UNIMED-Undergraduate-22595-5. BAB II.pdf - Digilib UNIMED
UNIMED-Undergraduate-22595-5. BAB II.pdf - Digilib UNIMED
UNIMED-Undergraduate-22595-5. BAB II.pdf - Digilib UNIMED
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2.1. Belajar<br />
<strong>BAB</strong> <strong>II</strong><br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai<br />
tindakan, maka belajar hanya dialami siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu<br />
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa<br />
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari<br />
oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,<br />
manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan ajar. Pada hakikatnya tindakan belajar<br />
itu adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk<br />
menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri baik dalam bentuk<br />
pengetahuan dan keterampilan baru, maupun dalam bentuk sikap dan nilai.<br />
Menurut Hamalik (2008), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan<br />
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya meningat, akan tetapi lebih<br />
luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil<br />
latihan, melainkan perubahan kelakuan.<br />
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha<br />
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.<br />
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam<br />
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya<br />
psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya hasil<br />
belajar, maka bagian terbesarnya riset dan eksperimen psikologi belajar pun<br />
diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai<br />
proses perubahan manusia itu.<br />
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), belajar diartikan sebagai: 1)<br />
Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2) Berlatih; 3) Berubah tingkah laku<br />
atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Sejalan dengan KBBI, Slameto<br />
(2010) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan<br />
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara<br />
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan<br />
lingkungannya. Menurut Skinner dalam Muhibbinsyah (2010) belajar adalah<br />
6
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara<br />
progresif. Sedangkan Robbins dalam Trianto (2009) mendefenisikan belajar<br />
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah<br />
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari defenisi ini dimensi belajar<br />
memuat beberapa unsur yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal<br />
(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.<br />
Jadi makna belajar di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum<br />
diketahui tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada<br />
dengan pengetahuan baru.<br />
Sejalan dengan pendapat Robbins, Brunner (dalam Trianto, 2009)<br />
menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun<br />
(mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan<br />
yang sudah dimilikinya.<br />
Menurut ahli-ahli tesebut belajar bukanlah semata-mata mentransfer<br />
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak<br />
memproses dan mengintepretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan<br />
yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Bertolak dari berbagai definisi<br />
yang diutarakan tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan<br />
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil<br />
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.<br />
2.2. Hasil Belajar<br />
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperlihatkan oleh peserta didik setelah<br />
mereka menempuh pengalaman belajarnya yaitu proses belajar mengajar<br />
(Sudjana, 2009). Sedangkan menurut Suprijono (2010) hasil belajar adalah pola-<br />
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan<br />
keterampilan. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses<br />
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi<br />
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan<br />
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat<br />
7
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk<br />
keseluruhan kelas maupun individu.<br />
Menurut Bloom dalam Suprijono (2010), hasil belajar mencakup<br />
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah<br />
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,<br />
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentuka<br />
n hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,membentuk bangunan<br />
baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap<br />
menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization<br />
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi<br />
initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan<br />
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.<br />
Merujuk pemikiran Gagne dalam (Suprijono, 2010), hasil belajar berupa:<br />
(1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam<br />
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara<br />
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak<br />
memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan<br />
aturan.<br />
(2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep<br />
dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan<br />
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan<br />
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan inelektual<br />
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.<br />
(3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan<br />
aktivitas koqnitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan<br />
konsep dan kaidah dalam memecahan masalah.<br />
(4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak<br />
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme<br />
gerak jasmani.<br />
(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan<br />
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan<br />
8
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan<br />
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.<br />
Slameto (2010) mengemukakan, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil<br />
belajar adalah :<br />
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).<br />
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor<br />
dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan<br />
tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: kematangan/pertumbuhan,<br />
kecerdasan/intelegensi, latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi<br />
seseorang.<br />
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).<br />
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar<br />
yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun<br />
faktor yang mempengaruhi adalah keadaan keluarga, guru dan cara mengajar,<br />
alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan dan kesempatan.<br />
2.3. Kriteria Ketuntasan Minimal<br />
2.3.1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal<br />
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai<br />
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM yang<br />
penulis gunakan disini adalah KKM yang terdapat di sekolah SMA Negeri 21<br />
Medan yaitu 70.<br />
Aturan-aturan dalam penetapan KKM, meliputi beberapa hal :<br />
1. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.<br />
2. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan<br />
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)<br />
3. Kriteria ketuntasan dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus)<br />
4. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah nilai ketuntasan belajar<br />
maksimal.<br />
9
<strong>5.</strong> Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil<br />
Belajar (LHB) sebagai acuan untuk menyikapi hasil belajar peserta<br />
didik (Sudjana, 2009)<br />
2.3.2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal<br />
Kriteria ketuntasan minimal memiliki beberapa fungsi yaitu :<br />
1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik<br />
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.<br />
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti<br />
penilaian mata pelajaran.<br />
3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan<br />
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.<br />
4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan<br />
antara satuan pendidikan dengan masyarakat.<br />
<strong>5.</strong> merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap<br />
mata pelajaran (Sudjana, 2009)<br />
2.3.3. Prinsip Penetapan KKM<br />
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa<br />
ketentuan sebagai berikut:<br />
1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat<br />
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.<br />
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis<br />
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan<br />
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai<br />
ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.<br />
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan<br />
rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut.<br />
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan<br />
rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;<br />
10
<strong>5.</strong> Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari<br />
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun<br />
pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar<br />
(LHB/Rapor) peserta didik.<br />
6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-<br />
soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester<br />
(UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS).<br />
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya<br />
perbedaan nilai ketuntasan minimal.<br />
2.3.4. Langkah-langkah Penetapan KKM<br />
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.<br />
Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:<br />
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan<br />
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung,<br />
dan intake peserta didik.<br />
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran<br />
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam<br />
melakukan penilaian.<br />
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang<br />
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.<br />
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan<br />
kepada orang tua/wali peserta didik.<br />
2.3.<strong>5.</strong> Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal<br />
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan<br />
minimal adalah:<br />
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi<br />
dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.<br />
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran<br />
pada masing-masing sekolah.<br />
11
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang<br />
bersangkutan.<br />
2.4. Aktivitas Siswa<br />
Aktivitas siswa merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa<br />
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam belajar sangat diperlukan<br />
adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses belajar mengajar tidak mungkin<br />
berlangsung dengan baik (Sardiman, 2009). Dalam kegiatan belajar-mengajar,<br />
siswa akan mengerjakan aktivitas negatif dan aktivitas yang positif. Dikatakan<br />
aktivitas negatif, jika siswa hanya duduk diam dan mendengarkan guru kemudian<br />
menulis materi pembelajaran. Tentu saja hal ini yang tidak diinginkan oleh guru<br />
dalam pembelajaran. Sedangkan aktivitas positif siswa adalah siswa ikut berperan<br />
aktif selama proses pembelajaran berlangsung.<br />
berikut :<br />
Paul B Diedrich (Sardiman, 2009) mengklasifikasikan aktivitas sebagai<br />
1. Visual activity, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,<br />
memperhatikan gambar, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain<br />
bekerja atau bermain.<br />
2. Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,<br />
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.<br />
3. Listening activity, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan<br />
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,<br />
mendengarkan radio<br />
4. Writing activity, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa<br />
karangan, dll.<br />
<strong>5.</strong> Drawing activity, seperti menggambar, membuat grafik, diagram peta dan<br />
pola<br />
6. Motor activity, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan<br />
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,<br />
beternak.<br />
12
7. Mental activity, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,<br />
menganalisis, melihat hubungan, dan membuat keputusan.<br />
8. Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,<br />
bergairah, membedakan, berani, tenang dan gugup.<br />
Dalam pembelajaran di kelas, aktivitas siswa dapat terekam melalui<br />
instrumen lembar observasi aktivitas siswa. Pada lembar observasi, sudah terdapat<br />
aspek-aspek apa saja yang akan dinilai oleh observer. Pada penelitian ini, aktivitas<br />
siswa ditabulasikan untuk setiap aspek yang diamati. Setelah itu, ditentukan<br />
persen aktivitas siswa untuk kelas yang diteliti.<br />
Menurut Imran (2009), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas<br />
belajar itu ialah :<br />
1. Berasal dari diri sendiri<br />
a. Para siswa terdiri dari individu-individu yang masing-masingnya<br />
mempunyai keterbatasan tertentu, misalnya keterbatasan kemampuan<br />
mental yang rendah. Keterbatasan yang demikian mengakibatkan<br />
kekurangmampuannya untuk memikirkan, mengolah, menafsirkan dan<br />
menyelesaikan suatu persoalan.<br />
b. Kondisi fisik yang kurang mendukung. Pelajar yang sering absen<br />
mengikuti kegiatan belajar disebabkan sakit penglihatan merupakan<br />
contoh dari keterbatasan fisik.<br />
c. Gangguan dan tidak keseimbangan emosional. Siswa sering sekali<br />
merasa kurang nyaman, sukar menyesuaikan diri dengan kelompok<br />
sosialnya. Ada siswa yang gemetar dan takut untuk tampil didepan<br />
kelas dan takut untuk mengemukakan buah pikirannya.<br />
d. Pengalaman belajar sebelumnya jika pada jenjang pendidikan yang<br />
lebih rendah, siswa belum menguasai materi secara baik akan<br />
mengalamikesulitan belajar pada tingkat pendidikan berikutnya.<br />
e. Motivasi. Motivasi dapat berupa dorongan yang berasal dari dalam diri<br />
sendiri yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.<br />
13
f. Bakat. Ada siswa yang menampilkan tindakan yang tidak dibarengi<br />
oleh bakat tertentu. Begitu pula sebaliknya, banyak siswa yang<br />
berpotensi untuk berbagai mata pelajaran tertentu.<br />
g. Sikap dan kebiasaan yang merugikan diri sendiri. Siswa kategori ini<br />
terbiasa bersikap acuh tak acuh. Kurang memiliki rasa tanggung<br />
jawab, tidak berminat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang<br />
diberikan.<br />
2. Faktor stimulus<br />
Faktor stimulus berkaitan erat dengan faktor materi yang disajikan guru.<br />
Bentuk-bentuk stimulus belajar ialah :<br />
a. Ruang lingkup materi. Bahan pelajaran yang mempunyai materi yang<br />
banyak, akan memakan waktu yang relatif lama dalam penyajiannya.<br />
Bahan yang terlalu panjang akan dapat menurunkan keaktifan belajar.<br />
b. Tingkat kesukaran materi. Makin kompleks suatu bahan pelajaran,<br />
maka semakin sukar pula untuk memahaminya.<br />
c. Penugasan. Tugas yang diberikan untuk semua siswa akan dikerjakan<br />
mereka dengan kadar kesulitan yang berbeda. Ada yang merasakan<br />
penugasan itu terlalu rumit, dan ada pula yang menganggap cukup<br />
mudah untuk diselesaikan.<br />
Siskandar (2009) menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan<br />
rangkaian kegiatan yang mendukung hasil belajar. Sehingga didapat beberapa hal<br />
penting dari penjelasan diatas yaitu :<br />
1. Sesuatu yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang<br />
sudah dipelajari.<br />
2. Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk<br />
dipahami.<br />
3. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya siswa<br />
harus dapat mengaplikasikan dalam pengalaman kehidupan sehingga<br />
tampak perubahan perilaku siswa.<br />
Dalam pembelajaran di kelas, aktivitas siswa dapat terekam melalui<br />
instrumen lembar observasi aktivitas siswa. Pada lembar observasi, sudah terdapat<br />
14
aspek-aspek apa saja yang akan dinilai oleh observer. Pada penelitian ini, aktivitas<br />
siswa ditabulasikan untuk setiap aspek yang diamati. Setelah itu, ditentukan<br />
persen aktivitas siswa untuk kelas yang diteliti.<br />
2.<strong>5.</strong> Strategi PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review )<br />
Strategi PQ4R pertama sekali ditemukan oleh Thomas dan Robinson pada<br />
tahun 1972. Strategi ini didasarkan pada Strategi PQRST (Preview, Question,<br />
Read, Summarize, Test) dan SQ3R (Survey, Question, Read , Recite, Review).<br />
PQ4R merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect, Recite,<br />
Review. Strategi PQ4R adalah strategi belajar yang pada hakikatnya merujuk<br />
kepada perilaku dan proses-proses pikiran yang digunakan siswa yang<br />
mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif.<br />
Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi<br />
ini digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca, dan dapat<br />
membantu proses belajar mengajar dikelas yang dilaksanakan dengan kegiatan<br />
membaca buku. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari sampai<br />
tuntas bab demi bab suatu buku pelajaran. Oleh karena itu keterampilan pokok<br />
yang pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah<br />
membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainnya. Dengan keterampilan<br />
membaca itu setiap siswa akan dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh<br />
pesona, memahami khazanah kearifan yang banyak hikmat, dan mengembangkan<br />
berbagai keterampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak mencapai sukses<br />
dalam hidup. Aktivitas membaca yang terampil akan membukakan pengetahuan<br />
yang luas, gerbang kearifan yang dalam, serta keahlian dimasa yang akan datang.<br />
Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan Strategi-<br />
Strategi pengajaran lainnya. Dengan membaca kita dapat berkomunikasi dengan<br />
dengan orang lain melalui tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai sebuah<br />
proses interaktif antara bahasa dan pikiran. Sebagai proses interaktif, maka<br />
keberhasilan membaca akan dipengaruhi factor pengetahuan yang melatar<br />
belakangi dan Strategi membaca.<br />
15
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi membaca<br />
PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) adalah sebagai berikut :<br />
a. Preview<br />
Langkah pertama ini dimaksudkan agar siswa, membaca selintas dengan<br />
cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan siswa yang memuat tentang materi<br />
sistem indera. Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub topik<br />
utama, judul dan sub judul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu paragraph,<br />
atau ringkasan pada akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat<br />
memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat di sana<br />
sini sehingga diperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari.<br />
Perhatikan ide pokok yang akan menjadi inti pembahasan dalam bahan bacaan<br />
siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka memberi keseluruhan ide<br />
yang ada.<br />
b. Question<br />
Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri<br />
sendiri untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacaan siswa. Gunakan “judul dan<br />
sub judul atau topik dan sub topik utama”. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa,<br />
dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau 5W1H (what, who,where, when,<br />
why, and how). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan kea rah<br />
pembentukan pengetahuan deklaratif, structural, dan pengetahuan prosedural.<br />
Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarang,<br />
hendaklah baca terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila<br />
seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, maka akan membuat<br />
dia membaca lebih berhati-hati serta seksama serta akan dapat membantu<br />
mengingat apa yang dibaca dengan baik.<br />
c. Read<br />
Baca karangan itu secara aktif, yakni dengan cara pikiran siswa harus<br />
memberikan reaksi terhadap apa yang dibacanya. Janganlah membuat catatan-<br />
catatan panjang. Pada tahap ini peserta didik diarahkan mencari jawaban terhadap<br />
semua pertanyaan yang telah dirumuskannya.<br />
16
d. Reflect<br />
Reflect bukanlah suatu langkah yang terpisah dengan langkah ketiga (read),<br />
tetapi merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama<br />
membaca, siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghapal, tetapi cobalah<br />
untuk memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara 1) menghubungkan<br />
informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui; 2) mengaitkan subtopik-<br />
subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama; 3)<br />
cobahlah untuk memecahkan kontradiksi di dalam informasi yang disajikan; dan<br />
4) cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah<br />
yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.<br />
e. Recite<br />
Pada langkah kelima ini, siswa diminta untuk merenungkan (mengingat)<br />
kembali informasi yang telah dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting<br />
dengan nyaring dan dengan menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan.<br />
Siswa dapat melihat kembali catatan-catatan yang telah dibuat pada langkah<br />
terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada pada siswa, maka mereka diminta<br />
membuat inti sari materi dari bacaan. Usahakan inti sari ini merupakan inti dari<br />
pembahasan sistem indera.<br />
f. Review<br />
Pada langkah terakhir ini siswa diminta untuk membaca catatan singkat (inti<br />
sari) yang telah dibuatnya, mengulang kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan<br />
sekali lagi jawab pertanyaan-pertsanyaan yang diajukan. Terpenting pada tahap<br />
ini peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari<br />
pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.<br />
Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum<br />
pembaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengalami proses pembuatan<br />
hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-<br />
judul dan topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-<br />
bahan baru tersebut, sehingga memudahkan perpindahan dari memori jangka<br />
pendek ke memori jangkah panjang.<br />
17
Dari langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan diatas,<br />
dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu pesertad didik memahami<br />
materi pembelajaran, terutama terhadap materi-materi yang lebih sukar dan<br />
menolong siswa untuk berkonsentrasi lama. Langkah-langkah pemodelan<br />
pembelajaran dengan penerapan Strategi PQ4R terlihat dengan jelas pada tabel.<br />
Tabel. 2.1. Langkah langkah permodelan pembelajaran dengan penerapan strategi<br />
Langkah-<br />
langkah<br />
Langkah 1<br />
Preview<br />
Langkah 2<br />
Question<br />
Langkah 3<br />
Read<br />
belajar PQ4R (Sumber: Trianto, 2010)<br />
Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa<br />
Memberikan bahan bacaan<br />
kepada siswa untuk dibaca.<br />
Menginformasikan kepada<br />
siswa agar memperhatikan<br />
bahan bacaan.<br />
Menginformasikan kepada<br />
siswa agar memperhatikan<br />
makna dari bacaan.<br />
Memberikan tugas kepada<br />
siswa untuk pertanyaan dari<br />
ide pokok yang ditemukan<br />
dengan menggunakan kata-<br />
kata apa, mengapa, siapa, dan<br />
bagaimana.<br />
Memberikan tugas kepada<br />
siswa untuk membaca dan<br />
menanggapi/menjawab<br />
pertanyaan yang telah<br />
disusun sebelumnya.<br />
18<br />
Membaca selintas dengan<br />
cepat untuk menemukan ide<br />
pokok/tujuan pembelajaran<br />
yang hendak dicapai.<br />
Memperhatikan penjelasan<br />
guru<br />
Menjawab pertanyaan yang<br />
telah dibuatnya<br />
Membaca secara aktif sambil<br />
memberikan tanggapan<br />
terhadap apa yang telah<br />
dibaca dan menjawab<br />
pertanyaan yang dibuatnya.
Langkah 4<br />
Reflect<br />
Langkah 5<br />
Recite<br />
Langkah 6<br />
Review<br />
Menginformasikan materi<br />
yang ada pada bacaan.<br />
Meminta siswa membuat inti<br />
sari dari seluruh pembahasan<br />
pelajaran yang dipelajari hari<br />
ini.<br />
Menugaskan siswa membaca<br />
intisari yang dibuatnya dari<br />
rincian ide pokok yang<br />
dibenaknya.<br />
Meminta siswa membaca<br />
kembali bahan bacaan jika<br />
masih belum yakin dengan<br />
jawabannya.<br />
19<br />
Bukan hanya sekedar<br />
menghapal dan mengingat<br />
materi pelajaran tapi<br />
mencoba memecahkan<br />
masalah dari informasi yang<br />
diberikan oleh guru dengan<br />
pengetahuan yang telah<br />
diketahui melalui bahan<br />
bacaan.<br />
Menanyakan dan menjawab<br />
pertanyaan.<br />
Melihat catatan-<br />
catatan/intisari yang telah<br />
dibuat sebelumnya.<br />
Membuat inti sari dari<br />
seluruh pembahasan.<br />
Membuat intisari yang telah<br />
dibuatnya.<br />
Membaca kembali bahan<br />
bacaan siswa jika belum<br />
yakin akan jawaban yang<br />
telah dibuatnya<br />
Menurut Puspitasari dalam Ali (2009) Strategi PQ4R memiliki beberapa<br />
keunggulan dan kelemahan, antara lain :<br />
1. Keunggulan<br />
Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan berupa konsep-<br />
konsep, defenisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam<br />
kehidupan sehari-hari
Dapat membantu siswa yang daya ingatnya lemah untuk menghapal<br />
konsep-konsep pelajaran.<br />
Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.<br />
Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses<br />
bertanya dan mengkomunikasikan pengetahuannya.<br />
Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan luas.<br />
2. Kelemahan<br />
Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat<br />
prosedural seperti pengetahuan keterampilan.<br />
Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket)<br />
tidak tersedia di sekolah.<br />
Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa terlalu besar<br />
karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan<br />
pertanyaan.<br />
2.6. Materi Pembelajaran<br />
Materi pembelajaran ini diambil dari buku Biologi SMA untuk kelas XI<br />
halaman 169-178 penerbit Erlangga.<br />
Sistem Indera Manusia<br />
Setiap organisme memiliki alat indera pada tubuhnya. Indera adalah bagian<br />
dari tubuh yang mampu menerima rangsangan tertentu. Fungsi alat-alat indera<br />
adalah menerima berbagai rangsangan dari lingkungan di sekitarnya. Kepekaan<br />
masing-masing indera tergantung dari masing-masing organisme.<br />
Manusia sebagai salah satu anggota kelas mamalia mempunyai lima macam<br />
indera. Masing-masing organ indera dikhususkan untuk mendeteksi adanya<br />
rangsang tertentu. Mata mendeteksi adanya cahaya. Hidung dan lidah mendeteksi<br />
adanya molekul-molekul zat kimia. Telinga mendeteksi adanya getaran atau<br />
gelombang udara. Kulit mendeteksi adanya panas, dingin, sentuhan, dan tekanan.<br />
Indera manusia dikatakan seperti jendela untuk mengenal dunia. Karena melalui<br />
indera ini manusia dapat melihat, mendengar, merasakan sesuatu sehingga dapat<br />
mengenal lingkungannya. Organ indera bisa menentukan adanya rangsang<br />
20
tertentu karena ada sel-sel reseptor. Reseptor adalah bagian saraf yang<br />
menanggapi rangsang. Reseptor tertentu peka terhadap rangsang tertentu.<br />
1. Indera Penglihat<br />
Indera penglihatan manusia adalah mata. Mata manusia berbentuk agak<br />
bulat hampir seperti telur ayam dan memiliki prinsip kerja hampir sama seperti<br />
kamera. Mata sangat peka terhadap cahaya. Adanya cahaya yang mengenai suatu<br />
benda menyebabkan cahaya tersebut dipantulkan sehingga kita dapat melihat<br />
benda tersebut. Mata tersusun atas alat tambahan mata, otot bola mata, bola mata,<br />
serta saraf otak <strong>II</strong>.<br />
a. Alat tambahan mata<br />
Gambar: 2.1. Struktur mata (indera pengelihatan)<br />
(Sumber: www.ency.TCV.PL/id/wiki, 2012)<br />
Alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata, bulu<br />
mata, dan aparatus lakrimalis.<br />
1. Alis mata<br />
Alis mata terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata. Alis<br />
mata berfungsi dalam kecantikan dan melindungi mata dari keringat yang<br />
mengalir di dahi.<br />
2. Kelopak mata<br />
Kelopak mata terdiri dari dua bagian, yaitu kelopak mata atas dan bawah.<br />
Dari dalam ke luar, kelopak mata terdiri dari lapisan-lapisan:<br />
a. Konjungtiva, yaitu selaput lendir yang melapisi bagian dalam kelopak<br />
mata dan melapisi juga permukaan bola mata;<br />
21
. Kelenjar meibomian yang dapat menghasilkan lemak untuk mencegah<br />
pelekatan kedua kelopak mata;<br />
c. Lapisan tarsal, yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat untuk menunjang<br />
kelopak mata;<br />
d. Otot orbikularis okuli yang berfungsi menutup bola mata;<br />
e. Jaringan ikat;<br />
f. Kulit luar.<br />
3. Bulu mata<br />
Bulu mata merupakan barisan rambut pada ujung kelopak mata. Pada bulu<br />
mata terdapat kelenjar minyak yang disebut kelenjar zeis yang terletak pada akar<br />
bulu mata. Infeksi pada kelenjar minyak disebut bintil (hordeolum).<br />
4. Aparatus lakrimalis<br />
Aparatus lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus (saluran<br />
lakrimalis), dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimalis (kelenjar air mata)<br />
terletak di sudut lateral atas rongga mata; berfungsi untuk menghasilkan air mata.<br />
Dari kelenjar ini keluar kurang lebih dua belas duktus (saluran) lakrimalis, yaitu<br />
saluran-saluran yang mengalirkan air mata menuju konjungtiva kelopak mata atas.<br />
Gambar 2.2. Aparatus lakrimalis<br />
(Sumber: Aryulina, D., dkk, 2007)<br />
Bila suatu benda asing menyentuh permukaan bola mata, akan terjadi<br />
refleks pengeluaran air mata. Refleks ini dimulai dengan terbentuknya impuls<br />
pada reseptor nyeri di konjungtiva. Impuls ini dijalarkan melalui saraf V menuju<br />
jembatan varol (bagian otak) ke bagian motorik saraf V<strong>II</strong> yang bersifat<br />
22
parasimpatetik, kemudian air mata akan disekresikan. Air mata akan keluar karena<br />
kantung lakrimalis tidak mampu menampung air mata yang berlebihan. Selain itu,<br />
mata akan terasa perih karena ada sebagian impuls yang mencapai korteks<br />
kesadaran.<br />
4. Otot bola mata<br />
Pada setiap mata terdapat enam otot lurik yang menghubungkan bola mata<br />
dengan tulang di sekitarnya. Otot ini berfungsi menggerakan bola mata, sehingga<br />
mata dapat mengerling ke kanan, kiri, atas, dan bawah. Gerakan otot bola mata<br />
berada di bawah kesadaran.<br />
<strong>5.</strong> Bola mata<br />
Bola mata berdiameter sekitar 2,5 cm dengan 5/6 bagiannya terbenam dalam<br />
rongga mata dan hanya 1/6 bagian yang tampak dari luar. Bola mata terdiri dari<br />
tiga lapisan, yaitu sebagai berikut.<br />
1. Tunika fibrosa/ Selaput putih/ Sklera<br />
Selaput putih (sklera) adalah bagian luar dari bola mata yang tersusun dari<br />
zat tanduk dan merupakan lapisan yang kuat, berwarna putih, dan tidak tembus<br />
cahaya. Fungsi dari selaput ini adalah melindungi struktur mata yang sangat halus<br />
dan membantu mempertahankan bentuk biji mata. Sklera akan membentuk<br />
kornea. Kornea adalah lapisan bening dan transparan yang berfungsi menerima<br />
cahaya yang masuk ke mata. Kornea tidak mengandung pembuluh darah, tetapi<br />
mengandung banyak serabut saraf. Kornea berfungsi membantu memfokuskan<br />
bayangan benda pada retina. Kornea memiliki selaput pelindung yang disebut<br />
konjungtiva. Pada batas kornea dan sklera terdapat kanalis schlem yang berfungsi<br />
untuk menyerap kembali cairan aqueous humor bola mata. Kornea selalu dibasahi<br />
oleh air mata.<br />
2. Tunika vaskulosa (uvea)/ Selaput Hitam<br />
Tunika vaskulosa merupakan lapisan tengah bola mata yang banyak<br />
mengandung pembuluh darah. Fungsi dari selaput ini adalah memberi nutrisi dan<br />
oksigen ke mata serta menyerap cahaya dan mengurangi cahaya yang memantul di<br />
sekitar mata bagian dalam. Pada koroid terdapat iris yang membentuk warna<br />
mata,pupil, lensa mata, titik dekat mata, dan titik jauh mata.<br />
23
Koroid berupa lapisan jaringan yang tipis dan mengandung pigmen. Pigmen<br />
inilah yang menyebabkan bagian bola mata menjadi gelap. Bagian belakang<br />
lapisan mata ini ditembus oleh saraf otak <strong>II</strong>.<br />
Iris merupakan selaput yang terletak menggantung di antara lensa dan<br />
kornea. Lubang bulat di tengah iris disebut pupil. Di dalam iris terdapat otot<br />
dilator pupil yang berfungsi untuk memperlebar pupil dan otot sfingter yang<br />
berfungsi untuk memperkecil diameter pupil. Dengan demikian, jumlah cahaya<br />
yang masuk ke dalam bola mata melalui pupil dapat diatur. Pengaturan ini<br />
berlangsung di luar kesadaran (otonom). Iris mengandung bayak pembuluh darah<br />
dan pigmen. Jumlah pigmen menentukan warna mata. Bila tidak ada pigmen,<br />
mata berwarna merah. Bila ada sedikit pigmen, mata berwarna biru. Bila pigmen<br />
bertambah, mata berwarna abu-abu, coklat, atau hitam.<br />
Pupil adalah celah yang berada di bagian tengah iris. Fungsinya adalah<br />
untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata. Jika cahaya redup, otot-<br />
otot iris berkontraksi sehingga celah pupil melebar dan cahaya yang masuk ke<br />
mata lebih banyak. Sebaliknya, jika cahaya terang celah pupil akan menyempit<br />
dan cahaya yang masuk ke mata lebih sedikit atau tidak berlebihan.<br />
3. Tunika nervosa (retina)/ Selaput Jala<br />
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina terdiri<br />
atas tiga lapisan neuron, yaitu lapisan sel batang dan kerucut, lapisan neuron<br />
bipolar, dan lapisan neuron ganglion. Lapisan sel batang dan lapisan sel kerucut<br />
adalah lapisan yang berbatasan dengan sel pigmen, sedangkan sel pigmen<br />
berbatasan dengan koroid. Sel batang maupun kerucut merupakan reseptor dan<br />
mengandung pigmen yang sensitif terhadap cahaya.<br />
Sel batang diperlukan untuk penglihatan pada cahaya remang, yaitu untuk<br />
melihat bayangan. Sel ini memerlukan protein mata yang disebut rodopsin.<br />
Rodopsin dapat terbentuk apabila terjadi penggabungan iodopsin dan vitamin A.<br />
Sebaliknya, sel kerucut diperlukan untuk penglihatan di waktu terang, yaitu<br />
untuk melihat warna. Sel ini memerlukan protein iodopsin. Sel kerucut paling<br />
banyak terdapat pada fovea centralis, yaitu suatu lekukan pada macula lutea<br />
(bintik kuning), yang terletak pada sumbu penglihatan mata. Jika kita berpindah<br />
24
dari tempat terang ke tempat teduh, maka kita tidak dapat melihat dengan jelas<br />
beberapa saat. Hal itu terjadi karena pada waktu di tempat teduh diperlukan<br />
protein rodopsin yang merupakan penggabungan antara iodopsin dan vitamin A.<br />
Untuk pembentukan rodopsin tersebut diperlukan waktu sekitar 20 detik sehingga<br />
sebelum rodopsin terbentuk kita tidak bisa melihat dengan jelas untuk beberapa<br />
saat di tempat teduh.<br />
Impuls dari sel batang dan sel kerucut akan dijalarkan melalui sinaps ke<br />
neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion. Akson dari neuron ganglion akan<br />
membentuk seberkas saraf, yaitu saraf otak <strong>II</strong> yang membelok ke belakang<br />
menembus koroid dan sklera. Sklera tidak mengandung sel batang dan sel<br />
kerucut. Bila cahaya jatuh pada sklera kita tidak melihat apa-apa, sehingga disebut<br />
bintik buta. Pada bola mata terdapat bola mata mengandung lensa yang terletak di<br />
belakang pupil dan iris. Lensa berada di tempat tersebut karena dikelilingi oleh<br />
ligamentum suspensorium (jaringan yang mengikat lensa pada tempatnya). Lensa<br />
berbentuk cembung, bersifat transparan, dan terdiri dari lapisan serat protein. Bila<br />
lensa menjadi keruh, akan mengganggu penglihatan atau disebut katarak.<br />
Bagian dalam bola mata terdiri dari:<br />
a. Bagian yang berada di belakang lensa, mengandung zat seperti jeli<br />
disebut vitreous humor, fungsinya untuk mempertahankan tekanan di<br />
dalam bola mata agar tetap bundar dan tidak kempes;<br />
b. Bagian yang berada di antara lensa dan iris disebut ruang depan<br />
(posterior chamber);<br />
c. Bagian yang berada di antara iris dan kornea disebut ruang belakang<br />
(anterior chamber)<br />
Baik posterior chamber maupun anterior chamber diisi oleh suatu cairan<br />
yang disebut aqueous humor. Cairan ini mengisi posterior chamber, kemudian<br />
masuk melalui pupil ke dalam anterior chamber dan dikembalikan ke darah.<br />
Aqueous humor berfungsi untuk memberi makanan kepada kornea dan lensa.<br />
Fungsi bola mata adalah untuk membentuk bayangan dari benda yang dilihat.<br />
Kemudian, retina membentuk impuls yang dijalarkan ke saraf otak <strong>II</strong>, terus ke<br />
otak untuk diinterpretasikan sebagai penglihatan.<br />
25
Cahaya yang masuk ke dalam mata melalui pupil akan menembus empat<br />
media refraksi, yaitu kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreous humor. Setelah<br />
mengalami empat kali pembiasan, bayangan akan jatuh di retina.<br />
2. Indera Pendengar dan Keseimbangan<br />
Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terletak di dalam<br />
telinga. Indera keseimbangan secara struktural terletak dekat indera pendengaran,<br />
yaitu di bagian belakang telinga yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus,<br />
serta kanalis semi-sirkularis. Struktur tersebut berfungsi dalam pengaturan<br />
keseimbangan tubuh yang dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf<br />
otak V<strong>II</strong>I. Dengan demikian, saraf otak V<strong>II</strong>I mengandung dua komponen, yaitu<br />
komponen pendengaran dan komponen keseimbangan.<br />
Setiap hari beragam bunyi dapat kita dengarkan, misalnya bunyi jam weker<br />
yang berdering, ayam berkokok, kicauan burung, derit pintu, gemericik air, dan<br />
sebagainya. Semua bunyi itu bisa kita dengar karena kita mempunyai indera<br />
pendengar, yaitu telinga. Kemampuan untuk mendengar ini sebenarnya<br />
merupakan kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis bunyi. Suara yang<br />
dapat kita dengar adalah suara- suara yang memiliki frekuensi antara 20 Hz –<br />
20.000 Hz.<br />
Telinga ibarat stasiun penerima gelombang suara dan otaklah yang<br />
mengartikan gelombang suara tersebut. Telinga manusia merupakan organ yang<br />
sangat kompleks. Telinga manusia merupakan saluran yang terbuka di bagian luar<br />
dan bersatu dengan tulang tengkorak. Telinga merupakan organ tubuh yang<br />
berfungsi untuk mendengar suara atau bunyi. Telinga manusia terbagi menjadi<br />
tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.<br />
26
1. Telinga luar<br />
Gambar: 2.3. Struktur telinga (Indera pendengar)<br />
( Sumber : Sri Lestari., dkk, 2007 )<br />
a. Daun telinga membantu mengarahkan gelombang suara ke telinga<br />
tengah.<br />
b. Saluran yang sempit menuju ke telinga tengah disebut saluran telinga.<br />
Saluran telinga menyalurkan gelombang suara ke telinga tengah.<br />
c. Di sepanjang saluran ini terdapat banyak bulu kurang lebih 4000 buah<br />
kelenjar khusus yang menghasilkan tahi kuping. Bulu-bulu tersebut<br />
berfungsi untuk penghalang masuknya serangga dan debu. Jika ada<br />
serangga atau debu yang berhasil masuk, maka tahi kuping akan<br />
menjeratnya. Tahi kuping juga berfungsi mencegah terjadinya infeksi<br />
telinga terutama jika kita berenang di air yang kurang bersih.<br />
2. Telinga tengah<br />
a. Membrane tympani (Gendang telinga) adalah membran yang bergetar di<br />
ujung saluran telinga. Sel-sel di dalam saluran telinga menghasilkan<br />
suatu zat kimia seperti lemak, disebut juga lilin telinga. Lilin telinga<br />
membantu mengeluarkan serangga dan materi asing lain keluar dari<br />
telinga dan mempertahankan gendang telinga tetap lunak.<br />
b. Tiga tulang kecil merupakan bagian-bagian utama telinga tengah.<br />
Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang itu disebut tulang martil (maleus),<br />
tulang landasan (inkus) dan tulang sanggurdi (stapes). Ketiga tulang ini<br />
berfungsi untuk mengkonsentrasi vibrasi (getaran).Tulang-tulang ini<br />
27
sangat kecil dan berhubungan satu dengan yang lain dan berhubungan<br />
dengan membran di telinga dalam<br />
c. Saluran eustachius<br />
Saluran eustachius menghubungkan antara telinga dengan faring. Inilah<br />
yang menyebabkan seseorang yang menderita influenza maka<br />
pendengarannya terganggu, karena pada bagian ini tersumbat oleh lendir.<br />
Saluran eustachius berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara<br />
antara udara luar dan dalam telinga.<br />
3. Telinga dalam<br />
Telinga dalam terdiri dari atas bagian- bagian berikut.<br />
a. Saluran gelung (kanalis semisirkularis)<br />
Kanalis semisirkulis merupakan saluran setengah lingkaran yang berjumlah<br />
3 buah. Saluran ini tersusun saling tegak lurus pada sudutnya, dan terdapat pada<br />
tulang pelipis. Kanalis semisirkularis berfungsi sebagai reseptor gravitasi. Kanalis<br />
semisirkularis mempunyai dasar yang menggembung disebut ampula.<br />
b. Koklea (rumah siput).<br />
Koklea adalah ruang berpilin di dalam telinga yang mengandung sel-sel<br />
saraf dan berisi cairan. Masing-masing sel saraf di dalam koklea dihubungkan<br />
dengan sebuah saraf besar, yaitu saraf pendengar. Saraf pendengar membawa<br />
pesan suara ke otak.<br />
c. Vestibulum<br />
Membran vestibulum terdiri atas sakula dan utrikula yang berupa kantong<br />
dan dilapisi oleh sel-sel rambut dan silia. Di dalam sakula dan utrikula terdapat<br />
cairan limfa dan di dalam dindingnya masing-masing memiliki sel reseptor yang<br />
disebut dengan makula. Kristal kapur tersebar di antara rambut-rambut dalam<br />
makula yang disebut dengan otolith. Otolith dipengaruhi oleh gravitasi.<br />
28
Proses Mendengar<br />
Gambar: 2.4. Struktur Telinga Dalam<br />
(Sumber: Sri Lestari., dkk, 2007)<br />
Daun telinga berfungsi seperti corong yang mengumpulkan gelombang<br />
suara, kemudian disalurkan ke saluran telinga luar. Gelombang suara akan<br />
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran. Getaran pada tulang sanggurdi akan<br />
menyebabkan tingkap oval bergetar sehingga perilimfe pada skala vestibule juga<br />
bergetar. Pada tingkap oval terjadi penguatan getaran sekitar 20 kali.<br />
Getaran perilimfe pada skala vestibule akan melintasi membrane<br />
vestibularis sehingga menggetarkan membrane basilaris. Akibatnya, rambut pada<br />
sel rambut akan bergetar terhadap membran tektorial dan menimbulkan impuls<br />
yang akan dijalarkan ke saraf otak V<strong>II</strong>I lalu ke korteks otak bagian pendengaran<br />
untuk diinterpretasikan.<br />
3. Indera Pembau<br />
Indera pembau manusia adalah hidung. Hidung merupakan indera khusus<br />
yang terletak di dalam rongga hidung. Daerah sensitif indera pembau terletak di<br />
bagian atas rongga hidung. Struktur indera pembau terdiri dari sel penyokong<br />
yang berupa sel epitel dan sel pembau yang berupa neuron sebagai reseptor.<br />
29
Gambar: 2.<strong>5.</strong>a. Bagian hidung Gambar:2.<strong>5.</strong>b.Gambar struktur indera pembau<br />
(Sumber: Campell, 2003) (Sumber: Campell, 2003)<br />
Sel pembau memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak<br />
pada selaput lendir hidung. Ujung lainnya berupa tonjolan akson membentuk<br />
berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktoris atau saraf olfaktori). Saraf ini<br />
akan menembus tulang tapis, masuk ke dalam otak, kemudian bersinaps dengan<br />
neuron traktus olfaktorius pada bulbus olfaktorius.<br />
Zat yang memiliki sifat bau berupa uap atau gas mencapai reseptor bau<br />
melalui udara inspirasi. Zat ini dapat larut dalam lendir pada selaput lendir<br />
hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrite.<br />
Kemudian timbul impuls yang dijalarkan dari saraf olfaktorius, lalu menuju otak<br />
untuk:<br />
1. Diinterpretasikan di korteks otak pada daerah bau primer;<br />
2. Dihubungkan dengan pusat lainnya, misalnya dengan pusat muntah bila<br />
mencium bau-bauan yang tidak enak, dengan hipotalamus untuk sekresi<br />
ludah dan perasaan lapar;<br />
3. Disimpan di korteks otak sebagai memori (ingatan).<br />
Diduga setiap zat penimbul bau hanya merangsang satu jenis reseptor<br />
saja, sehingga otak dapat membedakan berbagai rasa bau. Terdapat tujuh<br />
rasa bau primer, yaitu bau eter, bunga, peppermint, kamper, tengik dan<br />
pedas<br />
30
4. Indera Peraba<br />
Indera peraba pada manusia adalah kulit. Dilihat di bawah mikroskop, kulit<br />
terdiri dari epidermis dan dermis. Epidermis, yaitu lapisan sel yang sangat rapat.<br />
Sedangkan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang letak sel-selnya agak<br />
berjauhan satu sama lain.<br />
Pada kulit terdapat reseptor yang sensitif terhadap sentuhan, tekanan, panas,<br />
dingin, dan nyeri. Reseptor ini dapat berupa ujung saraf yang bebas ataupun ujung<br />
saraf yang diselubungi kapsul jaringan ikat.<br />
Gambar 2.6. Struktur kulit<br />
Sumber: www.ency.TCV.PL/id/wiki 2012)<br />
Umumnya setiap jenis reseptor hanya memiliki fungsi khusus, yaitu<br />
menerima satu jenis rangsangan saja. Tipe reseptor antara lain:<br />
a. Nyeri; reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di<br />
seluruh jaringan tubuh, baik di bagian luar maupun bagian alat dalam.<br />
b. Panas dan dingin; reseptornya berupa ujung saraf ruffini dan krause.<br />
c. Sentuhan; reseptornya adalah korpus Meissner, diskus Markel, dan ujung<br />
saraf yang melingkari akar rambut dan semuanya terletak di dekat<br />
permukaan kulit.<br />
d. Tekanan; reseptornya adalah korpus Paccini yang terletak agak dalam<br />
kulit. Pada bibir, ujung jari, ujung lidah, dan alat kelamin terdapat banyak<br />
reseptor dengan serabut saraf sensorik. Dengan demikian, ujung jari<br />
31
dapat membedakan dua titik rangsangan bahkan bila jarak kedua titik 1<br />
mm. Hal tersebut disebabkan masing-masing titik rangsangan akan<br />
mengenai reseptor pada neuron yang berbeda sehingga otak dapat<br />
membedakan dua titik rangsang tersebut. Ujung jari dapat dipakai untuk<br />
mengetahui halus kasarnya suatu jenis kain dan dapat juga digunakan<br />
untuk membaca huruf braile oleh tuna netra.<br />
Pada daerah punggung merupakan daerah yang miskin akan reseptor.<br />
Punggung hanya dapat membedakan dua titik rangsangan, jika jarak kedua titik<br />
rangsangan adalah 70 mm.<br />
Gambar 2.7. Reseptor pada kulit<br />
(Sumber: http://www.google.co.id//biologi-itey.kulit-indera-peraba.)<br />
<strong>5.</strong> Indera Pengecap<br />
Indera pengecap pada manusia adalah lidah. Lidah memiliki permukaan<br />
yang bersifat kasar karena memiliki tonjolan yang disebut papila. Menurut<br />
bentuknya, papila dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:<br />
a. Papilla filiformis, berbentuk seperti benang halus, banyak terdapat pada<br />
bagian depan lidah;<br />
b. Papilla fungiformis, berbentuk tonjolan seperti kepala jamur, banyak<br />
terdapat pada bagian depan lidah dan bagian sisi lidah;<br />
32
c. Papilla sirkumvalata, berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V terbalik di<br />
belakang lidah.<br />
Gambar 2.8. Papila pada indera pengecap<br />
(Sumber: www.guadalape-ec.org/2.klinik_ENT.cont,2012)<br />
Di dalam satu papilla terdapat banyak tunas pengecap. Setiap tunas<br />
pengecap terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel penyokong yang berfungsi untuk<br />
menopang dan sel pengecap (sel rambut sebagai reseptor) yang memiliki tonjolan<br />
seperti rambut keluar dari tunas pengecap.<br />
Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap tunas pengecap akan merespon<br />
secara maksimal terhadap salah satu rasa, yaitu rasa manis, asin, asam, atau pahit.<br />
Tunas pengecap untuk rasa pahit terutama terletak pada pangkal lidah, untuk rasa<br />
manis dan asin banyak terdapat di ujung lidah, dan untuk rasa asam terdapat di<br />
sisi lidah. Sejumlah tunas pengecap juga terdapat pada tenggorokan dan langit-<br />
langit rongga mulut.<br />
Gambar 2.9 Penyebaran daerah rasa pada permukaan lidah<br />
(Sumber: Sri Lestari., dkk, 2007 )<br />
33
Kelainan pada sistem indera<br />
1. Indera penglihatan<br />
adalah:<br />
Mata manusia dapat mengalami kelainan. Beberapa kelainan tersebut<br />
Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata<br />
terlalu panjang. Dengan demikian, objek yang dekat akan terlihat jelas<br />
karena bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek yang jauh akan<br />
terlihat kabur karena bayangan jatuh di depan retina. Kelainan mata jenis<br />
ini dikoreksi dengan lensa cekung.<br />
Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa yang terlalu pipih atau bola<br />
mata terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena<br />
bayangan jatuh di belakang retina, sedangkan objek yang jauh akan<br />
terlihat jelas karena bayangan jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini<br />
dikoreksi dengan lensa cembung.<br />
Gambar 2.10. Kelainan mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi<br />
(Sumber: www.ency.TCV.PL/id/wiki, 2012)<br />
Mata astigmatis adalah mata dengan lengkungan permukaan kornea atau<br />
lensa yang tidak rata. Misalnya lengkung kornea yang vertikal kurang<br />
melengkung dibandingkan dengan horizontal. Bila seseorang melihat<br />
suatu kotak, garis vertikal terlihat kabur dan garis horizontal terlihat<br />
jelas, mata orang tersebut menderita kelainan yang disebut astigmatis<br />
regular. Astigmatis regular dapat dikoreksi dengan lensa silindris. Bila<br />
lengkung permukaan kornea tidak teratur disebut astigmatis irreguler dan<br />
dapat dikoreksi dengan lensa konta.<br />
34
Mata presbiopi adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan<br />
elastisitasnya karena bertambahnya usia. Dengan demikian, lensa mata<br />
tidak dapat berakomodasi lagi dengan baik. Umumnya penderita akan<br />
melihat jelas bila objeknya jauh, tetapi perlu kacamata cembung untuk<br />
melihat objek dekat<br />
Katarak merupakan kelainan pada lensa mata. Lensa mata menjadi kabur<br />
dan keruh sehingga cahaya yang masuk tidak dapat mencapai retina.<br />
Biasanya, katarak diderita oleh orang yang berusia lanjut. Katarak dapat<br />
diatasi dengan tindakan operasi.<br />
Mata juling, disebabkan adanya ketidakserasian kerja otot penggerak<br />
bola mata kanan dan kiri. Kelainan ini dapat diatasi dengan tindakan<br />
operasi pada otot mata.<br />
Glaukoma ditandai dengan peningkatan tekanan di dalam bola mata.<br />
Tekanan terjadi karena adanya sumbatan pada saluran di dalam bola mata<br />
dan pembentukan cairan di bola mata yang berlebihan. Kelainan yang<br />
tidak segera diatasi dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan ini dapat<br />
diatasi dengan obat-obatan yang harus diminum seumur hidup atau<br />
dengan tindakan pembedahan.<br />
Penderita buta warna tidak dapat membedakan warna tertentu, misalnya<br />
merah, hijau dan biru. Buta warna merupakan penyakit keturunan yang<br />
tidak dapat disembuhkan. Buta warna lebih banyak diderita laki-laki dari<br />
pada perempuan. Penyebab tersering buta warna adalah faktor keturunan,<br />
gangguan terjadi biasanya pada kedua mata, namun tidak memburuk<br />
seiring berjalannya usia.<br />
2. Indera Pendengar<br />
Indera pendengaran dapat mengalami gangguan fungsi yang disebut tuli.<br />
Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:<br />
Tuli konduktif yaitu tuli karena gangguan transmisi suara ke koklea.<br />
Penyebabnya antara lain kerusakan tulang pendengaran, kotoran<br />
yang menumpuk di dalam saluran telinga luar, atau peradangan pada<br />
telinga tengah.<br />
35
Tuli saraf terjadi jika ada kerusakan pada organon korti, saraf V<strong>II</strong>I,<br />
ataupun korteks otak daerah pendengaran.<br />
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor<br />
yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan<br />
penyumbatan dan penimbunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh<br />
dari tumor jinak pada saluran telinga adalah: Kista sebasea (kantong<br />
kecil yang terisi sekresi dari kulit), Osteoma (tumor tulang), Keloid<br />
(pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah terjadinya<br />
cedera), Seruminoma (kanker pada sel-sel yang menghasilkan<br />
serumen).<br />
3. Indera pembau<br />
Salah satu kelainan pada indera pembau sehingga kehilangan sensitivitas<br />
terhadap rasa bau adalah anosmia.<br />
Anosmia disebabkan:<br />
a. Penyumbatan rongga hidung akibet pilek, terdapat polip atau tumor di<br />
rongga hidung;<br />
b. Sel rambut rusak akibat infeksi kronis;<br />
c. Gangguan pada saraf olfaktorius<br />
4. Indera Peraba<br />
Kutu air atau kaki atlit adalah sebuah infeksi jamur pada kulit, biasanya<br />
di antara jari kaki yang disebabkan oleh jamur parasit, penyakit ini<br />
menular.<br />
Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit<br />
Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh<br />
bakteri Mycobacterium leprae.<br />
Panau atau panu merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan<br />
oleh jamur. Penyakit panau ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit<br />
disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna<br />
putih, coklat atau merah tergantung kepada warna kulit penderita. Jamur<br />
yang menyebabkan panau adalah Malassezia furfur.<br />
36
Agne atau jerawat adalah inflamatoris pada kelenjar sebasea paling besar<br />
dan lebih aktif. Urticaria (hives ) merupakan inflamasi akibat reaksi kulit<br />
terhadap suatu alergen. Penyebab umum adalah makanan, obat-obatan,<br />
logam dan vaksin. Sebagai respon alergik, sel melepaskan histamine<br />
sehingga menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas<br />
membrane sel, sehingga timbul edema, gatal dan iritasi.<br />
<strong>5.</strong> Indera Pengecap<br />
Lidah yang kemerah-merahan bisa merupakan tanda dari anemia<br />
pernisiosa atau suatu kekurangan vitamin.<br />
Kanker lidah ini sering disebabkan oleh asap rokok yang mengepul<br />
dalam rongga mulut dan terkena lidah. Waspadai bercak putih pada<br />
sariawan yang juga tidak kunjung sembuh. Hal tersebut juga bisa<br />
menjadi pemicu timbulnya kanker lidah.<br />
2.7. Kerangka Konseptual<br />
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk<br />
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai<br />
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang<br />
menyangkut aspek kogniitif, afektif, dan psikomotorik.<br />
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperlihatkan oleh peserta didik setelah<br />
mereka menempuh pengalaman belajarnya yaitu proses belajar mengajar dengan<br />
penerapan Strategi PQ4R.<br />
Pokok bahasan sistem indera manusia adalah salah satu pokok bahasan yang<br />
begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja dibutuhkan rancangan<br />
pembelajaran menarik dan yang tepat untuk setiap topik bahasan ataupun materi.<br />
Oleh karena itu perlu diterapkan suatu strategi belajar yang elaborasi.<br />
Satu cara yang efektif untuk membantu murid dalam proses pembelajaran<br />
adalah dengan menerapkan strategi PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect,<br />
Recite, Review ). Strategi PQ4R adalah salah satu strategi elaborasi yang<br />
mengajarkan siswa bagaimana belajar, mengingat, berpikir dan bagaimana<br />
memotivasi diri sendiri sehingga membantu siswa mengetahui, memahami,<br />
37
mengamalkan ilmu-ilmu yang dipelajari dalam kehidupan nyata. Sehingga makna<br />
dari proses pembelajaran itu dapat tercapai dengan baik, dan dengan demikian<br />
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.<br />
38