05.05.2013 Views

Modul instalasi bangunan sederhana

Modul instalasi bangunan sederhana

Modul instalasi bangunan sederhana

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

A. Besaran Penerangan<br />

1. Flux Cahaya<br />

BAB 1<br />

BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN<br />

Flux cahaya adalah energi yang diradiasikan keluar dari suatu<br />

sumber cahaya setiap detiknya dalam bentuk gelombang cahaya.<br />

Jadi flux cahaya dapat dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah<br />

seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik.<br />

Dalam hubungannya dengan penerangan telah dijelaskan<br />

bahwa 1 watt cahaya sama dengan 680 lumen. Jumlah lumen perwatt<br />

(lm/W), disebut flux cahaya spesifik<br />

Gambar 1 sudut ruang<br />

Misalnya, luasan A merupakan suatu bidang dari permukaan<br />

bola yang mempunyai jari-jari (r). kalau kita tentukan luas A, maka<br />

sudut ruang ω yang dipotong dari bola oleh jari-jari itu disebut dengan<br />

steradian, yang persamaannya dapat kita tuliskan sebagai berikut :<br />

A<br />

<br />

r<br />

2<br />

, kalau A = r 2 maka ω = 1, karena luas permukaan bola<br />

terdapat<br />

4r<br />

2<br />

= 4 steradian<br />

r<br />

2<br />

Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola seperti gambar 1<br />

memancarkan 1 cd ke setiap jurusan. Jadi permukaan bolanya akan<br />

mendapat penerangan merata. Kalau intensitas cahayanya 1 cd,<br />

Dra. Hj. Janarti 1


melalui sudut ruang 1 sr akan mengalir flux cahaya 1 m. Jadi<br />

intensitas cahaya dapat juga diberi defenisi sebagai berikut :<br />

<br />

I = cd<br />

<br />

Dimana : I : Intencitas cahaya (cd)<br />

sehingga : Φ = ωI 1m<br />

Φ : Flux cahaya (lumen)<br />

ω : sudut ruang (steradilan)<br />

sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola seperti<br />

gambar 1 dilingkupi oleh 4 steradian. Jadi sumber cahaya itu<br />

memancarkan :<br />

Φ = ωI = 4 I lm<br />

Karena intensitas cahayanya 1 cd, maka<br />

2. Intensitas Penerangan<br />

Φ = 4 lm<br />

Intensitas penerangan atau iluminasi atau kuat penerangan adalah<br />

flux cahaya yang jatuh pada suatu bidang atau permukaan, sehingga<br />

satuan Intensitas penerangan adalah lumen /m 2 atau Lux (Lx).<br />

Gambar 2 Intensitas penerangan pada suatu bidang kerja<br />

Jika suatu bidang yang luasnya A m 2 (lihat gambar 2a), diterangi<br />

dengan Φ lumen, intensitas penerangan rata-rata di bidang itu adalah :<br />

Φ<br />

Erata-rata = lux<br />

A<br />

Kalau 10 m 2 diterangi dengan 1000 lumen, didapat :<br />

Dra. Hj. Janarti 2


Φ 1000<br />

lux<br />

A 10<br />

Erata-rata = 100<br />

Sedangkan untuk kasus seperti gambar 2.b dimana intensitas<br />

penerangan di suatu bidang karena suatu sumber cahaya dengan<br />

intensitas I, berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber<br />

cahaya dengan bidang itu, disebut hukum kuadrat, dengan rumus :<br />

I<br />

Ep =<br />

r<br />

2<br />

lux<br />

Dimana : Ep : intensitas penerangan di suatu titik P dari bidang<br />

yang diterangi, dinyatakan dalam satuan lux<br />

I : intensitas cahaya dalam satuan candela,<br />

r : jarak dari sumber cahaya titik P, dinyatakan dalam<br />

meter.<br />

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana<br />

pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80<br />

cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau<br />

bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di<br />

atas lantai.<br />

Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat<br />

pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu bagian menarik halus<br />

misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih<br />

besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal.<br />

Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas<br />

penerangan yang diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan<br />

penerangan buatan, juga memerlukan intensitas penerangan yang<br />

lebih besar.<br />

Tabel 1 mencantumkan intensitas penerangan yang diperlukan<br />

untuk penerangan yang baik.<br />

Φ = E x A lm.<br />

Dra. Hj. Janarti 3


Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya<br />

mencapai bidang kerja sebagian dari flux cahaya itu akan<br />

dipancarkan ke dinding dan langit-langit (lihat gambar 3). Karena<br />

itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus<br />

diperhitungkan efisiensi atau rendemennya :<br />

Dimana :<br />

<br />

g<br />

o<br />

Φo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber<br />

cahaya yang ada dalam ruangan<br />

Φg = flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja,<br />

langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh<br />

dinding dan langit-langit.<br />

Bagian flux cahaya yang hilang menerangi ruangan atau<br />

diserap oleh dinding, langit-langit, gorden dan sebagainya.<br />

Gambar 3<br />

a. Pembagian flux cahaya dalam ruangan.<br />

Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju<br />

langsung ke bidang kerja.<br />

b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dari flux<br />

cahayanya menuju langsung ke bidang kerja.<br />

Dra. Hj. Janarti 4


a. Efisiensi Penerangan<br />

Dari<br />

Dan<br />

<br />

g<br />

o<br />

Φg = E x A lm<br />

Didapat rumus flux cahaya :<br />

Dimana :<br />

A = luas bidang kerja dalam m 2<br />

E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja<br />

Efisiensi atau randemen penerangannya ditentukan dari tabel-<br />

tabel (lihat misalnya tabel 2 sampai dengan tabel 6). Setiap tabel<br />

hanya berlaku untuk suatu armature tertentu dengan jenis lampu<br />

dalam ruangan tertentu pula.<br />

Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus<br />

diperhitungkan :<br />

a. Efisiensi atau randmen armatrunya (v);<br />

b. Faktor refleksi didning (rw), faktor refleksi langit-langintya (rp)<br />

dan faktor refleksi bidang pengukuran (rm)<br />

c. Indeks ruangannya<br />

b. Efisiensi Armatur<br />

Efisiensi atau randemen armatur v ialah :<br />

v =<br />

flux cahaya yang dipancarkan<br />

oleh armatur<br />

flux cahaya yang dipancarkan<br />

oleh sumber cahaya<br />

efisiensi ini dibagi atas bagian flux di atas dan di bawah bidang<br />

horizontal; misalnya dalam tabel 3 masing-masing 22% dan 65%.<br />

Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan<br />

oleh bahan yang digunakan.<br />

Dra. Hj. Janarti 5


Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan<br />

efisiensi armaturnya.<br />

c. Faktor-Faktor Refleksi<br />

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan<br />

bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh<br />

dinding dan langit-langit, dan kemudian mencapai bidang kerja.<br />

Faktor refleksi semua bidang pengukuran atau bidang kerja rm,<br />

ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara<br />

bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk rm ini diambil 0,1.<br />

Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-<br />

70% dan yang berwarna gelap 10-20%.<br />

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan<br />

langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-<br />

sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yaitu q jatuh di langit-<br />

langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.<br />

Dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 efisiensi penerangannya<br />

diberikan untuk tiga nilai rp yang berbeda. Pada setiap nilai rp<br />

terdapat tiga nilai rw.<br />

Untuk faktor refleksi dinding rw ini dipilih suatu nilai rata-rata,<br />

sebab pengaruh gorden dan sebagainya sangat besar.<br />

a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja<br />

b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya<br />

luas dan luminansinya rendah<br />

c. Penempatan standar cahaya yang tepat<br />

Dra. Hj. Janarti 6


d. Indeks ruangan atau indeks bentuk<br />

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan<br />

perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatu ruangan<br />

berbentuk bujur sangkar :<br />

dimana :<br />

k =<br />

p = panjang ruangan dalam m<br />

l = lebar ruangan dalam m<br />

p<br />

l<br />

h(<br />

p l)<br />

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m<br />

Bidang kerja ialah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya<br />

0,80 m di atas lantai.<br />

Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi<br />

penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau<br />

misalnya k = 4,5 maka untuk diambil nilai tengah antara nilai-nilai<br />

k = 4 dan k = 5.<br />

Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai untuk k = 5, sebab<br />

untuk k di atas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah<br />

lagi.<br />

e. Faktor Penyusunan atau Faktor Depresiasi<br />

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d adalah :<br />

d =<br />

E dalam keadaan dipakai<br />

E dalam keadaan baru<br />

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas<br />

penerangan rata-rata suatu <strong>instalasi</strong> dengan lampu-lampu dan<br />

armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor,<br />

sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.<br />

Dra. Hj. Janarti 7


Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel-tabel 2 sampai<br />

dengan 6 berlaku untuk suatu <strong>instalasi</strong> dalam keadaan baru. Kalau<br />

faktor depresiasinya 0,8 suatu <strong>instalasi</strong> yang dalam keadaan baru<br />

memberi hanya 200 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.<br />

Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam<br />

keadaan dipakai, nilai rendmeen yang didapat dari tabel masih<br />

harus dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depresiasi ini<br />

dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk :<br />

a. Untuk potongan berat.<br />

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga<br />

kelompok, tergantung pada masa pemeliharaan lampu-lampu<br />

dan armatur-armaturnya yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun.<br />

Potongan ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan<br />

gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang<br />

hampir tidak berdebu.<br />

Potongan berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan<br />

banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-<br />

perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya.<br />

Potongan biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.<br />

Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan<br />

faktor depresiasi 0,8.<br />

Selanjutnya efisiensi penerangannya juga dipengaruhi oleh<br />

cara penempatan sumber-sumber cahayanya dalam ruangan.<br />

Jarak a antarsumber cahaya sedapat mungkin harus sama<br />

untuk dua arah. Jarak antar sumber cahaya yang paling luar<br />

dan dinding harus 0,5 a. Sedapat mungkin a harus sama<br />

dengan tinggi h sumber cahaya di atas bidang kerja.<br />

Kalau ketentuan-ketentuan di atas mengenai penempatan<br />

sumber cahaya dipenuhi, untuk efisiensi penerangannya dapat<br />

Dra. Hj. Janarti 8


digunakan nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 2 sampai<br />

dengan tabel 6.<br />

Kalau a lebih kecil daripada h, misalnya kalau ruangannya<br />

kecil, maka untuk penerangan umum yang biasanya digunakan<br />

empat armatur.<br />

Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi<br />

telah juga diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya.<br />

Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk<br />

lampu-lampu TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun, dan<br />

untuk lampu pijar 500 jam nyala per tahun. Angka-angka ini<br />

sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan-perusahaan.<br />

Kalau intensitas penerangannya menurun sampai 20% di<br />

bawah yang seharusnya, lampu-lampunya harus diganti atau<br />

dibersihkan. Penggantian lampu-lampu ini sebaiknya dilakukan<br />

kelompok demi kelompok, supaya tidak terlalu mengganggu<br />

kegiatan perusahaan.<br />

f. Tabel-Tabel Penerangan<br />

Tabel 2 sampai dengan tabel 6 berikut ini dikutip dari buku<br />

“Tabellen voor verlentign’ (tabel-tabel penerangan), yang<br />

diterbitkan oleh Philips.<br />

Dra. Hj. Janarti 9


1. Kantor<br />

Ruangan gambar<br />

Pusat Pekerjaan<br />

Ruangan kantor (untuk pekerjaan<br />

Tabel 1<br />

kantor biasa, melayani mesin-mesin<br />

kantor)<br />

Ruangan yang tidak digunakan terus<br />

menerus untuk pekerjaan (ruangan<br />

arsip, tangga, gang, ruangan tunggu)<br />

2. Ruangan sekolah<br />

Ruangan kelas<br />

Ruangan gambar<br />

Ruangan untuk pelajaran jahit<br />

menjahit<br />

3. Industri<br />

Pekerjaan sangat halus (pembuatan<br />

jam tangan, instrumen kecil dan halus,<br />

mungkir)<br />

Pekerjaan halus (pekerjaan<br />

pemasangan halus, menyetel mesin<br />

bubut otomatis, pekerjaan bubut<br />

halus, kempa halus, poles)<br />

Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut<br />

kasar, pemasangan biasa)<br />

Penerangan<br />

sangat baik<br />

2000 lux<br />

250 lux<br />

500 lux<br />

1000 lux<br />

1000 lux<br />

5000 lux<br />

2000 lux<br />

1000 lux<br />

Penerangan<br />

baik<br />

1000 lux<br />

150 lux<br />

250 lux<br />

1000 lux<br />

1000 lux<br />

2500 lux<br />

1000 lux<br />

500 lux<br />

Dra. Hj. Janarti 10


Pekerjaan kasar (menampa dan<br />

menggiling)<br />

4. Toko<br />

Ruangan jual dan pamer :<br />

Toko-toko besar<br />

Toko-toko lain<br />

Etalase :<br />

Toko-toko besar<br />

Toko-toko lain<br />

5. Mesjid Gereja dan sebagainya<br />

6. Rumah tinggal<br />

Kamar tamu<br />

Penerangan setempat<br />

Penerangan umum, suasana<br />

Dapur<br />

Penerangan setempat<br />

Penerangan umum, suasana<br />

Ruangan-ruangan lain<br />

Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias<br />

(penerangan setempat)<br />

Gang, tangga, gudang, garasi<br />

Penerangan setempat untuk<br />

pekerjaan-pekerjaan ringan<br />

(hobby, dan sebagainya)<br />

Penerangan umum<br />

500 lux<br />

1000 lux<br />

500 lux<br />

2000 lux<br />

1000 lux<br />

250 lux<br />

1000 lux<br />

100 lux<br />

500 lux<br />

250 lux<br />

500 lux<br />

250 lux<br />

500 lux<br />

250 lux<br />

250 lux<br />

500 lux<br />

250 lux<br />

1000 lux<br />

500 lux<br />

125 lux<br />

500 lux<br />

50 lux<br />

250 lux<br />

125 lux<br />

250 lux<br />

125 lux<br />

250 lux<br />

125 lux<br />

Dra. Hj. Janarti 11


Armatur penerangan<br />

TBL 15<br />

TCS 15<br />

4x %L 40 W<br />

Kisi lamel<br />

langsung<br />

V<br />

%<br />

0<br />

<br />

72<br />

<br />

72<br />

k<br />

0,5<br />

0,6<br />

0,8<br />

1<br />

1,2<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

rw<br />

Tabel 2<br />

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk<br />

0,5<br />

rp<br />

rm<br />

0,28<br />

0,33<br />

0,42<br />

0,48<br />

0,52<br />

0,56<br />

0,61<br />

0,64<br />

0,66<br />

0,69<br />

0,71<br />

0,7<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,23<br />

0,28<br />

0,36<br />

0,43<br />

0,48<br />

0,52<br />

0,58<br />

0,61<br />

0,64<br />

0,67<br />

0,69<br />

0,1 0,5<br />

0,19<br />

0,24<br />

0,33<br />

0,40<br />

0,44<br />

0,49<br />

0,55<br />

0,59<br />

0,61<br />

0,65<br />

0,67<br />

0,27<br />

0,32<br />

0,40<br />

0,46<br />

0,50<br />

0,54<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,64<br />

0,66<br />

0,68<br />

Dra. Hj. Janarti 12<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,23<br />

0,28<br />

0,36<br />

0,43<br />

0,47<br />

0,52<br />

0,57<br />

0,60<br />

0,63<br />

0,66<br />

0,68<br />

0,1 0,5<br />

0,19<br />

0,24<br />

0,32<br />

0,39<br />

0,44<br />

0,49<br />

0,54<br />

0,58<br />

0,61<br />

0,64<br />

0,66<br />

0,27<br />

0,32<br />

0,40<br />

0,46<br />

0,50<br />

0,54<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,64<br />

0,66<br />

0,68<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,22<br />

0,27<br />

0,36<br />

0,42<br />

0,46<br />

0,51<br />

0,56<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,65<br />

0,66<br />

0,1<br />

0,19<br />

0,24<br />

0,32<br />

0,39<br />

0,43<br />

0,48<br />

0,54<br />

0,57<br />

0,60<br />

0,63<br />

0,65<br />

masa pemeliharaan<br />

1 tahun 2 tahun<br />

Pengotoran ringan<br />

0,85 0,80<br />

Pengotoran sedang<br />

0,80 0,70<br />

Pengotoran berat<br />

x x


Armatur penerangan<br />

GCF<br />

langsung<br />

2 x TLF 65 W<br />

V<br />

%<br />

22<br />

<br />

87<br />

<br />

65<br />

k<br />

0,5<br />

0,6<br />

0,8<br />

1<br />

1,2<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

rw<br />

Tabel 3<br />

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk<br />

0,5<br />

rp<br />

rm<br />

0,32<br />

0,37<br />

0,46<br />

0,53<br />

0,58<br />

0,62<br />

0,68<br />

0,71<br />

0,73<br />

0,76<br />

0,78<br />

0,7<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,26<br />

0,31<br />

0,41<br />

0,48<br />

0,52<br />

0,58<br />

0,64<br />

0,67<br />

0,70<br />

0,74<br />

0,76<br />

0,1 0,5<br />

0,22<br />

0,27<br />

0,36<br />

0,44<br />

0,48<br />

0,54<br />

0,60<br />

0,64<br />

0,67<br />

0,71<br />

0,74<br />

0,29<br />

0,35<br />

0,43<br />

0,49<br />

0,54<br />

0,58<br />

0,63<br />

0,66<br />

0,68<br />

0,71<br />

0,72<br />

Dra. Hj. Janarti 13<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,24<br />

0,30<br />

0,38<br />

0,45<br />

0,49<br />

0,54<br />

0,59<br />

0,63<br />

0,65<br />

0,69<br />

0,71<br />

0,1 0,5<br />

0,21<br />

0,26<br />

0,35<br />

0,42<br />

0,46<br />

0,51<br />

0,57<br />

0,60<br />

0,63<br />

0,67<br />

0,69<br />

0,27<br />

0,32<br />

0,40<br />

0,46<br />

0,50<br />

0,54<br />

0,58<br />

0,61<br />

0,63<br />

0,65<br />

0,67<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,23<br />

0,28<br />

0,36<br />

0,42<br />

0,46<br />

0,51<br />

0,55<br />

0,59<br />

0,61<br />

0,64<br />

0,65<br />

0,1<br />

0,20<br />

0,25<br />

0,33<br />

0,39<br />

0,43<br />

0,48<br />

0,53<br />

0,57<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,64<br />

masa pemeliharaan<br />

1 tahun 2 tahun<br />

Pengotoran ringan<br />

0,90 0,80<br />

Pengotoran sedang<br />

0,80 0,75<br />

Pengotoran berat<br />

x x


Armatur penerangan<br />

GCB<br />

2x TL 40w<br />

langsung<br />

Roster sejajar<br />

V<br />

%<br />

38<br />

<br />

81<br />

<br />

43<br />

k<br />

0,5<br />

0,6<br />

0,8<br />

1<br />

1,2<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

rw<br />

Tabel 4<br />

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk<br />

0,5<br />

rp<br />

rm<br />

0,26<br />

0,30<br />

0,38<br />

0,43<br />

0,47<br />

0,51<br />

0,56<br />

0,59<br />

0,61<br />

0,64<br />

0,66<br />

0,7<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,20<br />

0,25<br />

0,32<br />

0,38<br />

0,42<br />

0,47<br />

0,52<br />

0,56<br />

0,58<br />

0,62<br />

0,64<br />

0,1 0,5<br />

0,17<br />

0,21<br />

0,28<br />

0,34<br />

0,38<br />

0,43<br />

0,49<br />

0,52<br />

0,55<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,22<br />

0,26<br />

0,33<br />

0,38<br />

0,41<br />

0,45<br />

0,49<br />

0,52<br />

0,54<br />

0,56<br />

0,58<br />

Dra. Hj. Janarti 14<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,18<br />

0,22<br />

0,29<br />

0,34<br />

0,37<br />

0,41<br />

0,46<br />

0,49<br />

0,51<br />

0,54<br />

0,56<br />

0,1 0,5<br />

0,15<br />

0,19<br />

0,25<br />

0,30<br />

0,34<br />

0,38<br />

0,43<br />

0,46<br />

0,49<br />

0,52<br />

0,54<br />

0,19<br />

0,23<br />

0,28<br />

0,32<br />

0,35<br />

0,38<br />

0,42<br />

0,44<br />

0,46<br />

0,48<br />

0,50<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,16<br />

0,19<br />

0,25<br />

0,29<br />

0,32<br />

0,36<br />

0,40<br />

0,42<br />

0,44<br />

0,47<br />

0,48<br />

0,1<br />

0,14<br />

0,17<br />

0,23<br />

0,27<br />

0,30<br />

0,33<br />

0,38<br />

0,40<br />

0,42<br />

0,45<br />

0,47<br />

masa pemeliharaan<br />

1 tahun 2 tahun<br />

Pengotoran ringan<br />

0,85 0,80<br />

Pengotoran sedang<br />

0,80 0,70<br />

Pengotoran berat<br />

x x


NB 64<br />

dengan lampu<br />

pijar 300 W<br />

Armatur V<br />

%<br />

35<br />

<br />

83<br />

<br />

48<br />

k<br />

0,5<br />

0,6<br />

0,8<br />

1<br />

1,2<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

rw<br />

Tabel 5<br />

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk<br />

0,5<br />

rp<br />

rm<br />

0,23<br />

0,27<br />

0,34<br />

0,39<br />

0,43<br />

0,47<br />

0,52<br />

0,56<br />

0,59<br />

0,62<br />

0,65<br />

0,7<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,18<br />

0,21<br />

0,28<br />

0,33<br />

0,37<br />

0,41<br />

0,47<br />

0,51<br />

0,54<br />

0,58<br />

0,61<br />

0,1 0,5<br />

0,14<br />

0,17<br />

0,23<br />

0,28<br />

0,32<br />

0,36<br />

0,42<br />

0,47<br />

0,50<br />

0,55<br />

0,58<br />

0,20<br />

0,24<br />

0,29<br />

0,34<br />

0,37<br />

0,41<br />

0,45<br />

0,48<br />

0,51<br />

0,54<br />

0,56<br />

Dra. Hj. Janarti 15<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,16<br />

0,19<br />

0,24<br />

0,29<br />

0,32<br />

0,36<br />

0,41<br />

0,44<br />

0,47<br />

0,51<br />

0,54<br />

0,1 0,5<br />

0,12<br />

0,15<br />

0,20<br />

0,25<br />

0,28<br />

0,32<br />

0,37<br />

0,41<br />

0,44<br />

0,48<br />

0,51<br />

0,18<br />

0,20<br />

0,25<br />

0,29<br />

0,31<br />

0,35<br />

0,39<br />

0,41<br />

0,43<br />

0,46<br />

0,48<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,14<br />

0,16<br />

0,21<br />

0,25<br />

0,27<br />

0,31<br />

0,35<br />

0,38<br />

0,41<br />

0,44<br />

0,46<br />

0,1<br />

0,11<br />

0,13<br />

0,18<br />

0,21<br />

0,24<br />

0,28<br />

0,32<br />

0,35<br />

0,38<br />

0,42<br />

0,44<br />

masa pemeliharaan<br />

1 tahun 2 tahun<br />

Pengotoran ringan<br />

0,85 0,80<br />

Pengotoran sedang<br />

0,80 0,70<br />

Pengotoran berat<br />

x x


Alur<br />

Armatur penerangan<br />

Dengan TL<br />

langsung<br />

V<br />

%<br />

70<br />

<br />

70<br />

<br />

0<br />

k<br />

0,5<br />

0,6<br />

0,8<br />

1<br />

1,2<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

rw<br />

Tabel 6<br />

Efisiensi penerangan untuk keadaan baru Faktor depresiasi untuk<br />

0,5<br />

rp<br />

rm<br />

0,13<br />

0,14<br />

0,18<br />

0,20<br />

0,22<br />

0,24<br />

0,27<br />

0,28<br />

0,30<br />

0,31<br />

0,33<br />

0,7<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,10<br />

0,11<br />

0,14<br />

0,17<br />

0,19<br />

0,21<br />

0,24<br />

0,26<br />

0,27<br />

0,29<br />

0,30<br />

0,1 0,5<br />

0,08<br />

0,09<br />

0,12<br />

0,15<br />

0,17<br />

0,19<br />

0,21<br />

0,24<br />

0,25<br />

0,27<br />

0,28<br />

0,08<br />

0,09<br />

0,11<br />

0,13<br />

0,14<br />

0,16<br />

0,18<br />

0,18<br />

0,19<br />

0,20<br />

0,21<br />

Dra. Hj. Janarti 16<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,06<br />

0,07<br />

0,09<br />

0,11<br />

0,13<br />

0,14<br />

0,16<br />

0,17<br />

0,18<br />

0,19<br />

0,20<br />

0,1 0,5<br />

0,05<br />

0,06<br />

0,08<br />

0,10<br />

0,11<br />

0,13<br />

0,14<br />

0,16<br />

0,17<br />

0,17<br />

0,18<br />

0,04<br />

0,05<br />

0,06<br />

0,07<br />

0,08<br />

0,09<br />

0,10<br />

0,10<br />

0,11<br />

0,11<br />

0,12<br />

0,5<br />

0,3<br />

0,1<br />

0,04<br />

0,04<br />

0,05<br />

0,06<br />

0,07<br />

0,08<br />

0,09<br />

0,09<br />

0,10<br />

0,11<br />

0,11<br />

0,1<br />

0,03<br />

0,04<br />

0,05<br />

0,06<br />

0,06<br />

0,07<br />

0,08<br />

0,09<br />

0,09<br />

0,10<br />

0,10<br />

masa pemeliharaan<br />

1 tahun 2 tahun<br />

Pengotoran ringan<br />

0,58 0,80<br />

Pengotoran sedang<br />

x x<br />

Pengotoran berat<br />

x x


Satuan ruangan gambar ukuran 8 x 16 m dan tinggi 3,20 m, harus<br />

diberi penerangan. Jumlah lampu yang diperlukan ditentukan sebagai<br />

berikut :<br />

a. Pertama-tama ditentukan jenis lampu dan armatur yang akan<br />

digunakan. Untuk contoh ini dipilih armatur 4 x TL 40 W menurut tabel<br />

2. Flux cahayanya 4 x 3000 lumen per armatur.<br />

b. Kemudian ditentukan faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna<br />

dinding dan langit-langit ruangan, yaitu untuk :<br />

Warna putih dan warna sangat muda : 0,7<br />

Warna muda : 0,5<br />

Warna sedang : 0,3<br />

Warna gelap : 0,1<br />

Untuk menentukan faktor refleksi suatu warna, dalam praktek<br />

digunakan kipas warna dengan faktor-faktor refleksinya.<br />

Untuk contoh ini ditentukan :<br />

rp = 0,5, rw = 0,3, dan rm = 0,1<br />

c. Selanjutnya ditentukan indeks bentuknya.<br />

Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit, dan bidang<br />

kerjanya berada kira-kira 0,90 m di atas lantai, maka h = 2,30 m.<br />

Jadi :<br />

p l 168<br />

k = <br />

2,<br />

3<br />

h ( pl<br />

) 2,<br />

30(<br />

16 8)<br />

d. Kemudian ditentukan efisiensi penerangannya dari tabel 2 dengan nilai<br />

k, rp, rw dan rm seperti tersebut di atas.<br />

Dari tabel 2 dapat dibaca :<br />

Untuk k = 2 : = 0,57 dan<br />

Untuk k = 2,5 : = 0,60<br />

Efisiensi penerangannya untuk k = 2,3 ditentukan dengan interpolasi :<br />

Dra. Hj. Janarti 17


2,<br />

3 2<br />

= 0,57 + ( 0,<br />

60 0,<br />

57)<br />

0,<br />

59<br />

2,<br />

5 2<br />

Dalam tabel 2, efisiensi armaturnya sama dengan 72%. Nilai ini juga<br />

berlaku untuk armatur yang digunakan untuk contoh ini. Jadi efisiensi<br />

penrangannya tetap 0,59.<br />

Kalau armatur yang digunakan memiliki efisiensi lain, misalnya 55%,<br />

efisiensi peneranganny akan menjadi :<br />

55<br />

72<br />

<br />

0,<br />

59<br />

<br />

0,<br />

45<br />

e. Intensitas penerangan yang diperlukan ditentukan berdasarkan tabel<br />

1, untuk flux cahaya diperlukan dapat dihitung dari :<br />

Atau<br />

E A<br />

untuk keadaan baru<br />

<br />

0<br />

<br />

E A<br />

d<br />

untuk keadaan dipakai<br />

Jumlah lampu atau armatur n yang diperlukan dapat juga ditentukan<br />

langsung dari :<br />

atau<br />

n =<br />

n =<br />

0<br />

E<br />

A<br />

<br />

lampu<br />

lampu<br />

<br />

d<br />

0<br />

E A<br />

<br />

armatur<br />

armatur<br />

<br />

d<br />

Flux cahaya lampu atau armatur dapat dilihat dari buku katalog. Untuk<br />

contoh ini berlaku :<br />

Φarmatur = 4 x 3000 = 12000 lumen<br />

Dra. Hj. Janarti 18


Jumlah armatur yang diperlukan dapat dihitung setelah ditentukan<br />

faktor depresiasinya. Untuk contoh ini dapat diperkirakan, bahwa<br />

hanya akan terjadi pengotoran ringan. Kalau lampu-lampunya<br />

diperbaharui setiap 2 tahun, maka<br />

d = 0,8 (lihat tabel 2)<br />

Jadi :<br />

E = 1250 lux<br />

A = 8 x 16 = 128 m 2<br />

d = 0,8<br />

Φarmatur<br />

= 0,59<br />

Sehingga :<br />

= 12000 lumen<br />

1250 128<br />

n = 28,<br />

2<br />

12000 0,<br />

59 0,<br />

8<br />

Jadi ini dapat dibagi atas 4 deret, masing-masing dengan 7 armatur,<br />

atau 3 deret dari 9 armatur.<br />

Cara penempatan armatur-armaturnya juga tergantung pada<br />

konstruksi langit-langit ruangan. Selain itu juga penempatan meja-<br />

meja gambarnya ikut menentukan. Di atas meja gambar tidak boleh<br />

ada bayang-bayang yang mengganggu.<br />

Luas A selalu dihitung dari ukuran bujur sangkar. Juga kalau<br />

sebagian dari ruangan digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk<br />

serambi depan, luas A tetap dihitung dari panjang dan lebar bujur<br />

sangkar. Kalau kemudian ternyata bahwa di tempat serambi itu tidak<br />

mungkin dipasang armatur, maka armatur di tempat ini ditiadakan.<br />

Dra. Hj. Janarti 19


Pada waktu instalaisnya diserahkan, jadi dalam keadaan rabu,<br />

intensitas penerangannya akan jauh lebih tinggi, yaitu sama dengan :<br />

1250<br />

1562,<br />

5 lux<br />

0,<br />

8<br />

Ini berlaku kalau setiap tabung TL menghasilkan 3000 lumen.<br />

Sesungguhnya flux cahaya yang dihasilkan sebuah tabung TL selama<br />

100 jam nyala pertama, lebih banyak daripada 3000 lumen.<br />

Dra. Hj. Janarti 20


Teori :<br />

AKTIFITAS BELAJAR<br />

1. Apa keuntungan-keuntungan penerangan yang baik bagi suatu<br />

perusahaan produksi ?<br />

2. Faktor-faktor apa saja yang harus dipertimbangkan, jika memilih sistem<br />

penerangan yang sebaiknya digunakan ?<br />

3. Perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja<br />

dan sekelilingnya yang harus dihindari. Mengapa ?<br />

4. Faktor-faktor apa yang menentukan pilihan intensitas penerangan di suatu<br />

bidang kerja ?<br />

5. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efisiensi penerangan ?<br />

6. Apa yang dimaksud dengan efisiensi armatur ?<br />

7. Bagaimana cara menentukan indeks ruangan atau indeks bentuk ?<br />

8. Bagaimana cara menentukan tinggi h dalam hitungan indeks ruangan ?<br />

9. Apa yang dimaksud dengan faktor depresiasi ?<br />

10.Faktor-faktor apa yang menentukan nilai faktor depresiasi ?<br />

Soal-soal<br />

1. Suatu ruangan dengan luas lantai 48 m 2 diberi penerangan dengan 24<br />

lampu TL 40 W, yang masing-masing menghasilkan 288 lm. Efisiensi<br />

penerangannya 40%, dan faktor depresiasinya d = 0,7.<br />

Tentukanlah intensitas penerangan dalam ruangan tersebut !<br />

2. Suatu ruangan kelas harus diberi penerangan dengan intensitas<br />

penerangan 250 lux. Panjang ruangan 9 m, lebarnya 8 m dan tingginya<br />

3,85 m.<br />

Untuk penerangannya digunakan armatur lampu TL 2 x 40 W dengan flux<br />

cahaya spesifik 65 lm/W. Efisiensi penerangannya 50% dan faktor<br />

depresiasinya 0,7.<br />

Dra. Hj. Janarti 21


Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan. Gambarlah denahnya<br />

dengan penempatan armatur-armatrunya serta jarak antara masing-<br />

masing armatur.<br />

3. Suatu bangsal pabrik dengan ukuran lantai 40 x 10 m harus diberi<br />

penerangan dengan menggunakan armatur lampu TL 2 x 40 W yang<br />

dipasang pada langit-langit. Masing-masing tabung TL memberi 2800<br />

lumen. Intensitas penerangannya harus 300 lux.<br />

Tinggi ruangan 4,50 m. faktor depresiasinya 0,6. Untuk menentukan<br />

efisiensi penerangannya berlaku tabel di bawah ini :<br />

Indeks bentuk k<br />

1<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Efisiensi penerangan dalam<br />

keadaan dipakai<br />

0,21<br />

0,27<br />

0,32<br />

0,36<br />

0,40<br />

0,43<br />

0,46<br />

Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan untuk instansi ini<br />

(perhitungkan juga kemungkinan pelaksanaannya). Berapakah intensitas<br />

penerangannya di biang kerja dalam keadaan baru ?<br />

4. Suatu bangsal ukuran 150 x 10 m harus diberi penerangan dengan<br />

menggunakan lampu-lampu TL 65 W, 4400 lm. Intensitas penerangannya<br />

harus 60 lux. Faktor depresiasinya setelah 2 tahun sama dengan 0,6.<br />

Efisiensi penerangannya U.b.<br />

a. Tentukanlah jumlah tabung TL yang harus dipasang dalam ruangan<br />

tersebut.<br />

Dra. Hj. Janarti 22


. Berapakah intensitas penerangannya setelah 2 tahun, kalau pada<br />

waktu penyerahan iluminasinya dibuat 15% lebih tinggi daripada yang<br />

diharuskan.<br />

5. Suatu ruangan kerja dengan ukuran lantai 12 x 8 m harus diberi<br />

penerangan dengan intensitas penerangan rata-rata 350 lux (d = 0,8).<br />

Kalau efisiensi penerangannya sama dengan 0,4 tentukanlah :<br />

a. Jumlah lampu pijar 150 W, 16 lm/W, yang diperlukan;<br />

b. Jumlah lampu TL 40 W, 70 lm/W, yang diperlukan (balas 16 W)<br />

c. Biaya pemakaian listriknya per tahun untuk a dan untuk b.<br />

Dimisalkan bahwa lampu-lampunya digunakan 10 jam sehari selama<br />

250 hari per tahun. Harga 1 kWh sama dengan Rp. 35,-<br />

d. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari jawaban pertanyaan c ?<br />

6. Buatlah rencana penerangan untuk suatu ruangan toko dengan<br />

ketentuan-ketentuan sebagai berikut :<br />

Ukuran-ukuran ruangan panjang 12 m, lebar 6 m dan tinggi 3,50 m; tinggi<br />

meja-meja panjangnya 0,85 m. intensitas penerangan rata-rata di meja<br />

panjang harus 250 lux.<br />

Untuk penerangannya dapat digunakan lampu-lampu pijar dengan difusor<br />

(armatur bola), atau lampu-lampu TL dengan data-data sebagai berikut :<br />

a. Penerangan dengan lampu pijar :<br />

Tinggi lamu di atas lantai 2,65 m. dalam setiap difusor dipasang<br />

sebuah lampu pijar 300 W yang memberi 4800lm.<br />

b. Penerangan dengan lampu TL<br />

Tinggi lampu di atas lantai 3,25 m. Setiap armatur terdiri dari 2 tabung<br />

TL 40 W; masing-masing tabung memberi 2500 lm. Daya balasnya 20<br />

W per armatur.<br />

Karena refleksi dinding dan langit-langit, armatur yang digunakan dan<br />

ukuran ruangannya, efisiensi penerangannya seperti di bawah ini :<br />

Dra. Hj. Janarti 23


a. Untuk penerangan dengan lampu pijar : = 37,5 %<br />

b. Untuk penerangan dengan lampu TL : = 36%<br />

Untuk kedua cara penerangan, faktor depresinya sama dengan d = 0,8.<br />

Untuk kedua cara penerangan tersebut di atas, tentukanlah :<br />

a. Indeks ruangannya k<br />

b. Jumlah armatur yang diperlukan<br />

c. Fluks cahaya spesifikasinya dalam satuan lim/W<br />

d. Daya terpasang yang diperlukan<br />

e. Daya terpasang yang diperlukan, dinyatkana dalam W per m 2 luas<br />

lantai.<br />

7. Bangsal suatu pabrik tekstil harus diberi penerangan dengan<br />

menggunakan armatur TL 2 x 40 W duo untuk penerangan langsung.<br />

Intensitas penerangan rata-ratanya harus 250 lux.<br />

Berhubung dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan dalam bangsal<br />

tersebut, digunakan tabung-tabung TL dengan warna cahaya tertentu dan<br />

fluks cahaya 2800 lm per tabung.<br />

Ukuran bangsal 42 x 8 m.<br />

Jarak vertikal antara lampu dan bidang ialah dengan 3,70 m.<br />

Efisiensi penerangannya dapat ditentukan dari tabel di bawah ini :<br />

Flux cahaya spesifikasinya (untuk lampu dengan balas) sama dengan<br />

56 lm/W.<br />

Dra. Hj. Janarti 24


Faktor depresiasinya d = 0,7<br />

Indeks bentuk k<br />

1<br />

1,5<br />

2<br />

2,5<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Efisiensi penerangan dalam<br />

keadaan dipakai<br />

0,20<br />

0,26<br />

0,30<br />

0,35<br />

0,39<br />

0,42<br />

0,45<br />

a. Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan untuk penerangan ini.<br />

Hasilnya harus dibulatkan ke bilangan genap yang terdekat.<br />

b. Tentukanlah daya terpasang yang diperlukan.<br />

c. Berapakah penunjukan rata-rata sebuah luxmeter, jika diukur segera<br />

setelah insatalsinya diserahkan ?<br />

8. Suatu kantin ukuran 10 x 20 cm harus diberi penerangan. Tinggi<br />

ruangannya 5,35 m. intensitas penrangan rata-ratanya harus E = 225 lux.<br />

Warna dinding-dindingnya kuning muda; langit-langitnya putih.<br />

Armatur yang digunakan ialah NB 64 (lihat tabel 5), dengan lampu 3000<br />

W (flux cahaya spesifiknya 15 lm/W). pengotoran dalam ruangan hanya<br />

sedikit, dan lampu-lampunya dibersihkan setiap tahun.<br />

Armatur-armaturnya digantung 1,5 m di bawah langit-langit.<br />

Tentukanlah :<br />

a. rp dan rw<br />

b. k<br />

c. efisiensi penerangannya<br />

d. flux cahaya Φ0<br />

e. jumlah armatur yang diperlukan<br />

Dra. Hj. Janarti 25


f. gambarlah denahnya dengan penempatan armatur-armatrunya serta<br />

jarak antara masing-masing armatur dan antara armatur dan dinding-<br />

dinding.<br />

9. Suatu kantin ukuran 8 x 50 m dan tinggi 5 m harus diberi penernagnanya<br />

dengan menggunakan armatur TL 2 x 65 W duo (lihat tabel 3). Flux<br />

cahayanya 3100 lm per tabung. Warna langit-langitnya putih (rp = 0,7) dan<br />

dinding-dindingnya kuning (rw = 0,5) d = 0,8<br />

Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan supaya E = 250 lux<br />

Kalau harga 1 kWh sama dengan Rp. 35,- tentukanlah biaya pemakaian<br />

listrik <strong>instalasi</strong> ini setiap tahunnya. Berapakah daya terpasang yang<br />

diperlukan ? penerangannya digunakan rata-rata 6 jam per hari dan 300<br />

hari per tahun. Daya balasnya 20 W per armatur.<br />

10.Suatu bangsal pabrik harus diberi penerangan dengan lampu-lampu TL.<br />

Intensitas penerangannya harus kira-kira 300 lux.<br />

Armatur yang digunakan ialah TL 2 x 40 W, 2800 lm per tabung (tabel 4).<br />

Ukuran bangsal : panjang 24 m, lebar 8 m dan tinggi 5 m. tinggi bidang<br />

kerjanya 0,80 m.<br />

Langit-langit dan dindingnya diberi warna muda. Pengotorannya hanya<br />

sedikit. Fkator derpesiasinya d = 0,8.<br />

a. Tentukanlah jumlah armatur yang diperlukan<br />

b. Buatlah gambar denahnya menurut skala di atas kertas ukuran A4<br />

dengan penempatan armatur-armaturnya (dinding-dindingnya<br />

digambar dengan garis tunggal).<br />

Dra. Hj. Janarti 26


3. Luminasi<br />

Luminasi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda baik pada<br />

sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi dalam hal<br />

ini penting kita ketahui berhubungan dengan masalah kesilauan<br />

terhadap mata, kenyamanan serta karakteristik penerangan yang kita<br />

inginkan. Hal ini berhubungan pula masalah koefisien refleksi,<br />

perbedaan kontras yang terang dan yang gelap, dan juga masalah<br />

bayangan. Luminasi dinyatakan dengan rumus :<br />

L =<br />

I 2<br />

cd/cm<br />

As<br />

Dimana : L : luminasi dalam satuan cd/cm 2<br />

I : intensitas cahaya dalam satuan cd<br />

As : luas semu permukaan dalam satuan cm 2<br />

Kalau luminasinya sangat kecil dapat juga digunakan satuan cd/m 2<br />

1 cd/m 2 = 10.000 cd/m 2<br />

Luas semu permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada<br />

suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan<br />

luas permukaan seluruhnya. Untuk sebuah bola, luas semua<br />

permukaannya sama dengan luas lingkaran besar bola itu.<br />

Lihat gambar 4 luas semu permukaan dua bola, apabila dari bola<br />

kecil dengan jari-jari r = 1 meter, maka :<br />

As = r 2 = m 2<br />

Dan dari bola besar dari jari-jari r1 = 2m, maka<br />

As1 = r1 2 = 4 m 2<br />

Jika bola-bokanya 100% tembus cahaya dan I = 1 cd, maka<br />

masing-masing bola :<br />

L =<br />

I = 0,318 cd/cm 2 bola kecil<br />

As<br />

1<br />

<br />

Dra. Hj. Janarti 27


L =<br />

I = 0,0796cd/cm 2 bola besar<br />

As<br />

Contoh Soal<br />

1<br />

4<br />

1. Suatu lantai mempunyai ukuran 8 x 16 m, diterangi dengan flux<br />

cahaya 48.000 lumen. Berapakah intensitas penerangan rata-<br />

ratanya ?<br />

Jawab :<br />

Dik : A : 8 x 16 m = 128 m 2<br />

Φ : 48.000 lumen<br />

Dit : E : ……… ?<br />

Penyelesaian :<br />

Φ 48.000<br />

lux<br />

A 128<br />

Rumus : Erata-rata = 375<br />

2. Sebuah lampu pijar digantung 2 m diatas meja. Intensitas<br />

cahayanya ke bawah sama dengan 480 cd. Tentukanlah intensitas<br />

penerangannya di permukaan meja, tegak lurus di bawah lampu.<br />

Jawab :<br />

Dik : I = 480 cd<br />

r = 2 m<br />

Dit : E = …… ?<br />

Penyelesaian :<br />

Rumus :<br />

Ep =<br />

2 <br />

I<br />

r<br />

480<br />

2<br />

2<br />

= 120 lux<br />

Dra. Hj. Janarti 28


AKTIFITAS BELAJAR<br />

1. Apa yang dimaksud dengan intensitas cahaya ?<br />

2. Apa yang dimaksud dengan intensitas penerangan ?<br />

3. Apa yang dimaksud dengan luminasi ?<br />

4. Apa akibatnya jika luminasi suatu sumber cahaya terlalu besar ?<br />

5. Apa yang dimaksud dengan luas semu ?<br />

6. Sebuah lampu dari 200 W memberikan 3000 lumen. Berapakah flux<br />

cahaya spesifiknya, dan berapa watt cahaya yang diberikan oleh lampu<br />

tersebut.<br />

7. Sebuah reflector cermin ditempatkan 2,5 m di atas suatu meja pajang.<br />

Sumbu berkas cahayanya diarahkan tegak lurus ke bawah. Di permukaan<br />

meja pajang, tepat di bawah dinaikkan menjadi 3 m di atas meja panjang.<br />

Berapakah sekarang intensitas penerangannya di permukaan meja, tepat<br />

di bawah reflector.<br />

8. Intensitas cahaya sebuah lampu sorot sama dengan 2.000.000 cd. Berkas<br />

cahaya lampu ini menerangi suatu bidang dengan intensitas penerangan<br />

200 lux. Berapakah jarak antara bidang itu dan lampu sorot tersebut.<br />

9. Di titik tengah sebuah bola dengan jari-jari 3 m ditempatkan sebuah<br />

sumber cahaya dari 150W. Jumlah flux cahayanya 2000 lumen dan<br />

merata kesemua arah jurusan.<br />

Tentukanlah :<br />

a. Intensitas penerangan di permukaan bola<br />

b. Flux cahaya spesifiknya<br />

c. Intensitas cahayanya<br />

Dra. Hj. Janarti 29


10.Sebuah lampu pijar ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu yang<br />

berdiameter 20 cm, memberikan luminsai 0,3 cd/cm 2 kepada bola itu.<br />

Lampunya kemudian dipindahkan ke dalam sebuah bola kaca putih susu<br />

lainnya yang mempunyai diameter setengah dari bola kaca yang pertama.<br />

Berapakah luminasi pada bola kedua ?<br />

Dra. Hj. Janarti 30


B. Hukum Penerangan<br />

1. Dalil Cosinus<br />

Pada uraian yang telah lalu telah diberikan defenisi mengenai<br />

intensitas penerangan pada suatu bidang kerja. Defenisi tersebut<br />

dalam bentuk persamaan<br />

<br />

… lux. Besaran-besaran yang<br />

A<br />

dipergunakan untuk detail cosines ialah sebagai berikut lihat gambar<br />

5.<br />

Gambar 5<br />

Misalnya flux cahaya yang menuju pada bidang A pada posisi 1<br />

adalah f, maka intensitas penerangan rata-rata pada bidang A :<br />

f<br />

E1 = … lux<br />

A<br />

Jika permukaan A dimiringkan seperti posisi 2 sebesar α = alpha,<br />

maka flux cahaya pada bidang A tadi menjadi f cos α. Sehingga<br />

intensitas penerangan rata-rata pada bidang A tersebut menjadi :<br />

E2 =<br />

f cos α<br />

A<br />

… lux<br />

E2 = E1 cos α<br />

Hubungan ini dikenal hubungan Lambert Cosinus. Sehubungan<br />

dengan rumus intensitas penerangan pada suatu titik yang<br />

menggunakan hukum kuadrat :<br />

I<br />

E = … lux<br />

r<br />

2<br />

Dra. Hj. Janarti 31


Maka persamaan besaran penerangan yang digunakan untuk hukum<br />

cosinus menjadi :<br />

I<br />

E = cos α … lux<br />

r<br />

2<br />

E : intensitas penerangan pada permukaan dengan satuan Lux<br />

I : intensitas cahaya dalam satuan cd<br />

r : jarak antara sumber cahaya dan bidang permukaan (m)<br />

2. Hukum Kuadrat Terbalik<br />

Seperti yang terlihat dalam gambar 6 sebuah sumber cahaya<br />

seragam memancarkan intensitas cahaya (I) sama kuatnya ke seluruh<br />

arah, digantungkan dengan ketinggian h dari suatu bidang kerja, titik A<br />

tetap di bawah sumberl. Sedangkan titik B, terletak dengan jarak r dari<br />

sumber tersebut, maka hubungan antara h dan r disebut hukum<br />

cosinus, sedangkan hubungan antara B dan r disebut dengan<br />

hubungan kuadrat terbalik.<br />

Gambar 6<br />

Dalam gambar 6 kalau suatu sumber cahaya L diarahkan ke titik B<br />

sebesar I = 400 cd dan jarak antara L dan B sama dengan r = 2 meter,<br />

intensitas di titik B akan sama dengan :<br />

EB =<br />

I = 100 lux<br />

2<br />

r<br />

400<br />

2<br />

2<br />

Dra. Hj. Janarti 32


Intensitas penerangan E1 dibidang a1 – b1 tegak lurus pada arah I.<br />

hal ini disebut hukum kuadrat terbalik atau dalam bentuk persamaan.<br />

I<br />

E1 = …… lux<br />

r<br />

2<br />

Intensitas penerangan E di bidang horizontal a – b ialah proyeksi<br />

dari E1 pada garis tegak lurus pada bidang a – b di titik B. Jadi, E = E1<br />

cos α, dari persamaan-persamaan ini maka akan kita dapatkan<br />

persamaan :<br />

I<br />

E = cos α … lux<br />

r<br />

2<br />

Persamaan di atas ditinjau dari intensitas penerangan pada titik B<br />

ialah sebagai berikut :<br />

Eb<br />

Eb<br />

EB<br />

=<br />

=<br />

I<br />

LB<br />

2<br />

I<br />

r<br />

2<br />

h<br />

<br />

r<br />

h<br />

= I .<br />

r<br />

3<br />

=<br />

Jadi,<br />

. cos α cos α =<br />

I<br />

3<br />

h <br />

h<br />

karena = cos α<br />

h<br />

2 r <br />

r<br />

Maka<br />

I<br />

EB =<br />

h<br />

2<br />

3<br />

h <br />

= cos<br />

r <br />

3 α<br />

. cos 3 α … lux<br />

h<br />

<br />

r<br />

= Intensitas penerangan pada titik B dengan satuan lux<br />

I = Sumber intensitas cahaya dengan satuan candela<br />

Dra. Hj. Janarti 33<br />

h<br />

LB


h = tinggi lampu (jarak lampu) terhadap titik B dengan satuan<br />

Contoh Soal<br />

semester.<br />

1. Sebuah lampu (L) digantungkan dengan ketinggian 8 meter<br />

tepat di atas titik A pada suatu bidang kerja. Lampu tersebut<br />

memberikan flux cahaya sebesar 1200 lumen ke seluruh arah.<br />

Berapa intensitas penerangan pada titik B pada bidang kerja<br />

tersebut bila jarak A dan B sebesar 6 meter ? (lihat gambar 7).<br />

Penyelesaian :<br />

Φ = 1200 lumen<br />

I 1200<br />

I = 95,<br />

5 cd<br />

4.<br />

3,<br />

14 4.<br />

3,<br />

14<br />

Seperti yang terlihat pada gambar 7, maka untuk r dapat kita hitung<br />

menjadi :<br />

r = 8<br />

2<br />

6<br />

2<br />

10<br />

m<br />

maka cos α dapat dihitung :<br />

LA 8<br />

cos α = 0,<br />

8<br />

LB 10<br />

jadi intensitas penerangan di titik B<br />

I 95,5<br />

Eb = cos α = 0, 8 0,<br />

764 lux<br />

r<br />

2<br />

10<br />

2<br />

I 95,5<br />

EA = cos α = 1,<br />

49 lux<br />

r<br />

2<br />

10<br />

2<br />

Dra. Hj. Janarti 34


AKTIFITAS BELAJAR<br />

1. Sebuah lampu pijar digantung dengan ketinggian 3 m diatas suatu meja<br />

persegi panjang dengan ukuran 2 x 1,5 m, lampunya memancarkan<br />

cahaya 300 cd ke seluruh jurusan. Berapakah intensitas penerangan di<br />

pusat dan di sudut-sudut meja ?<br />

2. Sebuah lampu digantung tetap di atas titik A dengan ketinggian 6 m dari<br />

permukaan meja. Lampu tersebut memberikan flux cahaya sebesar 1200<br />

lumen ke seluruh arah. Berapakah intensitas penerangan di titik A dan B<br />

bila jarak antara titik A dan B sebesar 5 m.<br />

3. Suatu sumber cahaya memancarkan 500 cd ke arah layar yang<br />

ditempatkan 5 m dari sumber cahaya. Berapa derajatkah layar tersebut<br />

harus diputar supaya intensitas penerangan di atasnya sama dengan 10<br />

lux.<br />

Dra. Hj. Janarti 35


BAB 2<br />

PERANGKAT HUBUNG BAGI<br />

Perangkat hubung bagi (PHB) adalah salah satu alat memutus dan<br />

menghubungkan arus listrik dan dilengkapi alat-alat pengaman yang sesuai<br />

persyaratan yang telah ditentukan oleh PLN.<br />

Perangkat hubung bagi juga berlaku sebagai alat membagi-bagi atau<br />

alat mencanangkan arus listrik ke semua arah pemakai dan sebagai<br />

pembatas pemakaian tenaga listrik. Pada pemakaian energi listrik yang besar<br />

mencapai besaran mega watt maka konstruksinya berbeda dan ini tidak<br />

diuraikan dalam bab ini.<br />

Keterangan :<br />

Diagram PHB lihat gambar 1<br />

1. KWH meter (KWH meter)<br />

2. Sekering utama<br />

3. Sakelar / penghubung utama<br />

4. Rel pembagi<br />

5. Sekering pembagi<br />

6. Sakelar pembagi<br />

7. Hubungan tanah / massa<br />

8. Kelompok-kelompok<br />

Dra. Hj. Janarti 36


A. SIFAT-SIFAT BEBAN RESISTIF, INDUKTIF DAN KAPASITIF<br />

Dalam pemakaian tenaga listrik di rumah tangga dan sebagainya<br />

terdapat bermacam-macam perabot rumah tangga selain penerangan<br />

yang secara umum misalnya kompor listrik, lampu pijar, alat pemanas,<br />

alat pemanggang roti, alat pemanas air, yang kesemuanya bersifat beban<br />

resitif. Beban resitif yang diterima bersifat tahanan murni dalam ohm.<br />

Dalam perhitungan dapat menggunakan rumus hukum Ohm.<br />

V = I x R dalam volt<br />

W = V x I<br />

Keterangan :<br />

V = tegangan listrik dalam kesatuan volt<br />

W = daya listrik dalam kesatuan watt<br />

I = arus listrik dalam kesatuan ampere<br />

R = tahanan listrik dalam kesatuan ohm<br />

Sedangkan untuk harga tahanan R sendiri mempunyai nilai tersendiri<br />

menurut rumus hantaran :<br />

Dimana :<br />

= tahanan jenis pengantar<br />

R = tahanan dalam ohm<br />

= panjang dalammeter<br />

R =<br />

2 ρ<br />

<br />

q<br />

q = penampang kawat dalam mili meter persegi (mm 2 )<br />

2 = karena dua hantaran<br />

Dalam pemakaian rumah tangga terdapat :<br />

Motor-motor listrik satu fasa, lampu-lampu TL, dan terdapat perlengkapan<br />

komponen-komponen kondensator, disamping kawat kumparannya<br />

sendiri.<br />

Dra. Hj. Janarti 37


Maka daya pada beban akan menggunakan perumusan :<br />

Daya (W) = V x x co. Q dalam satuan watt.<br />

Yang besar tahanan an terkandung :<br />

XL = 2..f.L dan Xc =<br />

1<br />

2<br />

π f<br />

C<br />

Dengan adanya perumusan di atas pemakaian perabot dalam rumah<br />

tangga terdapat beban induktif dan beban kapasitif.<br />

Contoh lihat gambar 2 adalah rangkaian lampu tabung (TL).<br />

Keterangan :<br />

XL1 = kumparan kerja<br />

Gambar 2 rangkaian lampu tabung (TL)<br />

Gambar 3 skema bagan motor kapasitor<br />

XL2 = kumparan start yang disambung seri terhadap Xc dan Sw<br />

(sentrifugal switch)<br />

B. Pembagian Beban Instalasi dalam Kelompok<br />

Di dalam pemasangan <strong>instalasi</strong> perlu diperhatikan dalam<br />

pembagian beban kelompok-kelompoknya harus dibuat seimbang satu<br />

sama lain. Pembagian kelompok terdiri pembagian atau batas jumlah titik<br />

penerangan dan stop kontak, menurut PUIL tidak lebih dari 10 titik ini<br />

termasuk stop kontak.<br />

Dra. Hj. Janarti 38


Pembagian beban menurut daya yang ada, dan penerangan rumah<br />

<strong>sederhana</strong> kelayakan rata-rata mendapat daya listrik di bawah atau sama<br />

dengan 450 VA. Lihat gambar 4 jelas di sini titik penerangan nomor 1<br />

sampai dengan nomor titik k3-7 dan 3 buah pemasangan stop kontak, dan<br />

jumlah daya 365 W pada kelompok I.<br />

Untuk kelompok II jumlah titik penerangan serta stop kontak 8 titik,<br />

serta jumlah dayanya sama dengan 365 W, jadi kedua kelompok jumlah<br />

titiknya tidak sama tetapi jumlah dayanya sama.<br />

Gambar . 4. Pembagian seimbang pada PHB<br />

C. Hubungan PHB dengan PUIL<br />

Perangkat hubung bagi (PHB) berfungsi untuk membagi<br />

penyaluran tenaga listrik dari sumber utama PLN ke bagian-bagian<br />

pelayanan tenaga listrik sampai ke sub-sub bagian pelayanan terkecil.<br />

Selain itu, PHB juga diharapkan dapat memberikan keamanan<br />

dalam sistem penggunaannya, seperti :<br />

a. Kalau suatu subbagian pelayanan terjadi gangguan listrik diharapkan<br />

subbagian lain tidak sampai terganggu, walaupun hubungan kelistrikan<br />

bagian tersebut dalam keadaan terputus.<br />

b. Apabila dalam suatu ruangan bengkel kerja terjadi hubungan singkat<br />

atau orang yang sedang bekerja terkena tegangan listrik maka<br />

hubungan rangkaian kelistrikan PHB secepatnya dapat dipusatkan.<br />

Mengingat peranan PHB yang sangat penting dalam penyaluran<br />

dan pengamanan tenaga listrik maka semua komponen yang terhimpun<br />

Dra. Hj. Janarti 39


dalam PHB mulai dari jenis bahan, cara perakitan, dan penggunaannya<br />

diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik yang<br />

disingkat PUIL 1987.<br />

Penyambungan saluran masuk dan saluran ke luar pada PHB yang<br />

harus menggunakan terminal sehingga penyambungan dengan<br />

komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur, dan aman sesuai ayat<br />

601.A.4.<br />

PHB harus dipasang sedemikian sehingga pelayanan mudah,<br />

aman dan bagian yang penting mudah dicapai 601.A.2, tanpa bantuan<br />

tangga, meja atau perkakas lain ayat 601.A.3.<br />

Karena penempatan PHB terletak pada posisi yang sering dilakui<br />

maka gangguan fisik sering terjadi seperti penempatan dekat pintu, maka<br />

rangka rumah dan bagian konstruksi PHB harus terbuat dari bahan yang<br />

tidak dapat terbakar, tahan lembap, dan kokoh ayat 610.A.I.<br />

Apabila PHB ditempatkan pada ruangan yang khusus maka harus<br />

memenuhi ketentuan sebagai berikut :<br />

a. Lalu lintas menuju PHB harus cukup leluasa sekurang-kurangnya 0,75<br />

m.<br />

b. Tinggi ruangan harus sekurang-kurangnya 2 m.<br />

c. Apabila dalam ruangan yang sama terdapat <strong>instalasi</strong> listrik lain maka<br />

lebar ruang bebas diantaranya sekurang-kurangnya 1,5 m lihat<br />

gambar 5.<br />

Dra. Hj. Janarti 40


Gambar. 5. Ruang pelayanan<br />

Bila pada tempat umum terpaksa harus ditempatkan lemari hubung<br />

bagi, maka pemasangannya harus pada ketinggian sekurang-kurangnya<br />

1,2 m dari lantai, atau diberi pagar agar tidak didekati oleh umum 620.B.3.<br />

Untuk <strong>instalasi</strong> perumahan, lemari, atau kotak hubung bagi harus<br />

dipasang sekurang-kurangnya 1,5 m dari lantai.<br />

Menurut ayat 601 DI pada saluran masuk suatu perlengkapan<br />

hubungan bagi yang berdiri sendiri, harus ada sekurang-kurangnya satu<br />

sakelar. Kemampuan hantar arus sakelar masuk ini harus sekurang-<br />

kurangnya sama dengan arus nominal pengamannya, tetapi tidak boleh<br />

kurang dari 10 A ayat 601 D2, 412 BI dan 840 C7, lihat gambar 6.<br />

Dra. Hj. Janarti 41


Gambar 6 contoh gambar bagan ayat 420 B.1 dan ayat 601 D.1<br />

Sakelar masuk tersebut boleh ditiadakan kalau perlengkapan<br />

hubung baginya mendapat suplai dari saluran ke luar suatu perlengkapan<br />

hubung baginya mendapat suplai dari saluran ke luar saluran<br />

perlengkapan hubung bagi lain, dan pada saluran luar ini sudah ada<br />

sakelar yang dicapai. Dalam hal ini kedua perlengkapan hubung bagi<br />

tersebut harus berada dalam ruangan yang sama dengan jarak antara<br />

tidak lebih dari 5 meter ayat 601 D3, lihat gambar 7.<br />

Gambar 7 PHB tidak berdiri sendiri<br />

Sakelar ke luar pada PHB harus dipasang apabila saluran :<br />

a. Mensuplai tiga buah atau lebih PHB yang lain.<br />

Dra. Hj. Janarti 42


. Dihubungkan tiga buah atau lebih motor / perlengkapan listrik yang<br />

lain. Hal ini tidak berlaku jika motor atau perlengkapan listrik tersebut<br />

dayanya masing-masing lebih kecil atau sama dengan 1,4 KW dan<br />

letaknya dalam ruangan yang sama.<br />

c. Dihubungkan tiga buah atau lebih kotak kontak yang masing-masing<br />

mempunyai arus nominal lebih dari 16 ampere.<br />

d. Mempunyai arus nominal 100 ampere atau lebih ayat 601 EI lihat<br />

gambar 8.<br />

Gambar 8<br />

Sakelar yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang<br />

jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan fase yang digunakan.<br />

Semua kutub harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak 630 G1.<br />

Sehingga gangguan tegangan atau arus listrik dari luar tidak sampai<br />

mengganggu komponen lain.<br />

Apabila pengaman lebur dan sakelar kedua-duanya terdapat pada<br />

saluran keluar sebaiknya pengaman lebur dipasang sesudah sakler ayat<br />

601 G2, lihat gambar 9. Kalau ada gangguan rangkaian pada kelompok<br />

tersebut jangan sampai menganggu ke rangkaian lain, dengan membuka<br />

sakelar maka penggantian pengaman lebur dapat dilakukan dengan<br />

bebas tagangan listrik.<br />

Dra. Hj. Janarti 43


Untuk memperoleh keadaan bebas tegangan pada semua kutub<br />

dan fase dalam <strong>instalasi</strong> untuk sistem tegangan di atas 1.000 V arus bolak<br />

balik atau di atas 1500 V arus searah, pemisah atau alat sejenis harus<br />

dipasang pada :<br />

a. Semua cabang dari sistem rel, lihat gambar 10<br />

b. Kedua sisi pemutus di tempat yang mungkin bertegangan, lihat<br />

gambar 11. Gambar ini juga memberikan pengertian tentang cara<br />

menggambar sakelar masuk dan sakelar ke dalam suatu PHB.<br />

Gambar 9 contoh gambar bagan ayat 601 G.1<br />

Gambar 10 contoh gambar bagan ayat 601 H.1.1<br />

Gambar 11 contoh gambar bagan ayat 601 H.1.2<br />

Dra. Hj. Janarti 44


D. Perlengkapan PHB 1 Fasa<br />

Dalam pengoperasian PHB perlu diamati kualitas dari bahan<br />

sekompnen yang dirakit harus memenuhi persyaratan. Disamping<br />

komponen yang diperlukan dan sesuai dengan tujuan, bahwa<br />

pemasangan PHB untuk pengamanan perlu ditambahkan suatu alat ukur<br />

yang menunjang, antara lain kilowatt meter voltmeter.<br />

Untuk lebih jelasnya gambar 12.<br />

Gambar 12 bagan dari PHB 1 fasa, 1 kelompok<br />

Gambar. 13. Gambar PHB 1 fasa terdiri 2 kelompok<br />

Keterangan :<br />

1. Sekering utama atau pemutus utama<br />

2. Sakelar utama atau penghubung utama<br />

3. Rel pembagi<br />

4. Sekering pembagi<br />

5. Sakelar pembagi<br />

6. Sekering kelompok pertama (I)<br />

7. Seekering kelompok kedua (II)<br />

8. Hubungan tanah atau massa<br />

Dra. Hj. Janarti 45


Gambar. 14. pengawatan PHB 1 fasa 2 kelompok<br />

Disamping perlengkapan PHB, perlu diketahui alat penera daya<br />

listrik yang dipakai adalah kilowatt meter (KWH meter). Dalam hal ini perlu<br />

diketahui bahwa pemasangan meter adalah, petugas PLN. Komponen<br />

wattmeter dapat dilihat teori pengukuran listrik singkat I. Untuk<br />

perlengkapan KWH hanya cukup gambar kerjanya. Lihat gambar 13.<br />

(a) simbol kwh meter (b) rangkaian kwh meter<br />

Gambar. 15. Bagan serta konstruksi KWH meter 1 fasa.<br />

Gambar 14 menunjukkan rangkaian PHB 1 fasa terdiri dua<br />

kelompok yang diperlengkapi KWH meter 1 fasa.<br />

Gambar. 16. PHB 1 fasa terdiri<br />

Dra. Hj. Janarti 46


Gambar. 17. PHB 1 fasa lebih dari 2 kelompok diperlengkapi KWH 1 meter<br />

fasa<br />

Dra. Hj. Janarti 47


AKTIFITAS BELAJAR<br />

1. Buatlah rencana pemasangan PHB 2 fasa terdiri 1 kelompok !<br />

Sediakan :<br />

a. Peralatan yang dipergunakan<br />

b. Bahan-bahan yang akan dipasang<br />

c. Buat lembaran kerja (laporan kerja)<br />

2. Selesaikanlah pemasangan PHB 1 fasa 2 kelompok, bila perlengkapan<br />

maupun alat telah disediakan dan buat laporan kerjanya !<br />

3. Selesaikan pengawatan dari PHB 1 fasa 3 kelompok yang diperlengkapan<br />

meter 1 fasa dan setelah selesai penyambungan, coba hubungkan. Buat<br />

grafik beban selama 30 menit dalam kertas lembaran kerja !<br />

4. Bersangkutan soal 3, berilah beban 1000 watt 220 volt dan kerjakan<br />

petunjuk soalnya !<br />

5. Selesaikanlah pengerjaan seperti soal 4 dengan fasilitas :<br />

a. PHB 1 fasa 4 kelompok<br />

b. PHB 1 fasa 6 kelompok<br />

Dra. Hj. Janarti 48


A. Sakelar<br />

BAB 3<br />

MENGGAMBAR RENCANA INSTALASI PENERANGAN<br />

Sakelar termasuk material jadi tinggal pasang yaitu merupakan<br />

suatu alat yang dapat digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan<br />

arus listrik. Berdasarkan kegunaannya sakelar sangat banyak macam dan<br />

jenisnya, misalnya sakelar penerangan, sakelar tegangan tinggi, sakelar<br />

<strong>instalasi</strong> tenaga, sakelar elektronika dan sebagainya. Namun sebagai<br />

material pengetahuan untuk pekerjaan dalam bidang <strong>instalasi</strong>, yang<br />

dijelaskan disini adalah saklar yang umum dipakai pada <strong>instalasi</strong> rumah<br />

dan tempat umum lainnya.<br />

Pada waktu memutuskan atau menghubungkan arus listrik,<br />

biasanya akan timbul busur api (fong) di antara kotank-kontaknya.<br />

Besarnyaloncatan api biasanya ditentukan oleh cepat atau lambatnya<br />

kontak-kontak terputus. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sakelar<br />

biasanya dilengkapi dengan pegas yang dapat memutuskan rangkaian<br />

dalam waktu cepat sehingga kemungkinan timbulnya loncatan api pada<br />

kontak-kontaknya adapt diperkecil.<br />

Dalam pemasangan sakelar harus diperhatikan syarat-syarat<br />

sebagai berikut : sakelar harus dapat dilayani tanpa memerlukan alat<br />

bantu; bagian sakelar yang bergerak harus tidak bertegangan; harus tidak<br />

dapat menghubungkan dirinya karena pengaruh gaya berat; dan<br />

kemampuan sakelar harus sesuai dengan alat yang dihubungkannya.<br />

Sedangkan dalam prakteknya dikenal macam-macam jenis sakelar yang<br />

biasa dipakai pada <strong>instalasi</strong> listrik penerangan <strong>bangunan</strong> <strong>sederhana</strong><br />

(rumah tinggal, sekolah, rumah ibadah). Jenis-jenis sakelar tersebut dapat<br />

dibedakan menurut fungsinya adalah : sakelar tunggal; sakelar berkutub<br />

Dra. Hj. Janarti 49


ganda; sakelar berkutub tiga; sakelar deret (seri); sakelar tukar; dan<br />

sakelar silang. Juga dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu : sakelar<br />

putar; sakelar tarik; sakelar tombol tekan; sakelar yang ditanam; dan<br />

sakelar yang tidak ditanam.<br />

Pemasangan kotak-kontak harus diperhatikan beberapa syarat<br />

yaitu : kotak-kontak harus dipasang sedemikian rupa sehingga netral<br />

berada di sebelah kanan; kotak-kontak dinding dipasang 1,25 m di atas<br />

lantai; kotak-kontak dinding harus dipasang dengan hantaran pengaman;<br />

dan kemampuan kontak-kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan<br />

daya yang dihubungkan padanya.<br />

Tabel macam-macam sakelar.<br />

Skema Instalasi Skema<br />

hubungan<br />

Skema dasar Nama<br />

Sakelar tunggal<br />

Sakelar ganda<br />

(sakelar dua kutub)<br />

Sakelar tiga kutub<br />

Sakelar seri<br />

Sakelar tukar<br />

Sakelar silang<br />

Dra. Hj. Janarti 50


B. Hubungan Macam-Macam Sakelar, Kotak Sakering dan KWH Meter<br />

Hubungan Sakelar Tunggal dan Kotak-Kontak<br />

Dipakai untuk mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu.<br />

Kabel yang masuk ke dalam sakelar adalah kabel fasa<br />

Saluran yang masuk ke dalam kotak-kontak yaitu langsung dari<br />

sumber dan tidak dipengaruhi oleh kedudukan sakelar.<br />

Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada<br />

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.<br />

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan<br />

Gambar 1 : Hubungan sakelar tunggal dan kotak-kontak<br />

C. Hubungan Sakelar Seri<br />

Dipakai untuk mengoperasikan 2 buah (2 kelompok) lampu secara<br />

sendiri-sendiri atau secara bersama-sama. Instalasi ini biasa dipasang<br />

pada rumah tinggal, contoh dipasang pada ruang tamu, ruang keluarga,<br />

kamar tidur dan sebagainya.<br />

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan<br />

Gambar 2 : Hubungan sakelar seri<br />

Dra. Hj. Janarti 51


D. Hubungan Sakelar Tukar<br />

Dengan memakai 2 buah sakelar tukar maka kita dapat<br />

mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu dari dua tempat.<br />

Instalasi ini biasa dipasang pada rumah bertingkat maupun di hotel,<br />

contoh dipasang pada ruang tangga.<br />

a. Gambar bagan b. Gambar pelaksanaan<br />

E. Hubungan Sakelar Silang<br />

Gambar 3 : hubungan sakelar tukar<br />

Dengan memakai dua buah sakelar tukar dan satu buah sakelar<br />

silang maka kita dapat mengoperasikan satu buah (satu kelompok) lampu<br />

dari tiga tempat. Untuk mengoperasikan lampu lebih dari tiga tempat<br />

maka kita perlukan tambahan sakelar silang saja, sedang jumlah sakelar<br />

tukar yang dibutuhkan hanya dua buah saja. Instalasi hubungan sakelar<br />

silang biasa dipakai dalam gang-gang, ruangan tangga serta ruangan<br />

yang besar.<br />

a : gambar bagan<br />

Dra. Hj. Janarti 52


F. Hubungan kotak sekering<br />

b : gambar pelaksanaan<br />

Gambar 4 : Hubungan sakelar silang<br />

Saluran input kotak sekering diambil dari saluran output kwh meter.<br />

Pada <strong>instalasi</strong> fasa, saluran yang masuk kotak sekering (input) hanya<br />

saluran fasa dan netral saja, sedang saluran outputnya ada tiga macam<br />

yaitu : fasa, netral dan saluran pembumian (grounding).<br />

Pada kotak sering terdapat sakelar ganda (sakelar 2 kutub)<br />

berfungsi untuk memutus dan menghubungkan saluran fasa dan netral<br />

saja bersama-sama. Saluran yang melewati sekering (pengaman lebur)<br />

hanya saluran fasanya saja. Sedang saluran netralnya tidak melewati<br />

sekering tetapi hanya melewati sakelar ganda, seperti terlihat pada<br />

gambar di bawah.<br />

Gambar 5 : hubungan kotak sekering<br />

Dra. Hj. Janarti 53


G. Hubungan KWH Meter<br />

Pada Kwh meter arus bolak balik terdapat sebuah piringan atau<br />

keping berinduksi yang terbuat dari aluminium. Untuk menggerakkan<br />

piringan ini dipasang dua buah kumparan, yaitu kumparan arus dan<br />

kumparan tegangan.<br />

Dalam menghubungkan Kwh meter, kumparan arus dihubung seri<br />

dengan pemakai, sedang kumparan tegangan dihubung langsung pada<br />

jala-jala / sumber. Hubungan Kwh meter dapat dilihat seperti gambar di<br />

bawah ini.<br />

Skema hubungan KWH meter 1 phase<br />

S.1 = spoel arus, dihubung seri dengan alat<br />

pemakai<br />

S.2 = spoel tegangan, dihubung langsung<br />

pada jala-jala atau sumber tegangan.<br />

Gambar 6 : Skema hubungan KWH meter 1 fase<br />

Gambar 7 : Skema hubungan KWH meter 3 fasa dengan penghantar netral<br />

Dra. Hj. Janarti 54


Gambar 8 : skema hubungan KWH meter 3 fasa tanpa penghantar netral<br />

H. Pengaman Arus Lebih<br />

Untuk menghindari kerusakan <strong>instalasi</strong> listrik / beban listrik karena<br />

arus lebih, perlu dipasang satu atau beberapa pengaman arus lebih.<br />

Arus lebih dapat terjadi karena beban lebih atau adanya hubung<br />

singkat. Pada umumnya pada suatu <strong>instalasi</strong> penerangan listrik dipasang<br />

dua jenis alat pengaman arus lebih yaitu pengaman lebur (sekering) dan<br />

pengaman otomatis (MCB).<br />

I. Pengaman Lebur (Sekering)<br />

Sekering adalah sejenis alat pengaman alat-alat pemakai arus<br />

listrik terhadap arus yang melebihi batas seperti pada gangguan arus<br />

hubung singkat. Pada <strong>instalasi</strong> penerangan rumah maupun gedung pada<br />

umumnya digunakan sekering sekerup yang bagian penghubung arusnya<br />

dinamakan patron lebur.<br />

Patron lebur memiliki kawat lebur dari perak dengan campuran<br />

beberapa logam lain seperti timbel,s eng dan tembaga. Kawat lebur perak<br />

digunakan karena logam ini hampir tidak mengoksid dan daya hantarnya<br />

tinggi, jadi diameter kawat lebarnya bisa sekecil mungkin, sehingga kalau<br />

kawatnya menjadi lebur tidak akan timbul banyak uap. Dengan demikian<br />

kemungkinan terjadinya ledakan akan lebih kecil.<br />

Dra. Hj. Janarti 55


Selain kawat lebur, dalam patron lebur juga terdapat kawat isyarat<br />

dari kawat tahanan. Kawat isyarat ini dihubungkan paralel dengan kawat<br />

lebur. Dan karena tahanannya besar, arus yang mengalir pada kawat<br />

isyarat hanya kecil. Pada ujung kawat isyarat terdapat sebuah piringan<br />

kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat.<br />

Kalau kawat lebrunya putus karena arus yang terlalu besar, kawat<br />

isyaratnya juga akan segera putus, karena itu piringan isyaratnnya akan<br />

lepas, sehingga dapat diketahui bahwa kawat lebarnya telah putus.<br />

Gambar 9 : patron lebur<br />

Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang berfungsi untuk<br />

memadamkan percikan api yang timbul kalau kawat lebarnya putus.<br />

Diameter luar dari ujung patron lebur berbeda-beda tergantung pada arus<br />

nominalnya, makin tinggi arus nominalnay maka besar diameter ujung<br />

patronnya.<br />

Gambar 10 : tudung sekring<br />

Dra. Hj. Janarti 56


Warna kode yang digunakan untuk menandai patron lebar yaitu<br />

sebagai berikut :<br />

2 A : merah jambu<br />

4 A : coklat<br />

6 A : hijau<br />

10 A : merah<br />

16 A : kelabu<br />

20 A : biru<br />

25 A : kuning<br />

35 A : hitam<br />

50 A : putih<br />

60 A : warna tembaga<br />

80 A : warna mas<br />

100 A : merah *<br />

* tanda warna lebih besar daripada yang 10 A<br />

Miniature Circuit Breaker (MCB)<br />

MCB banyak digunakan pada <strong>instalasi</strong> penerangan rumah dan<br />

gedung berfungsi sebagai pengaman beban lebih dan juga sebagai<br />

sakelar. Untuk menutup / menghubungkan dilakukan secara manual dan<br />

untuk membuka / menutup dapat dilakukan secara manual ataupun<br />

otomatis. Prinsip kerja MCB yaitu bekerja secara magnetik dan secara<br />

thermos.<br />

Secara magnetik arus akan melalui suatu kumparan yang berinti<br />

logam, jika kuat arus yang lewat melebihi batas nominalnya inti tersebut<br />

akan menjadi magnet dan magnet ini akan menarik kunci (pengait)<br />

sehingga akan menyebabkan terputusnya hubungan beban dengan<br />

sumber tegangan (lihat gambar 13.a dibawah).<br />

Dra. Hj. Janarti 57


Secara thermos yaitu digunakan bimetal atau dua jenis logam yang<br />

mempunyai angka muai berbeda. Jika kuat arus yang melewati bimetal<br />

melebihi harga nominalnya maka bimetal akan menjadi panas dan<br />

memuai sehingga bimetal dapat menggerakkan kunci / pengait sehingga<br />

akan menyebabkan terputusnya hubungan beban. Dengan sumber<br />

tegangan (lihat gambar : 11)<br />

MCB bersifat “renewable”, artinya MCB putus masih dapat<br />

berfungsi kembali setelah direset secara manual.<br />

J. Memasang Instalasi Listrik<br />

Gambar 11 : Prinsip Kerja MCB<br />

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu tindakan<br />

untuk pencegahan supaya tidak terjadi kecelakaan pada waktu<br />

melakukan atau tidak suatu kegiatan pekerjaan yang mungkin dapat<br />

terjadi kepada si pekerja maupun kepada orang lain, mesin, alat dan<br />

lingkungan saja dan dimana saja.<br />

Peralatan / material <strong>instalasi</strong> listrik dipasang sesuai dengan<br />

spesifikasi rancangan, standar dan persyaratan yang berlaku. Dalam<br />

memasang peralatan dan material harus sesuai dengan Indeks Proteksi<br />

(IP) yang telah ditetapkan. Kode IP ini terdiri dari dua digit dan selalu<br />

tercantum pada body peralatan dan material yang telah dikeluarkan oleh<br />

pabrik.<br />

Dra. Hj. Janarti 58


AKTIVITAS BELAJAR<br />

1. TUGAS TERTULIS<br />

JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI.<br />

1. Apakah nama dari gambar simbol disamping ini :<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

2. Buatlah gambar pelaksanaan dari gambar di bawah ini.<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

3. Buatlah gambar pelaksanaan dari gambar bagan di bawah ini !<br />

Dra. Hj. Janarti 59


Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

4. Dimanakah <strong>instalasi</strong> sakelar tukar biasa digunakan ?<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

………………………………………<br />

5. Apakah fungsi dari :<br />

a. Sekering (pengaman lebur)<br />

b. Miniature Circuit Breaker (MCB)<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

6. Gambaran hubungan pengawatan kotak sekering 1 fase (dari output<br />

KWH meter sampai dengan output kotak sekering / beban<br />

Jawaban :<br />

Dra. Hj. Janarti 60


7. Apakah kode warna pengaman lebur (sekering) dengan arus nominal<br />

6 ampere ?<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

8. Apakah fungsi pasir yang terdapat pada patron lebur<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

9. Berapa besar tahanan isolasi kabel <strong>instalasi</strong> yang diperbolehkan<br />

menurut PUIL<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

10.Gambarkan pengawatan pada KWH meter 1 phase<br />

Jawaban :<br />

Dra. Hj. Janarti 61


11.Apakah nama alat untuk mengukur besar tahanan isolasi kabel !<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

12.Apakah klasifikasi penghantar menurut bentuk (konstruksi) ?<br />

Jawaban :<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

…………………………………………………………………………………<br />

Dra. Hj. Janarti 62


BAB 4<br />

PERLENGKAPAN INSTALASI DALAM TEMBOK<br />

Perlu diketahui bahwa pemasangan <strong>instalasi</strong> listrik dalam tembok<br />

adalah suatu pemasangan yang sangat aman dari gangguan, terutama aman<br />

sentuhan dan rapi, hal ini mempunyai kelemahan, yaitu bila terjadi kebocoran<br />

arus susah dilihat dan sukar direnovasi.<br />

Dalam pelaksanaan pemasangan <strong>instalasi</strong> dalam tembok diperlukan<br />

persiapan-persiapan bahan yang akan dipasang. Bahan-bahan ini pasti<br />

bahan yang telah disahkan oleh peraturan yang terkait (PUIL). Adapun<br />

bahan-bahan yang dimaksud adalah :<br />

A. Pipa Instalasi Listrik<br />

Yang dimaksud pipa <strong>instalasi</strong> listrik adalah pipa union yang terbuat<br />

dari besi/baja yang mempunyai tebal sekurang-kurangnya 0,7 milimeter<br />

atau bahan lain yang dapat memberi perhitungan sama dengan pipa<br />

union.<br />

Jenis pipa untuk <strong>instalasi</strong> listrik<br />

Pada umumnya jenis pipa <strong>instalasi</strong> listrik yang digunakan adalah :<br />

a. Pipa union (besi/baja)<br />

Pipa ini mempunyai keuntungan, kekuatan mekanik yang besar<br />

sehingga dapat digunakan sebagai tulang beton jika ditahan dalam<br />

tembok. Pipa ini mempunyai kerugian sebagai penghantar lsitirk.<br />

b. Pipa PVC (Poly Vinyl Clorida)<br />

Pipa PVC (paralon) mempunyai keuntungan, yaitu tahanan isolasinya<br />

besar, tidak dapat dilalui oleh arus listrik dan tahan panas.<br />

Kerugiannya ditanam dalam tembok tidak mempunyai kekuatan<br />

mekanik.<br />

Dra. Hj. Janarti 63


Penjelasan :<br />

Gambar 1 Berbagai macam bengkokan<br />

a. Pemakaian tube (pelindung ujung pipa) dalam <strong>instalasi</strong><br />

Pada umumnya alat ini dipakai untuk melindungi ujung pipa listrik<br />

agar pada waktu kita melakukan penarikan kawat-kawat NYA itu<br />

tidak akan mengalami kerusakan pada isolasi-isolasi karet itu.<br />

b. Pemakaian roset dalam <strong>instalasi</strong> pipa<br />

Untuk memasang lampu-lampu plafon tidak diizinkan langsung ke<br />

plafon, tetapi terlebih dahulu roset itu dipasang pada plafon yang<br />

kemudian disusul dengan fiting, gambar 2 s/d 5 pada halaman<br />

berikutnya.<br />

(a) bengkokan<br />

(b) bengkokan lengkung (knie)<br />

(c) bengkokan lengkung pendek<br />

Sok penyambung<br />

Dra. Hj. Janarti 64


1. Fungsi Pipa Listrik<br />

Gambar 2 Kawat NGA<br />

Gambar 3<br />

Gambar 4 Pandangan muka<br />

Gambar. 5. Pandangan Atas<br />

a. Melindungi penghantar terhadap pengaruh mekanik.<br />

b. Melindungi <strong>bangunan</strong> terhadap kemungkinan terjadinya<br />

kebakaran akibat hubung singkat (korsleting)<br />

c. Mempermudah pencarian gangguan<br />

d. Mempermudah pembongkaran dan pemasangan penghantar<br />

pada waktu perbaikan<br />

Dra. Hj. Janarti 65


B. Kabel Listrik<br />

e. Melindungi penghantar pengaruh kimia, thermos dan lain<br />

sebagainya.<br />

Kabel listrik yang baik harus memenuhi syarat mekanis, elektris,<br />

thermos dan kimia.<br />

Jadi kabel listrik harus mempunyai kekuatan mekanis, yaitu mampu<br />

menghantarkan arus listrik yang sebesar-besarnya, dengan kerugian yang<br />

sekecil mungkin, tidak terpengaruh adanya panas, korosi dan pengaruh<br />

lainnya. Hal tersebut karena berhubungan dengan sistem pemasangan<br />

kabel, yaitu pemasangan kabel di udara maupun pemasangan di bawah<br />

tanah.<br />

1. Jenis-Jenis Kabel untuk Instalasi Bangunan<br />

a. Kabel NYA<br />

Jenis kabel NYA, bentuknya berinti tunggal dari bahan tembaga<br />

sebagai inti, berisolasi PVC. Pemasangannya tidak boleh<br />

menempel pada dinding/tembok tetapi harus menggunakan rol<br />

isolator atau pipa <strong>instalasi</strong> listrik. Kabel NYA tidak boleh dipasang<br />

pada tempat yang terbuka atau di bawah tanah.<br />

b. Kabel NYM<br />

Gambar. 6<br />

Jenis kabel NYM, mempunyai inti lebih dari satu, inti kabel dari<br />

tembaga, berisolasi dari PVC, selubung dalam dari karet dan<br />

selubung dari PVC. Pemasangan kabel NYM boleh langsung<br />

menempel pada tembok tanpa menggunakan rol isolator / pipa<br />

Dra. Hj. Janarti 66


<strong>instalasi</strong>. Pemasangan kabel NYM tidak boleh dipasang di bawah<br />

tanah dan tempat terbuka.<br />

c. Kabel NYFGby<br />

Gambar. 7<br />

Jenis kabel NYFGby, kabel berinti tembaga, berisolasi PVC,<br />

selubung dalam dari karet, berperisai pita logam, selubung luar<br />

PVC, kabel jenis ini mempunyai inti lebih dari satu, dan mempunyai<br />

kekuatan mekanik tinggi, gambar 8 s/d 13<br />

Gambar. 8<br />

Gambar. 9<br />

Dra. Hj. Janarti 67


Gambar. 10<br />

Gambar. 11<br />

Dra. Hj. Janarti 68


1. Sambungan Ekor Babi 6. Sambungan Bell hangers<br />

2. Sambungan cabang datar 7. Sambungan percabangan simpul<br />

3. Sambungan datar (plain cros joint) 8. Sambungan bolak balik (turn<br />

4. Sambungan percabangan ganda<br />

kabel bernadi satu<br />

back)<br />

9. Sambungan britania<br />

5. Sambungan western union 10. Sambungan Britania<br />

Gambar. 12<br />

Dra. Hj. Janarti 69


Gambar. 13<br />

Dra. Hj. Janarti 70


2. Contoh Penyambungan<br />

a. Satu lampu dilayani dengan satu sakelar SPST, berlaku sebagai<br />

pengganti sakelar eka utara.<br />

Gambar. 14<br />

b. Dua lampu dilayani dengan satu sakelar SPDT, berlaku sebagai<br />

pengganti sakelar kelompok.<br />

Gambar. 15<br />

c. Satu lampu dilayani dengan satu sakelar DPST, berlaku sebagai<br />

pengganti sakelar dwi kutub.<br />

Gambar. 16<br />

d. Sakelar DPDT bekerja sebagai pengoper sumber tenaga listrik,<br />

yang berasal dari tenaga listrik PLN dan tenaga listrik dari<br />

generator. Pada waktu PLN padam, maka arus dari generatornya<br />

Dra. Hj. Janarti 71


yang berfungsi dan sakelar dioper pada kedudukan generator,<br />

begitu pula sebaliknya.<br />

Gambar. 17<br />

e. Satu lampu dilayani oleh dua sakelar SPDT, berlaku sebagai<br />

pengganti sakelar tukar. Lampu L dapat hidup dan padam dari dua<br />

tempat.<br />

Gambar. 18<br />

f. Satu lampu dapat dihidupkan dan dimatikan dari tiga tempat, yaitu<br />

dua sakelar SPDT, dan satu sakelar DPDT, berlaku sebagai<br />

pengganti sakelar silang.<br />

Gambar. 19<br />

Dra. Hj. Janarti 72


g. Satu lampu dapat dilayani dari empat sakelar, yaitu dua sakelar<br />

SPDT dan dua sakelar DPDT.<br />

C. Stop Kontak dan Kontak Tusuk<br />

Gambar. 20<br />

Stop kontak merupakan komponen penyedia sumber listrik yang<br />

dihubungkan ke beban listrik, tanpa harus membuat sambungan ke jala-<br />

jala rangkaian listrik. Menurut bentuk / konstruksinya stop kontak<br />

dibedakan menjadi :<br />

a. Stop kontak tunggal<br />

b. Stop kontak ganda dua<br />

c. Stop kontak ganda tiga<br />

d. Stop kontak ganda empat<br />

Keterangan :<br />

Gambar. 21<br />

1. Bentuk stop kontak yang sudah terpasang<br />

2. Bagian dalam stop kontak<br />

3. Sekerup penjepit kawat sebagai terminal<br />

Dra. Hj. Janarti 73


4. Lubang tempat tusuk kontak<br />

Beberapa bentuk kontak tusuk :<br />

1. Ujung kawat<br />

2. Sakelar pengnen<br />

3. Cabang bermuatan<br />

4. Tutup<br />

5. Jepit kabel<br />

6. Tusuk kontak yang telah terpasang<br />

7. Pelat hubungan tanah<br />

8. Stop kontak dan kontak tusuk dalam pandangan<br />

terurai<br />

9. Kombinasi stop kontak dan kontak tusuk dalam<br />

hubungan tanah<br />

10.Kombinasi, stop kontak dan kontak tusuk tidak ada<br />

hubungan tanahnya<br />

11.Model stop kontak terlepas<br />

12.Kontak tusuk untuk kabel terlepas<br />

Dra. Hj. Janarti 74


D. Fiting Lampu<br />

Fiting merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk<br />

menempatkan lampu. Fiting harus terbuat dari bahan yang tahan<br />

terhadap panas, dan bagian bodinya harus mempunyai tahanan isolasi<br />

yang besar.<br />

dua :<br />

Bentuk / konstruksi fiting lampu :<br />

a. Fiting plafon,<br />

b. Fiting gantung<br />

c. Fiting yang dilengkapi dengan stop kontak<br />

d. Fiting yang dilengkapi sakelar listrik<br />

Menurut jenis lampu yang digunakan, fiting dibedakan menjadi<br />

1. Fiting jenis Edison, yaitu yang menggunakan ulir<br />

2. Fiting jenis lampu bayonet, yaitu fiting yang menggunakan pink<br />

atau pengunci.<br />

Dra. Hj. Janarti 75


Gambar. 22<br />

Dra. Hj. Janarti 76


BAB 5<br />

PEMASANGAN INSTALASI DALAM TEMBOK<br />

Pemasangan <strong>instalasi</strong> dalam tembok harus lebih cermat dibandingkan<br />

dengan pemasangan <strong>instalasi</strong> di luar tembok ataupun di rumah kayu, ditinjau<br />

dari segi penempatan pipa dan komponen. Apabila ada kesalahan<br />

penempatan pipa dan komponen dalam tembok maka selain kesulitan<br />

perbaikannya juga dapat mengurangi kerapian. Untuk itu, perlu suatu<br />

perencanaan yang mantap dalam setiap bahan dan komponen listriknya.<br />

A. Pemesanan Pipa dan Perlengkapannya dalam Tembok<br />

Pipa yang dipasang berfungsi sebagai pelindung kawat penghantar<br />

terhadap gangguan mekanis di dalam tembok. Selain daripada itu,<br />

pemasangan pipa dalam tembok juga dimaksudkan untuk memudahkan<br />

pemasangan kawat <strong>instalasi</strong> baru, dan memudahkan penghantar kawat<br />

yang sudah waktunya untuk diganti atau diperbaharui. Dianjurkan bahwa<br />

dalam jangka 10 – 15 tahun diadakan pergantian kawat penghantar<br />

<strong>instalasi</strong> secara total. Pemeriksaan total <strong>instalasi</strong> dilakukan setiap 5 tahun<br />

sekali.<br />

Pipa yang dipasang dalam tembok ialah pipa khusus untuk<br />

keperluan tersebut, agar tujuan pemasangan pipa dapat terpenuhi dengan<br />

baik. Sebelum dilaksanakan pemasangan, perlu rencana penempatan<br />

setiap bagian <strong>instalasi</strong>, seperti pipa, komponen-komponen listriknya,<br />

sebaiknya digambarkan pada tembok. Dengan cara akan mengurangi<br />

kesalahan yang mungkin terjadi. Setelah digambar pada tembok dan<br />

sudah cocok dengan rencana penempatan pada gambar <strong>instalasi</strong><br />

kemudian baru dimulai pemahatan tembok.<br />

Pemahatan tembok dilakukan dengan menggunakan pahat.<br />

Pemahatan awal dengan posisi pahatnya miring ke luar kemudian dipahat<br />

Dra. Hj. Janarti 77


pelan-pelan mengikuti bagian garis yang akan dipahat. Setelah itu posisi<br />

pahat dapat boleh bebas, dengan demikian hasil pahatannya diharapkan<br />

jauh lebih rapi. Kedalaman pemahatan disesuaikan dengan komponen-<br />

komponen yang akan ditanam. Gambar 1 berikut ini contoh pemahatan<br />

tembok.<br />

Gambar .1<br />

Apabila kedalaman pemahatan telah mencukupi maka pipa dan<br />

kelengkapannya dipasang. Pipa yang di dalam tembok harus dijepit<br />

dengan paku beton dengan jarak jepitannya kira-kira 8 cm agar pipa<br />

betul-betul rapat ke dinding sehingga memudahkan pekerjaan<br />

pemlesteran kembali. Setelah pekerjaan semua ini selesai, tembok boleh<br />

diplester dan dipastikan bahwa bagian yang ditanam tidak sampai<br />

kelihatan. Gambar 2 di bawah ini adalah temok yang sebagian telah<br />

dipelester kembali.<br />

Dra. Hj. Janarti 78


B. Penarikan Kawat dalam Pipa<br />

Gambar .2<br />

Setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa dan kotak tempat<br />

komponen, maka pekerjaan selanjutnya ialah pengawatan. Pemasangan<br />

kawat dapat dilakukan dengan menggunakan kawat penarik dari baja.<br />

Kawat penarik dimasukkan ke dalam pipa, setelah kawat penarik ini ke<br />

luar pada ujung lain, selanjutnya kawat penarik disambungkan dengan<br />

kabel yang akan dimasukkan ke dalam pipa tersebut. Cara<br />

penyambungannya seperti terlihat pada gambar 3 di bawah ini :<br />

Gambar. 3<br />

Selesai pengikatan, kawat ditarik sampai sambungan ke luar di<br />

ujung lain. (Gambar 4). Sisakan kawat secukupnya (10 s/d 15 cm) untuk<br />

pemasangan komponen yang direncanakan gambar 4. Demikian pula<br />

pada ujung lainnya. Selanjutnya potonglah kawat dan lepaskan ikatan<br />

kawat penarikan dengan kabelnya. Dengan demikian selesailah pekerjaan<br />

Dra. Hj. Janarti 79


dan penarikan kawat ini. Pekerjaan selanjutnya menghubungkan<br />

komponen dan penyambungan yang lainnya.<br />

Gambar. 4<br />

C. Pemasangan Komponen dalam Tembok<br />

Kalau pekerjaan memasang pipa dan kelengkapannya telah<br />

selesai maka sampailah pada pekerjaan memasang komponen listrik dan<br />

penyambungan ke sumber tegangan. Komponen listrik dipasang ± 1,5<br />

meter di atas lantai di luar jangkauan anak-anak. Kabel yang keluar pada<br />

ujung pipa, yaitu kabel yang akan dihubungkan dengan komponen, harus<br />

sepanjang 10 – 15 cm. Panjang ini diperhitungkan membuat mata hubung<br />

yang akan disekrupkan pada titik kontak komponen. Oleh karena itu,<br />

sebelum mengupas ujung kawat hendaknya diperhitungkan panjang kabel<br />

yang sebenarnya dibutuhkan. Jika ternyata kabel terlalu panjang maka<br />

kabel tersebut boleh dipotong. Panjang kupasan sebaiknya disesuaikan<br />

dengan yang disekrupkan pada komponen. Setelah dikupas perlu juga<br />

dibersihkan agar mendapatkan hubungan yang baik.<br />

Urutan cara pemasangannya sebagai berikut :<br />

Baliklah posisi sakelar maka akan kelihatan bagian titik<br />

hubungannya dan dihubungkan kawat penghantar ke titik hubung<br />

komponen dan dihubungkan kawat penghantar ke titik hubung komponen<br />

tersebut. Selanjutnya dapat dilaksanakan penyambungan penghantarnya<br />

Dra. Hj. Janarti 80


ke titik kontak yang telah direncanakan menurut gambar. Selesai<br />

penyambungan dan sebelum komponen di dalam dosnya perlu diteliti<br />

kembali apakah sambungan benar-benar sesuai dengan gambar. Jika<br />

pemeriksaan telah dilakukan dan hasilnya baik, komponen boleh<br />

dimasukkan ke dalam dos. Caranya atur kawat penghantar di dalam dos<br />

kemudian komponen ditekan hingga rapat ke bagian dinding sambil<br />

memutar sekrup kaki pecekram kiri dan kanan secara bergantian sampai<br />

mendapatkan kedudukan posisi yang benar-benar mantap.<br />

Nama Lambang Konstruksi Pelaksanaan<br />

Penghubung<br />

berkatub<br />

satu<br />

Penghubung<br />

berkatub<br />

ganda<br />

Penghubung<br />

berkatub tiga<br />

Pandangan<br />

secara bagan<br />

Dra. Hj. Janarti 81


Penghubung<br />

berkatub tiga<br />

Penghubung<br />

deret (seri)<br />

Penghubung<br />

tukar<br />

Penghubung<br />

silang<br />

Gambar. 5. Konstruksi dan hubungan sakelar putar dengan lampu<br />

Dra. Hj. Janarti 82


Gambar. 6<br />

Gambar. 7<br />

Dra. Hj. Janarti 83


AKTIFITAS BELAJAR<br />

1. Apa keuntungan pemasangan <strong>instalasi</strong> dalam tembok ?<br />

2. Apa saja perbedaan <strong>instalasi</strong> dalam tembok dibandingkan dengan<br />

<strong>instalasi</strong> di luar tembok ?<br />

3. Bagaimana cara memahat tembok yang baik dan benar ?<br />

4. Apa sebabnya <strong>instalasi</strong> dalam tembok perlu memakai pipa pelindung ?<br />

5. Sebutkan langkah-langkah pemasangan <strong>instalasi</strong> dalam tembok ?<br />

6. Berapa panjang kawat penghantar yang harus dilebihkan pada ujung pipa<br />

untuk komponen dan mengapa harus dilebihkan ?<br />

7. Bagaimana cara mengatasi penarikan kawat dalam pipa apabila terdapat<br />

banyak belokan ?<br />

8. Berapakah tinggi komponen sakelar dari lantai dan apa tujuannya<br />

membuat setinggi itu ?<br />

9. Apa sebabnya perlu pemeriksaan <strong>instalasi</strong> dalam batas waktu tertentu ?<br />

10.Mengapa perlu diadakan penggantian kawat penghantar dalam batas<br />

waktu tertentu ?<br />

Dra. Hj. Janarti 84


A. Memasang Instalasi Penerangan<br />

Sumber Referensi<br />

Buku Informasi<br />

BAB 6<br />

TUGAS PRAKTEK<br />

Buatlah rangkaian pelaksanaan diagram di bawah ini<br />

Tugas 1 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal<br />

a. Diagram<br />

Dra. Hj. Janarti 85


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 86


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering lebur 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 25<br />

Meter 10<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 3<br />

11 Inbow Doos Buah 1<br />

12 Roset Buah 2<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1<br />

16 Fitting Buah 2<br />

17 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada<br />

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.<br />

2. Sakelar tunggal dipakai untuk mengoperasikan beban dimana yang<br />

menuju ke beban dihubung/diputus oleh sakelar tunggal.<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

Dra. Hj. Janarti 87


4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Setelah selesai memasang <strong>instalasi</strong> lakukan pengecekan untuk<br />

memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah benar dan tidak ada kesalahan<br />

hubungan singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> sakelar tunggal dengan<br />

beban lampu pijar dan kotak-kontak.<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan <strong>instalasi</strong> dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan<br />

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.<br />

Dra. Hj. Janarti 88


7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Tugas 2 – Memasang Instalasi Sakelar Seri<br />

a. Diagram<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 89


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 25<br />

Meter 15<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 1<br />

11 Inbow Doos Buah 1<br />

12 Roset Buah 2<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Seri Broco Buah 1<br />

16 Fitting Buah 2<br />

17 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Dra. Hj. Janarti 90


Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah tinggal, contoh dipasang pada<br />

ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan sebagainya.<br />

2. Sakelar seri dipakai untuk mengoperasikan satu buah (satu kelompok)<br />

dari suatu tempat<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah benar dan tidak ada kesalahan<br />

hubung singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

Dra. Hj. Janarti 91


selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> kotak kontak dan sakelar<br />

seril dengan beban lampu pijar dan lampu TL<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan <strong>instalasi</strong> dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan<br />

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Tugas 3 – Memasang Instalasi Sakelar Tukar<br />

(Hubungan Hotel I)<br />

a. Bagan<br />

Dra. Hj. Janarti 92


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 93


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 25<br />

Meter 10<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 2<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 3<br />

11 Inbow Doos Buah 2<br />

12 Roset Buah 1<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Tukar Broco Buah 2<br />

16 Fitting Buah 2<br />

17 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang pada rumah bertingkat maupun hotel contoh<br />

dipasang pada ruang tangga.<br />

2. Dengan memakai 2 sakelar tukar kita dapat mengoperasikan satu buah<br />

(satu kelompok) dari satu tempat.<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

Dra. Hj. Janarti 94


4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah benar dan tidak ada kesalahan<br />

hubung singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> sakelar tukar (Hubungan<br />

Hotel I)<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan <strong>instalasi</strong> dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan<br />

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.<br />

Dra. Hj. Janarti 95


7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Tugas 4 – Memasang Instalasi Sakelar Silang<br />

a. Bagan<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 96


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 25<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 6<br />

11 Inbow Doos Buah 3<br />

12 Roset Buah 3<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Silang Broco Buah 1<br />

16 Sakelar Tukar Broco Buah 2<br />

17 Fitting Buah 3<br />

18 Lampu pijar Philips Buah 3<br />

Dra. Hj. Janarti 97


Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang dalam gang-gang, ruang tangga serta ruangan<br />

yang besar.<br />

2. Instalasi sakelar silang dipakai untuk melayani tamu dari 3 tempat maka<br />

sakelar yang pertama dan terakhir menggunakan sakelar tukar, sedang<br />

penghubung-penghubung dianutnya adalah penghubung silang.<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah benar dan tidak ada kesalahan<br />

hubung singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

Dra. Hj. Janarti 98


4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan hubungan sakelar silang.<br />

5. Operasikan <strong>instalasi</strong> dengan dihubungkan pada sumber tegangan, dan<br />

amati kerjanya apakah sudah benar atau masih terdapat kesalahan.<br />

6. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

7. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Tugas 5 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal<br />

a. Bagan<br />

Dra. Hj. Janarti 99


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 100


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 15<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 4<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 6<br />

11 Inbow Doos Buah 4<br />

12 Roset Buah 2<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Tukar Broco Buah 3<br />

16 Kotak Kontak Broco Buah 1<br />

17 Fitting Buah 2<br />

18 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang pada kamar tidur ruang belajar<br />

2. Seperti gambar di bawah, Lampu L1/L2 dapat dinyalakan/dimatikan oleh<br />

S1 dan S2 sedang S3 berfungsi untuk memilih salah satu lampu mana<br />

yang dikehendaki. Saat semua lampu padam maka S3 tidak dapat<br />

melayani / menghidupkan L1 atau L2.<br />

Dra. Hj. Janarti 101


3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah bnear dan tidak ada kesalahan<br />

hubungan singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> Hubungan Kelder I dengan<br />

beban 4 buah lampu<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

Dra. Hj. Janarti 102


6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Tugas 6 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap I<br />

a. Bagan<br />

Dra. Hj. Janarti 103


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Daftar Bahan<br />

b. Pelaksanaan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 20<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 6<br />

11 Inbow Doos Buah 3<br />

12 Roset Buah 2<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1<br />

16 Sakelar Tukar Broco Buah 1<br />

17 Kotak Kontak Broco Buah 1<br />

18 Fitting Buah 2<br />

Dra. Hj. Janarti 104


19 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi ini biasa dipasang untuk <strong>instalasi</strong> penerangan di rumah sakit<br />

supaya tidak menggangu pasien yang sedang tidur.<br />

2. Prinsip kerja <strong>instalasi</strong> hubungan gelap I, pertama satu lampu menyala<br />

pada satu tegangan penuh (terang) dan pada posisi lain lampu terhubung<br />

seri satu sama lain sehingga nyala redup seperti gambar di bawah, dapat<br />

diterangkan prinsip kerjanya sebagai berikut :<br />

a. Saat S1 pada posisi Off (tidak hubung) semua lampu padam<br />

b. Pada posisi S1 hubung dan posisi tertentu dari S2 maka lampu L1<br />

nyala terang sedang lampu L2 padam.<br />

c. Dan pada posisi S1 hubung dan posisi yang lain dari S2, maka lampu<br />

L1 dan L2 nyala redup secara bersama-sama.<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah bnear dan tidak ada kesalahan<br />

hubungan singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Dra. Hj. Janarti 105


Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> Hubungan Gelap I.<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Dra. Hj. Janarti 106


Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Tugas 7 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap II<br />

a. Bagan<br />

b. Pelaksanaan<br />

Dra. Hj. Janarti 107


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kotak Sekering 1 group Buah 1<br />

4 Sekering 4 ampere Buah 1<br />

5 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

6 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 20<br />

7 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3<br />

8 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

10 T Doos Buah 6<br />

11 Inbow Doos Buah 3<br />

12 Roset Buah 3<br />

13 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

14 Lasdop Buah Secukupnya<br />

15 Sakelar Tunggal Broco Buah 1<br />

16 Sakelar Dua Kutub Broco Buah 1<br />

17 Kotak Kontak Broco Buah 1<br />

18 Fitting Buah 3<br />

19 Lampu pijar Philips Buah 3<br />

Dra. Hj. Janarti 108


Informasi Singkat<br />

1. Instalasi hubungan gelap II biasa dipakai dalam kapal-kapal penumpang.<br />

2. Prinsip kerja <strong>instalasi</strong> hubungan gelap II, pertama semua lampu menyala<br />

pada tegangan penuh (terang) dan posisi lain lampu terhubung seri satu<br />

sama lain sehingga nyala redup seperti gambar di bawah, dapat<br />

diterangkan prinsip kerjanya sebagai berikut :<br />

a. Saat S1 pada posisi Off (tidak hubung) semua lampu padam<br />

b. Pada posisi S2 hubung dan posisi tertentu dari S2 maka semua lampu<br />

nyala terang<br />

c. Dan pada posisi S1 hubung dan posisi yang lain dari S2, maka semua<br />

lampu nyala redup.<br />

3. Jangan bekerja pada <strong>instalasi</strong> yang bertegangan listrik, putuskan<br />

rangkaian dengan sumber tegangan sebelum saudara memulai pekerjaan<br />

4. Sambungan kawat hanya boleh dilakukan di dalam kotak sambung / kotak<br />

tarik dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa.<br />

5. Kawat yang akan disambung pada kotak sambung jangan terlalu pendek<br />

memotongnya, spare / cadangan secukupnya. Setelah kawat disambung<br />

maka tutuplah dengan lasdop dan tempatkan secara melingkar ke dalam<br />

kotak sambung lalu tutuplah kotak sambung dengan penutupnya agar<br />

kelihatan rapi serta sambungan kawat dapat terlindungi.<br />

6. Sebelum mencoba rangkaian untuk dioperasikan lakukan pengecekan<br />

untuk memastikan bahwa <strong>instalasi</strong> sudah bnear dan tidak ada kesalahan<br />

hubungan singkat.<br />

7. Jika saudara merasa ada hal yang kurang jelas tentang pekerjaan ini,<br />

maka konsultasikan kepada instruktur / pengawas praktek.<br />

Dra. Hj. Janarti 109


Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong> Hubungan Gelap II<br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Dra. Hj. Janarti 110


Tugas 8 – Memasang Sakelar Seri, Gantung, Kotak Kontak dan Lampu<br />

Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Dra. Hj. Janarti 111


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 1<br />

3 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

4 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 20<br />

5 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3<br />

6 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

7 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

8 T Doos Buah 2<br />

9 Inbow Doos Buah 3<br />

10 Roset Buah 2<br />

11 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

12 Lasdop Buah Secukupnya<br />

13 Sakelar Tunggal Broco Buah 1<br />

14 Sakelar Seri Broco Buah 1<br />

15 Sakelar Gantung Broco Buah 1<br />

16 Kotak Kontak Broco Buah 1<br />

17 Fitting Buah 2<br />

18 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

19 Lampu TL Philips Buah 1<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama<br />

2. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang<br />

dilayani oleh sakelar gantung)<br />

3. Grup 2 melayani kotak kontak yang dilayani oleh sakelar tunggal.<br />

Dra. Hj. Janarti 112


Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong><br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Dra. Hj. Janarti 113


Tugas 9 – Memasang Sakelar Tunggal, Tombol Tekan, Relai Langkah,<br />

Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Kotak-Kontak dan Lampu<br />

Dra. Hj. Janarti 114


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 3<br />

3 Relai Langkah Buah 1<br />

4 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

5 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 20<br />

6 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 1<br />

7 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

8 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 T Doos Buah 4<br />

10 Inbow Doos Buah 6<br />

11 Roset Buah 2<br />

12 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

13 Lasdop Buah Secukupnya<br />

14 Sakelar Tunggal Broco Buah 1<br />

15 Tombol Tekan Broco Buah 2<br />

16 Kotak Kontak Broco Buah 3<br />

17 Fitting Buah 2<br />

18 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama<br />

2. Kedua Grup diproteksi oleh GPAS<br />

3. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang<br />

dilayani oleh sakelar gantung)<br />

4. Grup 2 melayani 3 kotak kontak<br />

Dra. Hj. Janarti 115


Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong><br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Dra. Hj. Janarti 116


Tugas 10 – Memasang Sakelar Tukar, Tombol Tekan, Relai Langkah,<br />

Alat dan Bahan :<br />

Alat :<br />

a. Gergaji besi<br />

b. Mistar<br />

c. Fretboor<br />

d. Hand tool set<br />

Kotak Kontak dan Lampu<br />

Dra. Hj. Janarti 117


Daftar Bahan<br />

No Nama Bahan Type/Ukuran Satuan Jumlah<br />

1 KWH Meter 1 Phasa Buah 1<br />

2 MCB 2 ampere Buah 3<br />

3 Relani Langkah Buah 1<br />

4 Kabel NYA 2,5 mm 2<br />

5 Kabel NYM 2,5 mm 2<br />

Meter 50<br />

Meter 20<br />

6 Pipa PVC 5/8 Inchi Batang 3<br />

7 Klem 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

8 L Blow 5/8 Inchi Buah Secukupnya<br />

9 T Doos Buah 4<br />

10 Inbow Doos Buah 6<br />

11 Roset Buah 2<br />

12 Paku Sekerup ½ dan 1 inci Buah Secukupnya<br />

13 Lasdop Buah Secukupnya<br />

14 Sakelar Tukar Broco Buah 1<br />

15 Tombol Tekan Broco Buah 1<br />

16 Kotak Kontak Broco Buah 1<br />

17 Fitting Buah 2<br />

18 Lampu pijar Philips Buah 2<br />

Informasi Singkat<br />

1. Instalasi fase tunggal 2 grup diproteksi oleh MCB dan MCB utama<br />

2. Kedua grup proteksi oleh GPAS<br />

3. Grup I melayani L1 dan L2 (yang dilayani oleh sakelar seri) dan L3 (yang<br />

dilayani oleh sakelar gantung)<br />

4. Grup 2 melayani kotak kontak yang dilayani oleh sakelar tunggal.<br />

Dra. Hj. Janarti 118


Langkah Kerja :<br />

1. Baca gambar bagan <strong>instalasi</strong> pada gambar kerja dengan seksama<br />

selanjutnya buatlah gambar pelaksanaannya.<br />

2. Periksakan gambar pelaksanaan saudara kepada instruktur<br />

3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan melalui prosedur yang<br />

telah ditentukan.<br />

4. Pasanglah KWH meter, kotak sekering, pipa <strong>instalasi</strong> kotak sambung,<br />

inbow doos serta roset pada papan sesuai job yang akan dikerjakan<br />

selanjutnya pasanglah pengawatan <strong>instalasi</strong><br />

5. Lakukanlah pengecekan pada <strong>instalasi</strong> untuk memastikan bahwa<br />

hubungannya benar dan tidak ada kesalahan hubungan singkat sebelum<br />

dihubung pada sumber tegangan.<br />

6. Operasikan tegangan dan amati kerjanya<br />

7. Jika <strong>instalasi</strong> masih terdapat kesalahan maka lakukan perbaikan hingga<br />

benar.<br />

8. Periksalah <strong>instalasi</strong> kepada instruktur setelah saudara merasa yakin<br />

sudah benar.<br />

Dra. Hj. Janarti 119


B. Daftar Cek Unjuk Kerja<br />

Gunakan tugas-tugas ini untuk menetapkan apakah siswa / peserta<br />

pelatihan telah mampu menguasai pokok-pokok keterampilan dan<br />

pengetahuan yang diperlukan.<br />

Pokok-Pokok<br />

keterampilan dan<br />

pengetahuan<br />

Tugas-tugas untuk<br />

penilaian<br />

1. Teori Apakah pertanyaan 1<br />

sampai 12 telah dijawab<br />

dengan benar ?<br />

2. Praktek Apakah pertanyaan 1<br />

sampai 10 telah dikerjakan<br />

dengan benar ?<br />

Ya Tidak<br />

Perlu latihan<br />

lanjutan<br />

Dra. Hj. Janarti 120


DAFTAR ISI<br />

BAB.I.BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN................................. 1<br />

A .Besaran Penerangan............................................................ 1<br />

1.Flux Cahaya....................................................................... 1<br />

2.Intensitas Penerangan ....................................................... 2<br />

Aktifitas Belajar .................................................................... 21<br />

3.Luminasi............................................................................. 27<br />

Aktifitas Belajar .................................................................... 29<br />

B .Hukum Penerangan.............................................................. 31<br />

Aktifitas Belajar...................................................................... 35<br />

BAB.2.PERANGKAT HUBUNG BAGI................................................. 36<br />

A.Sifat-Sifat Beban Resistif, Induktif Dan Kapasitif ................... 37<br />

B.Pembagian Beban Instalasi dalam Kelompok........................ 38<br />

C .Hubungan PHB dengan PUIL............................................... 39<br />

D,Perlengkapan PHB 1 Fasa .................................................... 45<br />

Aktifitas Belajar ....................................................................... 48<br />

BAB.3 MENGGAMBAR RENCANA INSTALASI PENERANGAN........ 49<br />

A .Sakelar ................................................................................. 49<br />

B .Hubungan Macam-Macam Sakelar, Kotak Sakering dan<br />

KWH Meter Hubungan Sakelar Tunggal dan Kotak-Kontak...... 51<br />

C .Hubungan Sakelar Seri ........................................................ 51<br />

D .Hubungan Sakelar Tukar...................................................... 52<br />

E .Hubungan Sakelar Silang ..................................................... 52<br />

F .Hubungan kotak sekering ..................................................... 53<br />

G .Hubungan KWH Meter ......................................................... 54<br />

H .Pengaman Arus Lebih .......................................................... 55<br />

I .Pengaman Lebur (Sekering) .................................................. 55<br />

Dra. Hj. Janarti 121


J .Memasang Instalasi Listrik .................................................... 58<br />

AKTIVITAS BELAJAR........................................................... 60<br />

BAB.4.PERLENGKAPAN INSTALASI DALAM TEMBOK.................... 646<br />

A .Pipa Instalasi Listrik .............................................................. 65<br />

B .Kabel Listrik .......................................................................... 67<br />

C .Stop Kontak dan Kontak Tusuk ............................................ 74<br />

D .Fiting Lampu......................................................................... 76<br />

BAB.5.PEMASANGAN INSTALASI DALAM TEMBOK........................ 78<br />

A . Pemesanan Pipa dan Perlengkapannya dalam Tembok ..... 78<br />

B .Penarikan Kawat dalam Pipa................................................ 80<br />

C.Pemasangan Komponen dalam Tembok............................... 81<br />

Aktifitas Belajar ...................................................................... 85<br />

BAB.6.TUGAS PRAKTEK …………………………………………….85<br />

Tugas 1 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal ................................. 86<br />

Tugas 2 – Memasang Instalasi Sakelar Seri ....................................... 90<br />

Tugas 3 – Memasang Instalasi Sakelar Tukar (Hubungan Hotel I)...... 93<br />

Tugas 4 – Memasang Instalasi Sakelar Silang ................................... 97<br />

Tugas 5 – Memasang Instalasi Sakelar Tunggal ................................ 100<br />

Tugas 6 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap I.............................. 104<br />

Tugas 7 – Memasang Instalasi Hubungan Gelap II............................. 108<br />

Tugas 8 – Memasang Sakelar Seri, Gantung, Kotak Kontak dan<br />

Lampu.................................................................................................. 112<br />

Tugas 9 – Memasang Sakelar Tunggal, Tombol Tekan, Relai<br />

Langkah, Kotak-Kontak dan Lampu..................................................... 115<br />

Tugas 10 – Memasang Sakelar Tukar, Tombol Tekan, Relai<br />

Langkah, Kotak Kontak dan Lampu..................................................... 119<br />

Dra. Hj. Janarti 122


MODUL<br />

INSTALASI BANGUNAN SEDERHANA<br />

Dra. Hj. Janarti<br />

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR<br />

DINAS PENDIDIKAN KOTA MAKASSAR<br />

SMK NEGERI 3 MAKASSAR<br />

Dra. Hj. Janarti 123

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!