mencapai 30 jiwa per 1.000 kelahiran hidup. angka ini lebih baik jika dibandingkan<br />
dengan angka nasional yang sebesar 32 jiwa. sementara akba kalimantan barat pada tahun 2005 tercatat<br />
sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup, juga sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nasional<br />
sebesar 40 jiwa per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.<br />
indikator jumlah penderita aiDs dan kejadian malaria mengindikasikan <strong>pencapaian</strong> tujuan keenam yaitu<br />
memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. untuk provinsi kalimantan barat, jumlah<br />
kasus aiDs pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu mencapai 553 orang, sementara kejadian malaria hanya 990<br />
kejadian.<br />
Luas lahan kawasan hutan, akses air minum, dan sanitasi merupakan indikator <strong>pencapaian</strong> tujuan ketujuh<br />
yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Di kalimantan barat luas peruntukan kawasan hutan<br />
cenderung tetap sejak 2001 sampai 2005. berdasarkan penafsiran dari pencitraan satelit Landsat etm 7+,<br />
luas penutupan lahan dalam kawasan hutan kalimantan barat sampai tahun 2005 mencapai 8,943 juta<br />
hektar. Dari luasan tersebut, 5,665 juta hektar merupakan hutan dan 3,257 juta hektar adalah non-hutan.<br />
adapun sekitar 20 ribu hektar sisanya tidak terdata. Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan rasio<br />
luas daratan peruntukan kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah.<br />
sementara itu, terkait dengan masalah kesehatan lingkungan, rumah tangga yang memiliki akses terhadap<br />
air minum non-perpipaan terlindungi di provinsi ini pada tahun 2006 mencapai 55,1 persen, meningkat<br />
dari angka 48,3 persen pada tahun 1994 dan 51,8 persen tahun 2002. persentase tahun 2006 tersebut<br />
masih berada di bawah angka nasional yang 57,2 persen namun berada di atas angka rata-rata setiap