01.06.2013 Views

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

peningkatan hingga mencapai US$53.865 juta pada tahun 1997. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun<br />

1997/1998 membuat posisi rasio pinjaman luar negeri terhadap produk domestik bruto (pDb) meningkat<br />

tajam akibat penurunan nilai tukar rupiah. Demikian pula halnya proporsi pinjaman luar negeri terhadap<br />

ekspor, naik cukup besar dari 254,64 pada tahun 1997 menjadi sekitar 304,32 pada 1999. rasio pinjaman<br />

luar negeri terhadap ekspor meningkat cukup besar karena meningkatnya total pinjaman pemerintah dan<br />

menurunnya ekspor, dari sebesar US$53.443,10 juta pada 1997 menjadi US$48.665,50 juta pada tahun<br />

1999.<br />

160<br />

140<br />

120<br />

100<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006<br />

Dsr (%) posisi pinjaman Ln/pDb (%)<br />

kondisi perekonomian <strong>indonesia</strong> terus membaik pasca krisis yang terjadi pada 1997/1998. secara gradual<br />

rasio pinjaman luar negeri pemerintah terus menurun dari 126 persen lebih pada 1998 menjadi sekitar 39<br />

persen pada 2006.<br />

stabilnya kondisi makro ekonomi meningkatkan kepercayaan pasar internasional terhadap pemerintah<br />

<strong>indonesia</strong>. atas dasar ini, surat berharga negara dalam valuta asing mendapatkan respon yang positif dari<br />

pasar internasional. Dengan demikian alternatif pembiayaan luar negeri kini semakin luas bukan hanya berasal<br />

dari pinjaman proyek (project loan) dan pinjaman program (program loan). Walaupun potensinya sangat besar,<br />

pinjaman luar negeri dikelola secara hati-hati sesuai dengan arahan kebijakan nasional dan sebagai bagian<br />

dari pengelolaan fiskal yang berkelanjutan.<br />

8.2.3. tANtANGAN UPAYA YANG DIPERLUKAN<br />

Pengelolaan pinjaman luar negeri secara makro tidak dapat dipisahkan dari upaya peningkatan efisiensi<br />

pemanfaatan pinjaman secara mikro. saat ini pelaksanaan proyek yang dibiayai pinjaman luar negeri masih<br />

menghadapi kendala rendahnya tingkat penyerapan dana pinjaman. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan<br />

dalam pelaksanaan proyek karena permasalahan teknis yang dihadapi, misalnya dalam hal pengadaan<br />

barang/jasa, organisasi dan koordinasi, serta penyediaan dana pendamping. keterlambatan ini sangat<br />

merugikan karena akan meningkatkan akumulasi biaya komitmen (commitment fee) serta mengurangi manfaat<br />

proyek karena selesai tidak tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. berbagai permasalahan tersebut<br />

disebabkan oleh banyak faktor, baik soal kebijakan, kelembagaan, maupun teknis pengelolaan pinjaman. belum<br />

adanya strategi pemanfaatan pinjaman yang spesifik serta undang-undang mengenai pinjaman luar negeri<br />

mengakibatkan manajemen pengelolaannya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara komprehensif.<br />

tantangan lain yang dihadapi pemerintah adalah besarnya cicilan pokok dan bunga pinjaman yang harus<br />

dibayar setiap tahun yakni sekitar US$6 hingga 6,5 miliar atau sekitar 25 persen dari total belanja Pemerintah.<br />

Di sisi yang lain, pemerintah sudah tidak dapat lagi memanfaatkan fasilitas penjadwalan kembali pembayaran<br />

pinjaman yang biasa dilakukan melalui Forum paris club. Diperlukan upaya lain agar beban pembayaran<br />

pinjaman tidak semakin membebani pemerintah di masa yang akan datang.<br />

berdasarkan status <strong>pencapaian</strong> mDgs yang diuraikan pada bagian sebelumnya dari <strong>laporan</strong> ini, terdapat<br />

beberapa target yang sulit untuk dicapai, terutama di wilayah terpencil dan perbatasan. untuk itu, masih<br />

dibutuhkan dana yang sangat besar untuk mencapai target tersebut. Hal ini terjadi di hampir seluruh negara<br />

berkembang dan miskin, terutama di afrika. Dengan demikian, tanpa adanya dukungan pendanaan dari<br />

tujuan 8. membangun kemitraan global untuk pembangunan<br />

Gambar 8.3<br />

rasio Debt-to Service dan rasio<br />

posisi pinjaman Luar negeri<br />

terhadap pDb, 1990-2006<br />

sumber:<br />

bank <strong>indonesia</strong><br />

103

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!