laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan perkembangan <strong>pencapaian</strong> mDgs inDonesia 2007<br />
102<br />
saja membutuhkan waktu yang lebih lama dalam peningkatan kapasitas untuk menghadapi berbagai implikasi<br />
akibat adanya perjanjian perdagangan bebas. perdagangan itu sendiri bukan suatu tujuan akhir, namun<br />
seharusnya dilihat dalam konteks yang lebih luas, yaitu untuk penciptaan lapangan kerja dan pembangunan<br />
manusia. sayangnya, perundingan World trade organization (Wto) putaran terakhir, yang disebut “putaran<br />
Doha” gagal mencapai kesepakatan antara negara-negara maju dan berkembang.<br />
Dalam sistem keuangan, terobosan pada fungsi intermediasi perbankan yang akan mendukung <strong>pencapaian</strong><br />
mDgs juga perlu diciptakan, terutama dalam hal penyaluran kredit untuk usaha mikro dan penduduk miskin.<br />
selama ini penyaluran kredit tersebut terkendala oleh peraturan mengenai collateral atau jaminan sehingga<br />
kredit tidak dapat menjangkau penduduk miskin yang membutuhkan.<br />
<strong>indonesia</strong> dapat berperan penting di tingkat global untuk dapat memanfaatkan perdagangan internasional<br />
baik bagi <strong>indonesia</strong> sendiri maupun bagi negara-negara berkembang lainnya. <strong>indonesia</strong> tidak hanya perlu<br />
bernegosiasi untuk memperoleh akses yang lebih adil atas ekspor barang dan jasanya, melainkan juga perlu<br />
mengurangi beberapa hambatan dari sisi penawaran agar dapat meningkatkan perdagangan. <strong>indonesia</strong>,<br />
antara lain, perlu mendorong investasi di sektor manufaktur yang pada akhirnya dapat menciptakan lebih<br />
banyak lapangan kerja.<br />
Dalam hal ini, pemerintah telah meluncurkan paket kebijakan penanaman modal untuk mendorong terciptanya<br />
iklim usaha yang kondusif agar dapat menarik penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDi) yang<br />
sejauh ini belum berhasil mencapai tingkat sebelum krisis. selanjutnya, untuk meningkatkan penanaman<br />
modal, <strong>indonesia</strong> mengembangkan beberapa zona perdagangan bebas (Free Trade Zone/FtZ) baru.<br />
Dalam konteks desentralisasi, pemerintah daerah perlu secara proaktif menyusun dan melaksanakan kebijakan<br />
yang dapat mengembangkan ekonomi lokal serta mendorong agar dunia usaha mampu berkiprah di pasar<br />
domestik dan internasional.<br />
target 15<br />
MENANGANI HUtANG NEGARA BERKEMBANG MELALUI UPAYA NASIONAL MAUPUN<br />
INtERNASIONAL AGAR PENGELOLAAN HUtANG BERKESINAMBUNGAN DALAM jANGKA<br />
PANjANG.<br />
8.2.1. INDIKAtOR<br />
indikator yang digunakan dalam menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun<br />
internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang adalah:<br />
1. rasio pinjaman luar negeri terhadap pDb.<br />
2. Debt-to-Service Ratio (Dsr).<br />
8.2.2. KEADAAN DAN KEcENDERUNGAN<br />
Official Development Assistance (oDa) disalurkan kepada negara miskin dan berkembang dalam bentuk<br />
pinjaman lunak dan hibah. sebagai salah satu negara berkembang, pemerintah <strong>indonesia</strong> memanfaatkan<br />
sumber pinjaman dan hibah luar negeri sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan pembangunan.<br />
ini mengingat besarnya kebutuhan dana pembangunan dibandingkan dengan sumber dana yang tersedia<br />
di dalam negeri. pinjaman dan hibah luar negeri dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan ekonomi<br />
dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat dan memenuhi kebutuhan dasar, menurunkan angka<br />
kemiskinan, serta membangun dan memperbaiki infrastruktur.<br />
pinjaman dan hibah luar negeri telah dimanfaatkan dalam pembiayaan pembangunan sejak tahun 1960-an.<br />
Pada tahun 1966, jumlah pinjaman luar negeri Pemerintah berjumlah US$2.015 juta dan terus mengalami