laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
108<br />
pengembangan jiwa kewirausahaan, pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan, dan<br />
penciptaan iklim kondusif yang mampu menciptakan lapangan kerja.<br />
belum lama ini pemerintah telah mengumumkan realokasi anggaran belanja rutin yang tidak mengikat<br />
sebesar US$3,3 miliar ke belanja modal untuk tahun anggaran 2008. Anggaran tersebut kemudian akan<br />
digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang pada akhirnya diharapkan mampu mendorong<br />
pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja. pemerintah juga telah meluncurkan<br />
program nasional pemberdayaan masyarakat (pnpm) yang diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja<br />
jangka pendek melalui kegiatan padat karya. program seperti pnpm di satu sisi dapat menstimulasi ekonomi<br />
perdesaan, sementara di sisi lain reformasi kebijakan yang mendorong masuknya investasi baru diperlukan<br />
untuk penciptaan lapangan kerja yang lebih berjangka panjang.<br />
<strong>indonesia</strong> juga telah meluncurkan sejumlah paket kebijakan ekonomi, termasuk undang-undang penanaman<br />
modal baru demi meningkatkan iklim usaha. upaya ini diikuti dengan penangguhan serangkaian peraturan<br />
perundang-undangan yang selama ini telah menghambat kinerja dunia usaha. selanjutnya, perhatian<br />
diberikan kepada usaha kecil dan menengah (ukm) yang merupakan penyedia terbesar lapangan kerja.<br />
meskipun demikian, pada kenyataannya ukm merupakan pihak yang umumnya mengalami hambatan dalam<br />
mengakses layanan penunjang usaha mereka. pemerintah berupaya menyediakan layanan jasa keuangan<br />
tanpa menempatkan diri pada posisi sebagai pemberi jasa. pemerintah hanya memfasilitasi sektor swasta<br />
agar sektor ini dapat memberikan layanan berkualitas tinggi kepada mereka yang kurang terlayani.<br />
selanjutnya, <strong>indonesia</strong> perlu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (sDm)-nya, mengingat sDm yang<br />
berkualitas akan lebih siap menghadapi pasar kerja di masa depan di tingkat nasional maupun internasional.<br />
investasi di bidang pendidikan mungkin saja tidak dapat dinikmati dalam waktu dekat, tetapi dalam jangka<br />
panjang investasi ini akan membuat <strong>indonesia</strong> mampu menguatkan posisinya untuk menghadapi tantangan<br />
global. selain itu, pemerintah perlu mencermati bidang-bidang industri serta sektor-sektor yang memiliki daya<br />
saing tinggi sekaligus menyerap banyak tenaga kerja, kemudian mengkajinya dalam konteks yang lebih luas<br />
yang meliputi pertumbuhan, pasar, perdagangan, pengentasan kemiskinan, dan kebijakan sosial. Dengan<br />
demikian, pemerintah dapat memperluas strategi penciptaan lapangan kerja di masa depan.<br />
target 18<br />
BEKERjASAMA DENGAN SwAStA DALAM MEMANFAAtKAN tEKNOLOGI BARU,<br />
tERUtAMA tEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.<br />
8.4.1. INDIKAtOR<br />
target 18, bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi<br />
dan komunikasi, menggunakan indikator yaitu:<br />
1. persentase rumah tangga yang memiliki telepon dan telepon selular;<br />
2. persentase rumah tangga yang memiliki komputer personal dan mengakses internet melalui<br />
komputer.<br />
8.4.2. KEADAAN DAN KEcENDERUNGAN<br />
banyak penduduk <strong>indonesia</strong> yang tidak memiliki akses kepada teknologi informasi dan komunikasi (tik),<br />
sehingga mereka tidak sepenuhnya mampu mengambil manfaat dari adanya globalisasi. Jika kesenjangan<br />
digital (digital divide) ini tidak dihilangkan, maka dampak positif globalisasi hanya dapat dinikmati oleh<br />
negara-negara maju dan sedikit masyarakat yang tinggal di pusat perkotaan (urban center) di negaranegara<br />
berkembang. teknologi baru telah menciptakan kesempatan yang tidak terbayangkan sebelumnya,<br />
namun penduduk miskin kebanyakan tidak mampu mengakses teknologi ini karena mahalnya biaya akses<br />
dan perangkatnya. biaya tinggi yang disebabkan oleh teknologi baru sering mengakibatkan munculnya gejala