laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
laporan pencapaian millennium development goals indonesia - UNDP
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
sekitar 69.957 desa/kelurahan yang<br />
didata) dengan pemukiman kumuh,<br />
100<br />
88 84<br />
yang tersebar di 15.739 lokasi dan<br />
dihuni oleh 854.906 keluarga. kondisi<br />
80<br />
tersebut disebabkan oleh beberapa hal<br />
seperti: (1) ketidakmampuan masyarakat<br />
60<br />
berpendapatan menengah ke bawah untuk<br />
memiliki dan/atau menghuni rumah yang<br />
40<br />
layak dan sehat; (2) penurunan kualitas<br />
lingkungan (environment degradation);<br />
20<br />
(3) penurunan kualitas sumber daya<br />
manusia dan penurunan kualitas sosial<br />
masyarakat; (4) kegagalan sistem<br />
-<br />
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006<br />
penyediaan perumahan yang tidak mampu mengantisipasi kebutuhan masyarakat terhadap hunian; dan (5)<br />
kegagalan pemerintah pusat dan daerah dalam mempertahankan alokasi biaya penyediaan dan pemeliharaan<br />
prasarana dan pelayanan perkotaan.<br />
Rendahnya status hukum kepemilikan tanah. berdasarkan data bps tahun 2004, persentase rumah<br />
tangga yang memiliki sertifikat BPN (Badan Pertanahan Nasional) atas tanah yang dibangun di daerah<br />
perkotaan baru mencapai 40,91 persen, sedangkan di daerah perdesaan hanya 19,15 persen. Jumlah ini<br />
menurun dibandingkan dengan kondisi tahun 2001 yakni 50,78 persen di kota dan 21,63 persen di daerah<br />
perdesaan. Walaupun demikian, pada tahun 2004 tersebut, 18 persen masyarakat perkotaan dan 25,55<br />
persen masyarakat perdesaan memiliki girik 2 sebagai bukti hak mengusahakan/mengelola bidang tanah, yang<br />
melalui proses lebih lanjut dapat diusulkan untuk ditingkatkan menjadi sertifikat hak milik dari BPN.<br />
7.3.3. tANtANGAN DAN UPAYA YANG DIPERLUKAN<br />
<strong>pencapaian</strong> mDgs untuk mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman<br />
kumuh dewasa ini menghadapi tantangan sebagai berikut:<br />
y Pertama, terjadinya kesenjangan ( mismatch) dalam pembiayaan perumahan. sumber pembiayaan<br />
untuk kredit pemilikan rumah (kpr) pada umumnya berasal dari dana jangka pendek (deposito<br />
dan tabungan), sementara sifat kredit pemilikan rumah pada umumnya mempunyai tenor jangka<br />
panjang. belum adanya sumber pembiayaan perumahan jangka panjang selalu menjadi kendala bagi<br />
pengembangan pasar perumahan yang sehat. kesenjangan tersebut dalam jangka panjang menyebabkan<br />
pasar perumahan menjadi tidak sehat karena ketidakstabilan ketersediaan sumber pembiayaan.<br />
selain itu, pasar perumahan sangat terpengaruh (volatile) terhadap perubahan ekonomi makro, resiko<br />
likuiditas, dan gejolak tingkat bunga. tidak adanya sumber pembiayaan perumahan jangka panjang dan<br />
belum beroperasinya lembaga fasilitas pembiayaan sekunder juga merupakan salah satu penyebab<br />
berkembangnya pola penjualan rumah sistem pre-sale. Dalam pola ini, konsumen tidak membeli<br />
rumah tetapi membeli peta yang akan dibangun bila konsumen telah melunasi uang muka. kondisi<br />
tersebut secara tidak langsung merugikan konsumen dan juga menyebabkan pasar tidak sehat karena<br />
agunan (collateral) hanya berdasarkan kepada satu surat sampai rumah yang diinginkan terbangun,<br />
sehingga sulit untuk di-disclosure bila terjadi ingkar janji (wan prestasi, default).<br />
y Kedua, masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan. tingginya biaya administrasi<br />
perijinan yang dikeluarkan dalam pembangunan perumahan merupakan satu persoalan yang senantiasa<br />
dihadapi dalam pembangunan perumahan. biaya perijinan untuk pembangunan perumahan saat ini<br />
mencapai 20 persen dari nilai rumah. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan pasar perumahan karena<br />
biaya tersebut akan diteruskan (pass-through) kepada konsumen sehingga semakin menjauhkan<br />
keterjangkauan (affordability) masyarakat terhadap harga yang ditawarkan.<br />
y Ketiga, pembiayaan perumahan yang terbatas dan pola subsidi yang memungkinkan terjadinya<br />
salah sasaran. berbagai bantuan program perumahan tidak sepenuhnya terkoordinasi dan efektif.<br />
bantuan pembangunan dan perbaikan rumah secara swadaya dan berkelompok masih bersifat proyek<br />
2 Girik adalah surat pemilikan tanah yang belum tersertifikasi, yang sesungguhnya berupa surat pajak bumi<br />
tujuan 7. memastikan kelestarian Lingkungan Hidup<br />
Gambar 7.20<br />
proporsi rumah tangga Dengan<br />
akses rumah tinggal tetap (%),<br />
tahun 1992-2006<br />
sumber:<br />
survey sosial ekonomi nasional<br />
(bps, berbagai tahun).<br />
keterangan: proporsi rumah<br />
tangga dimaksud adalah rumah<br />
tangga yang memiliki atau<br />
menyewa rumah.<br />
95