laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
126<br />
kelahiran hidup dan menurun menjadi 47 jiwa per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005. sementara itu<br />
di provinsi banten, akba tahun 2003 ialah 56 jiwa per 1000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 45 jiwa<br />
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005.<br />
<strong>pencapaian</strong> provinsi banten dalam target peningkatan akses terhadap air minum aman dan sanitasi layak<br />
masih berada di bawah angka rata-rata nasional. rumah tangga yang memiliki akses air minum non-perpipaan<br />
terlindungi pada tahun 2006 di provinsi ini mencapai 48,5 persen, sementara yang memiliki akses terhadap<br />
sanitasi layak sebesar 69 persen. sedangkan provinsi Jawa barat pada tahun 1992, sebelum pemekaran,<br />
memiliki rumah tangga pengguna air minum non-perpipaan terlindungi sebanyak 68,6 persen. pada tahun<br />
2006, setelah pemekaran terjadi, angka tersebut menurun menjadi 51,0 persen, adapun jumlah angka<br />
rumah tangga di Jawa barat yang menikmati sanitasi layak pada tahun 2006 tercatat sebesar 61,1 persen.<br />
<strong>pencapaian</strong> tahun 2006 ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 1992 yang baru 26,40 persen dan tahun<br />
2000 yang mencapai 54 persen.<br />
terkait target pengurangan penderita HIV/AIDS dan penyakit menular berbahaya, Jawa barat termasuk<br />
provinsi yang memiliki kasus aiDs yang relatif tinggi, dengan jumlah kasus sebanyak 1.445, sampai tahun<br />
2007. sedangkan kejadian malaria pada tahun yang sama tercatat 1.124 kasus. sedangkan di provinsi<br />
banten, sampai tahun 2007 terdapat 43 kasus dan 21 kasus kejadian.<br />
tingkat pengangguran kaum muda di provinsi Jawa barat cukup tinggi dan menduduki peringkat keempat<br />
nasional yakni sebesar 73,1 persen per Februari 2007. angka tersebut terdiri atas i 84,4 persen penganggur<br />
perempuan dan 66,8 persen laki-laki. adapun rasio upah perempuan dan laki-laki di Jawa barat tercatat<br />
sebesar 78,9 persen. sementara itu di provinsi banten tingkat pengangguran kaum mudanya lebih tinggi,<br />
yaitu mencapai 78,5 persen, menduduki. peringkat ketiga secara nasional. perbandingan antara jumlah<br />
perempuan yang menganggur dibandingkan dengan yang laki-laki adalah 85 persen berbanding 74,7 persen.<br />
sama seperti Jawa barat, rasio upah kaum perempuan di banten, yang diketahui lewat rata-rata upah per<br />
bulan p/L, tercatat lebih rendah ketimbang laki-laki yaitu 72,4 persen. Hal ini juga menunjukkan kuatnya<br />
pendapat umum yang berkembang selama ini yang menyatakan bahwa posisi tawar pasar tenaga kerja kaum<br />
perempuan secara struktural lebih lemah dibandingkan dengan pasar tenaga kerja laki-laki.<br />
11. jAwA tENGAH<br />
pada tahun 1993 penduduk miskin di provinsi Jawa tengah mencapai<br />
15,8 persen atau sekitar 4.618.700 jiwa. pada tahun 2000 persentase<br />
ini meningkat menjadi 21,11 atau sekitar 7.308.300 jiwa. sedangkan<br />
pada tahun 2006 penduduk miskin di Jawa tengah mencapai 20,17<br />
persen. secara keseluruhan, <strong>pencapaian</strong> provinsi Jawa tengah dalam<br />
upaya mengurangi jumlah penduduk miskin masih memerlukan kerja keras mengingat jumlah penduduki<br />
miskinnya masih lebih tinggi dari persentase nasional selama periode waktu tersebut.<br />
<strong>pencapaian</strong> rasio P/L SD/MI di Jawa tengah pada tahun 2006 ini menurun dibandingkan dengan tahun<br />
2000, yakni dari 99,8 persen menjadi 98,2 persen. ini sedikit berbeda dengan <strong>pencapaian</strong> tahun 1993<br />
yaitu 100,9 yang lebih baik dari <strong>pencapaian</strong> angka nasional (100,6). selain berbagai sebab yang terkait<br />
dengan masalah pekerja anak dan perkawinan dini yang melanda anak perempuan, secara spesifik hal<br />
ini mencerminkan masih kuatnya kultur Jawa yang lebih mengedepankan anak laki mengenyam pendidikan<br />
ketimbang perempuan.<br />
tetapi hasil berbeda diperoleh Jawa tengah dalam hal rasio P/L SLtP/Mts. provinsi ini memperlihatkan<br />
keadilan gender yang cukup baik yang tampak dari <strong>pencapaian</strong> rasio akses pendidikan sLtp/mts di atas ratarata<br />
angka nasional, khususnya pada tahun 1992 dan tahun 2000, yakni masing-masing sebesar 101,7 dan<br />
106,6. tetapi <strong>pencapaian</strong> ini mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 103,1. meskipun demikian,<br />
rasio ini masih tetap berada di atas <strong>pencapaian</strong> angka nasional yang sebesar 100,0.<br />
Dari sisi upah, rasio upah per bulan P/L di Jawa tengah tercatat 66 persen, yang berarti bahwa perempuan<br />
hanya memperoleh upah 66 persen dibandingkan laki-laki. Diskriminasi dalam pengupahan ini jelas merupakan