laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
104<br />
negara maju, <strong>pencapaian</strong> target mDgs di negara-negara tersebut sangat sulit diwujudkan. berkaitan dengan<br />
hal ini, komitmen negara maju untuk menyisihkan 0,7 persen dari gni-nya untuk disalurkan sebagai dana oDa<br />
kepada negara miskin sangat penting untuk terus didorong realisasinya. bagi pemerintah, ini menjadi salah<br />
satu tantangan untuk terus berperan secara aktif secara regional maupun global, serta mendorong lebih lanjut<br />
kemitraan dan kerjasama pembangunan global untuk membantu <strong>pencapaian</strong> mDgs.<br />
kebijakan umum tentang pinjaman dan hibah luar negeri didasarkan pada Deklarasi paris (2 maret 2005)<br />
tentang efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri (aid) ditandatangani oleh 91 negara dan 26 lembaga<br />
multilateral dan bilateral yang menyatakan bahwa seluruh penandatangan deklarasi sepakat akan memberikan<br />
komitmen dalam mempercepat peningkatan efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri melalui langkahlangkah<br />
sebagai berikut: (1) meningkatkan kemampuan negara-negara penerima bantuan (partner) dalam<br />
menyusun strategi pembangunan nasional dan kerangka kerja operasional (dalam perencanaan, pembiayaan,<br />
dan penilaian kinerja); (2) meningkatkan kesesuaian bantuan dengan prioritas, sistem dan prosedur serta<br />
membantu meningkatkan kapasitas negara-negara penerima bantuan; (3) meningkatkan akuntabilitas<br />
(accountability) kebijakan, strategi, dan kinerja pemanfaatan bantuan kepada masyarakat dan parlemen di<br />
negara donor dan penerima bantuan; (4) menghilangkan duplikasi kegiatan dan melakukan rasionalisasi<br />
kegiatan donor agar dana dapat digunakan seefektif mungkin; (5) melakukan reformasi dan menyederhanakan<br />
kebijakan dan prosedur dari donor untuk meningkatkan kerjasama dan penyesuaian prioritas, sistem dan<br />
prosedur negara-negara penerima bantuan; dan (6) menyusun standar dan ukuran-ukuran atas kinerja dan<br />
akuntabilitas sistem dari negara-negara penerima bantuan dalam manajemen keuangan publik, pengadaan<br />
barang dan jasa, perlindungan hukum dan lingkungan hidup, yang sejalan dengan praktek yang dapat diterima<br />
secara luas serta dapat dilaksanakan dengan mudah.<br />
bagi pemerintah <strong>indonesia</strong> sendiri, pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri menjadi salah satu bagian<br />
yang tidak terpisahkan dalam kebijakan pengelolaan ekonomi makro. pengadaan pinjaman luar negeri disusun<br />
dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah untuk membayar kembali pinjaman tersebut di masa<br />
yang akan datang serta kemampuan kementerian negara/Lembaga, pemerintah Daerah (pemda) maupun<br />
badan usaha milik negara (bumn) pelaksana kegiatan dalam penyerapan dana pinjaman.<br />
arah kebijakan dalam pengelolaan pinjaman/hibah luar negeri yang tertuang dalam rpJmn 2004-2009<br />
mencakup: (1) menurunkan secara bertahap proporsi pinjaman luar negeri pemerintah terhadap pDb, dari<br />
54,3 persen pada 2004 menjadi 31,8 persen pada 2009; (2) meningkatkan transparansi, efisiensi, dan<br />
efektivitas pemanfaatan pinjaman/hibah luar negeri; dan (3) peningkatan pendayagunaan sumber daya<br />
dalam negeri dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri.<br />
rpJm 2004-2009 juga mengamanatkan beberapa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pinjaman dan hibah<br />
luar negeri dalam rangka mencapai kemandirian pendanaan pembangunan, diantaranya dengan menurunkan<br />
porsi pinjaman luar negeri dalam pembiayaan apbn. sementara itu, kebijakan dalam pemanfaatan hibah luar<br />
negeri terutama untuk mendorong peningkatan kemampuan sumber daya manusia pada bidang keahlian yang<br />
belum dimiliki <strong>indonesia</strong> dengan persyaratan tidak mengikat dan tidak menimbulkan ketergantungan di masa<br />
yang akan datang.<br />
pendanaan luar negeri sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan pembangunan, perlu dimanfaatkan<br />
secara optimal sehingga dapat meningkatkan kapasitas ekonomi nasional. Dalam rangka meningkatkan<br />
pemanfaatan pendanaan luar negeri tersebut, pemerintah mengaturnya melalui penerbitan peraturan<br />
pemerintah (pp) nomor 2 tahun 2006 tentang tata cara pengadaan pinjaman dan/atau penerimaan Hibah<br />
serta penerusan pinjaman dan/atau Hibah Luar negeri.<br />
Dalam rangka mengoperasionalisasikan pelaksanaan pp nomor 2 tahun 2006 tersebut bappenas menyusun<br />
peraturan menteri negara perencanaan pembangunan nasional/kepala badan perencanaan pembangunan<br />
nasional nomor per.005/m.ppn/06/2006 tentang tata cara perencanaan dan pengajuan usulan serta<br />
penilaian kegiatan yang Dibiayai dari pinjaman dan/atau Hibah Luar negeri; dan menteri keuangan menyusun<br />
dua peraturan lainnya, yaitu permenkeu no. 52/pmk.010/2006 tentang tata cara pemberian Hibah kepada<br />
Daerah; dan permenkeu no. 53/pmk.010/2006 tentang tata cara pemberian pinjaman Daerah dari<br />
pemerintah yang Dananya bersumber dari pinjaman Luar negeri.