04.05.2013 Views

PREVALENSI MIOPIA PADA SISWA SD KELAS 4 DAN 6 DI ...

PREVALENSI MIOPIA PADA SISWA SD KELAS 4 DAN 6 DI ...

PREVALENSI MIOPIA PADA SISWA SD KELAS 4 DAN 6 DI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>PREVALENSI</strong> <strong>MIOPIA</strong> <strong>PADA</strong> <strong>SISWA</strong> <strong>SD</strong> <strong>KELAS</strong> 4 <strong>DAN</strong> 6<br />

<strong>DI</strong> KELURAHAN PONDOK RANJI CIPUTAT TAHUN 2009<br />

Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk<br />

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN<br />

OLEH:<br />

RAHMADHINI<br />

NIM: 106103003475<br />

PROGRAM STU<strong>DI</strong> PEN<strong>DI</strong><strong>DI</strong>KAN DOKTER<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN <strong>DAN</strong> ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1430 H/2009 M


<strong>PREVALENSI</strong> <strong>MIOPIA</strong> <strong>PADA</strong> <strong>SISWA</strong> <strong>SD</strong> <strong>KELAS</strong> 4 <strong>DAN</strong> 6<br />

<strong>DI</strong> KELURAHAN PONDOK RANJI CIPUTAT TAHUN 2009<br />

Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk<br />

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN<br />

OLEH:<br />

RAHMADHINI<br />

NIM: 106103003475<br />

PROGRAM STU<strong>DI</strong> PEN<strong>DI</strong><strong>DI</strong>KAN DOKTER<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN <strong>DAN</strong> ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1430 H/2009 M


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA<br />

Dengan ini saya menyatakan bahwa:<br />

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan<br />

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN<br />

Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya<br />

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif<br />

Hidayatullah Jakarta.<br />

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau<br />

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia<br />

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

ii<br />

Jakarta, 6 November 2009<br />

Rahmadhini


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING<br />

<strong>PREVALENSI</strong> <strong>MIOPIA</strong> <strong>PADA</strong> <strong>SISWA</strong> <strong>SD</strong> <strong>KELAS</strong> 4 <strong>DAN</strong> 6<br />

<strong>DI</strong> KELURAHAN PONDOK RANJI CIPUTAT TAHUN 2009<br />

Laporan Penelitian<br />

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan<br />

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana<br />

Kedokteran (S.Ked)<br />

Oleh :<br />

Rahmadhini<br />

NIM: 106103003475<br />

Pembimbing<br />

dr. Erfira, Sp.M<br />

PROGRAM STU<strong>DI</strong> PEN<strong>DI</strong><strong>DI</strong>KAN DOKTER<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN <strong>DAN</strong> ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

1430 H/ 2009 M<br />

iii


PENGESAHAN PANITIA UJIAN<br />

Laporan Penelitian berjudul <strong>PREVALENSI</strong> <strong>MIOPIA</strong> <strong>PADA</strong> <strong>SISWA</strong> <strong>SD</strong> <strong>KELAS</strong><br />

4 <strong>DAN</strong> 6 <strong>DI</strong> KELURAHAN PONDOK RANJI CIPUTAT TAHUN 2009 yang<br />

diajukan oleh Rahmadhini (NIM: 106103003475), telah diujikan dalam sidang di<br />

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 6 November 2009. Laporan<br />

penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana<br />

Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.<br />

Jakarta, 6 November 2009<br />

DEWAN PENGUJI<br />

Ketua Sidang Pembimbing Penguji<br />

dr. Nurul Hiedayati, Ph.D dr. Erfira, Sp.M Prof. Dr.dr. Sardjana, SpOG(K),SH<br />

PIMPINAN FAKULTAS<br />

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN<br />

Prof.Dr(hc).dr. MK. Tadjudin, SpAnd Dr.dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR<br />

iv


KATA PENGANTAR<br />

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh;<br />

Bismillaahirrahmaanirrahiim.<br />

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan<br />

karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.<br />

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu<br />

dan memberikan dukungan baik moral dan materi kepada Penulis sehingga skripsi<br />

ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:<br />

1. Allah SWT atas izin dan kuasa Nya sehingga Penulis bisa menyelesaikan<br />

penelitian ini.<br />

2. dr. Erfira, Sp.M dan dr. Fransiska Tjakradijaja, Sp.GK selaku pembimbing<br />

yang selalu membimbing Penulis di tengah kesibukannya dan telah<br />

meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta motivasi dalam<br />

penulisan skripsi ini serta mendorong agar Penulis cepat menyelesaikan<br />

skripsi ini.<br />

3. Prof.Dr.dr. Sardjana SpOG(K), SH selaku penguji dan pemberi bimbingan<br />

intensif kepada Penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan<br />

lebih baik lagi.<br />

4. Prof.Dr(hc).dr. M.K Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran<br />

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

5. Dr.dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku Kepala Jurusan Pendidikan<br />

dokter (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

6. Kedua orang tua Penulis, H. Johnnyzal Salim, SH. MH dan Dra.<br />

Nurhamidar, yang senantiasa memberikan dukungan moral, materi, motivasi<br />

dan doa yang tiada hentinya kepada Penulis.<br />

7. Kedua saudari Penulis, Ranti Yunizar dan Refriyani Pebria atas dorongan<br />

dan motivasi yang diberikan kepada Penulis sehingga skripsi ini selesai.<br />

8. Seluruh dosen FKIK yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai sehingga<br />

Penulis mendapatkan ilmu kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter<br />

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<br />

v


9. Teman-teman riset Penulis (Ahmad Kesma Septian, Ali Farhan Fathoni,<br />

Aruma Adi Sutrisno, Gita Sari Aryani), teman-teman Second Family (you<br />

are the best!!), teman-teman kelas Penulis dan lainnya yang tidak bisa<br />

Penulis sebutkan satu persatu.<br />

10. Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam pembuatan skripsi ini.<br />

Mungkin dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga Penulis<br />

selalu membuka kritik dan saran demi tercapainya skripsi yang lebih baik lagi di<br />

kemudian hari. Penulis berharap semoga sedikit ilmu di dalam skripsi ini<br />

bermanfaat bagi penulis dan setiap orang yang membacanya serta dapat<br />

memberikan inspirasi bagi teman-teman yang berniat mengadakan penelitian<br />

serupa.<br />

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.<br />

vi<br />

Jakarta, 6 November 2009<br />

Penulis


ABSTRAK<br />

Rahmadhini. Pendidikan Dokter. Prevalensi Miopia pada Siswa <strong>SD</strong> Kelas 4 dan 6<br />

di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat Tahun 2009.<br />

Latar belakang. Berdasarkan data WHO terdapat 314 juta orang di dunia yang<br />

hidup dengan gangguan penglihatan dan 45 juta dari mereka buta. Dua belas juta<br />

anak di dunia yang berusia 5 sampai 15 tahun mengalami gangguan penglihatan<br />

karena kelainan refraksi yang tidak dikoreksi. Berdasarkan penelitian pada<br />

berbagai populasi di berbagai negara, distribusi miopia pada siswa bevariasi.<br />

Metode. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan deskriptif analitik.<br />

Pemeriksaan refraksi dilakukan pada 89 siswa <strong>SD</strong> kelas 4-6. Sampel penelitian<br />

diambil dari populasi dengan cara simple random sampling. Semua data yang<br />

masuk, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk presentase.<br />

Hasil. Dari 89 siswa <strong>SD</strong> kelas 4-6 di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat yang<br />

menjalani pemeriksaan tajam penglihatan, 51 responden (57,3%) menderita<br />

miopia dan 38 responden (42,7%) memiliki tajam penglihatan normal.<br />

Kesimpulan. Prevalensi miopia pada siswa <strong>SD</strong> kelas 4-6 di Kelurahan Pondok<br />

Ranji Ciputat sebesar 57,3%.<br />

Kata kunci : prevalensi, miopia, siswa <strong>SD</strong><br />

vii


Lembar Pernyataan Keaslian Karya<br />

Lembar Persetujuan Pembimbing<br />

Pengesahan Panitia Ujian<br />

Kata Pengantar<br />

Abstrak<br />

DAFTAR ISI<br />

Daftar Isi viii<br />

BAB I. Pendahuluan<br />

1.1 Latar Belakang<br />

1.2 Rumusan Masalah<br />

1.3 Tujuan Penelitian<br />

1.4 Manfaat Penelitian<br />

BAB II. Tinjauan Pustaka<br />

2.1 Kerangka Teori<br />

2.2.1 Anatomi Bola Mata<br />

2.2.2 Penglihatan<br />

2.2.3 Ametropia<br />

2.2.4 Miopia<br />

2.2.5 Etiologi dan Faktor Resiko Miopia<br />

2.2.6 Tajam Penglihatan atau Visus<br />

2.2.7 Pemeriksaan Visus<br />

2.2 Kerangka Konsep<br />

BAB III. Metodologi Penelitian<br />

3.1 Desain Penelitian<br />

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian<br />

3.3 Populasi Penelitian<br />

3.4 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel<br />

3.5 Besar Sampel<br />

3.6 Kriteria Penelitian<br />

3.6.1 Kriteria Inklusi<br />

viii<br />

ii<br />

iii<br />

iv<br />

v<br />

vii<br />

1<br />

3<br />

3<br />

3<br />

5<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

10<br />

11<br />

12<br />

14<br />

15<br />

15<br />

15<br />

15<br />

16<br />

17<br />

17


3.6.2 Kriteria Eksklusi<br />

3.7 Prosedur Penelitian<br />

3.8 Identifikasi Variabel<br />

3.8.1 Variabel Independent<br />

3.8.2 Variabel Dependent<br />

3.9 Rencana Managemen dan Analisis Data<br />

3.9.1 Pengolahan Data<br />

3.9.2 Penyajian Data<br />

3.9.3 Analisis Data<br />

3.9.4 Interpretasi Data<br />

3.9.5 Laporan Data<br />

3.10 Izin Subjek Penelitian<br />

3.11 Batasan Operasional<br />

3.12 Alur Penelitian<br />

3.13 Anggaran Biaya<br />

BAB IV. Hasil dan Pembahasan 25<br />

BAB V. Kesimpulan dan Saran<br />

5.1 Kesimpulan<br />

5.2 Saran<br />

Lampiran-lampiran<br />

Lampiran 1<br />

Lampiran 2<br />

Daftar Pustaka 39<br />

ix<br />

17<br />

17<br />

19<br />

19<br />

19<br />

19<br />

19<br />

20<br />

20<br />

20<br />

20<br />

20<br />

20<br />

22<br />

24<br />

35<br />

36<br />

37<br />

38


1.1 Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Kelainan refraktif merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering<br />

terjadi. Kelainan refraktif yang tidak dikoreksi terus meningkat di seluruh dunia, hal<br />

ini disadari menjadi penyebab signifikan kelainan visual yang dapat dicegah.<br />

Terdapat 314 juta orang di dunia yang hidup dengan gangguan penglihatan dan<br />

45 juta dari mereka buta berdasarkan data WHO. Resiko untuk gangguan penglihatan<br />

ini meliputi usia, jenis kelamin dan letak geografis. Dua belas juta anak di dunia yang<br />

berusia 5 sampai 15 tahun mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi<br />

yang tidak dikoreksi; suatu kondisi yang sebenarnya dapat didiagnosis dengan mudah<br />

dan dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak atau dengan tindakan bedah. Banyak<br />

studi juga menunjukkan bahwa wanita secara signifikan memiliki resiko lebih tinggi<br />

untuk terjadinya kelainan refraksi dibanding dengan laki-laki. Sedangkan berdasarkan<br />

letak geografis, 87% orang dengan gangguan penglihatan tinggal di negara<br />

berkembang (1) .<br />

Kelainan refraktif yang sering terjadi pada populasi usia sekolah adalah miopia.<br />

Berdasarkan penelitian pada berbagai populasi di berbagai negara, distribusi miopia<br />

pada siswa bevariasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi miopia<br />

meningkat pada tingkat pembelajaran (2) .<br />

1


Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia antara lain<br />

genetik, jenis kelamin, suku, aktivitas melihat dekat meliputi waktu yang dihabiskan<br />

untuk membaca, penggunaan komputer, menonton televisi dan bermain TV game,<br />

serta lamanya pajanan terhadap cahaya. Faktor genetik merupakan faktor penting<br />

dalam perkembangan miopia. Adanya paling tidak salah satu orang tua yang<br />

menderita miopia secara signifikan lebih tinggi pada anak penderita miopia<br />

dibandingkan dengan anak non-miopia (45,5% vs 17,8%) (3) .<br />

Kejadian miopia pada tingkat pendidikan pun berbeda. Berdasarkan penelitian<br />

pada siswa <strong>SD</strong> di Jakarta, didapatkan bahwa prevalensi miopia untuk siswa kelas tiga<br />

adalah 21,74% sedanggkan untuk siswa kelas enam adalah 30% (4) .<br />

Di Indonesia belum ada skrining atau pemeriksaan mata anak usia pra-sekolah<br />

dan usia sekolah yang secara berkala dilakukan untuk menyaring miopia sehingga<br />

dapat segera diatasi atau dikoreksi dengan kacamata (4) . Hal ini penting karena koreksi<br />

dari kelainan refraktif dapat memberikan penglihatan normal pada anak (1) . Upaya ini<br />

juga dapat mencegah akibat yang timbul seperti gangguan belajar pada anak (4) .<br />

Oleh karena latar belakang diatas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian<br />

mengenai prevalensi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada siswa <strong>SD</strong> kelas<br />

4 dan 6 di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat.<br />

2


1.2 Rumusan Masalah<br />

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan<br />

sebagai berikut :<br />

1. Berapakah prevalensi miopia pada siswa <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6 di Kelurahan Pondok<br />

Ranji Ciputat?<br />

1.3 Tujuan Penelitian<br />

1.3.1 Tujuan umum<br />

Memperoleh informasi mengenai miopia pada anak <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6 dan<br />

faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat digunakan dalam tindakan<br />

preventif untuk mengurangi dampak negatif terhadap perkembangan kecerdasan anak<br />

dan proses pembelajaran.<br />

1.3.2 Tujuan khusus<br />

Diketahuinya angka kejadian miopia pada siswa <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6 berdasarkan<br />

usia, jenis kelamin, adanya anggota keluarga yang menggunakan kacamata, suku<br />

serta pekarjaan orang tua.<br />

1.4 Manfaat Penelitian<br />

1.4.1 Bagi masyarakat<br />

1. Memberikan gambaran informasi dan pengetahuan mengenai miopia pada<br />

anak.<br />

3


2. Memberikan informasi mengenai kelainan miopia yang diderita responden<br />

sehingga dapat segera ditangani.<br />

1.4.2 Bagi institusi<br />

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian<br />

selanjutnya mengenai kelainan refraksi terutama miopia.<br />

1.4.3 Bagi peneliti<br />

1. Memperoleh keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian<br />

terutama dalam bidang kesehatan.<br />

2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan skrining tajam penglihatan<br />

dengan menggunakan Snellen chart.<br />

3. Melatih kemampuan berkomunikasi yang nantinya akan diperlukan saat terjun<br />

di masyarakat.<br />

4


2. 1 Kerangka Teori<br />

2.1.1 Anatomi bola mata<br />

BAB II<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah oleh<br />

selubung fasia bola mata. Penampang bola mata seperti terlihat dalam gambar 1<br />

terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam adalah: tunika fibrosa, tunika<br />

vasculosa, dan tunika sensoria bulbi.<br />

Tunika fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opak, sklera, dan bagian<br />

anterior yang transparan, yaitu kornea. Tunika vasiculosa dari belakang ke depan,<br />

disusun oleh: choroidea, corpus ciliare dan iris. Tunika sensoria terdiri atas<br />

retina (5) .<br />

5<br />

Gambar 1: Bagian-bagian bola mata (10)


Media refraksi adalah bagian mata yang akan membiaskan cahaya dalam<br />

proses melihat sehingga bayangan benda jatuh pada retina. Media refraksi terdiri<br />

dari kornea, cairan mata, lensa dan badan kaca.<br />

Kornea adalah selaput mata yang bening dan tembus cahaya dan<br />

merupakan jaringan yang menutup bola mata bagian depan. Pembiasan terkuat<br />

dilakukan oleh kornea (5) .<br />

Lensa mata terdiri dari zat tembus cahaya yang jernih atau transparan yang<br />

berbentuk cakram bikonveks. Lensa mata dapat menebal dan menipis pada saat<br />

terjadinya akomodasi (5) .<br />

Badan kaca mata memiliki fungsi yang sama dengan cairan mata untuk<br />

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk<br />

meneruskan sinar dari lensa ke retina (5) .<br />

Retina merupakan bagian bola mata yang mengandung reseptor cahaya.<br />

Fungsi retina adalah menerima rangsangan cahaya dari luar dan akan diteruskan<br />

ke otak melalui saraf optik (5) .<br />

2.1.2 Penglihatan<br />

Penglihatan yang baik adalah hasil kombinasi jalur visual neurologik yang<br />

utuh, mata yang secara struktural sehat dan dapat memfokuskan secara tepat (6) .<br />

Agar dapat menghasilkan informasi visual yang akurat, cahaya harus difokuskan<br />

dengan tepat di retina. Ketika sinar cahaya paralel dari objek jauh jatuh di retina<br />

dengan mata dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi, keadaan refraktif<br />

mata dikenal sebagai emetropia. Sedangkan apabila sinar cahaya paralel tidak<br />

6


jatuh pada fokus di retina pada mata dalam keadaan istirahat, keadaan refraktif<br />

mata disebut ametropia (5) . Mata ametropia memerlukan lensa koreksi agar<br />

bayangan benda terfokus dengan baik. Gangguan optik ini disebut kesalahan<br />

refraksi. Refraksi adalah prosedur untuk menetapkan dan menghitung kesalahan<br />

optik alami ini (6) .<br />

Keseimbangan dalam penglihatan sebagian besar ditentukan oleh dataran<br />

depan, kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya<br />

pembiasan sinar paling kuat dibandingkan dengan bagian mata lainnya. Bila<br />

terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea atau adanya perubahan panjang<br />

bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula (5) .<br />

2.1.3 Ametropia<br />

Dalam bahasa yunani, amertos berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,<br />

sedangkan ops berarti mata. Sehingga kata ametropia berarti keadaan pembiasan<br />

mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini dapat disebabkan<br />

oleh gangguan pembiasan sinar pada media penglihatan atau kelainan bentuk<br />

bola mata (5) .<br />

Berdasarkan penyebabnya, ametropia dibagi menjadi dua, ametropia aksial<br />

dan ametropia refraktif. Ametropia aksial adalah ametropia yang terjadi akibat<br />

sumbu bola mata lebih panjang atau lebih pendek sehingga bayangan benda<br />

difokuskan di depan atau di belakang retina. Sedangkan ametropia refraktif adalah<br />

ametropia yang terjadi akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila<br />

7


daya bias kuat, maka bayangan benda terletak di depan retina atau bila daya bias<br />

kurang, maka bayangan benda akan terbentuk di belakang retina (5) .<br />

Ametropia dapat dibagi menjadi miopia, hipermetropia dan astigmatisma.<br />

Miopia (penglihatan dekat), terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi,<br />

biasanya karena bola mata yang panjang, dan sinar cahaya paralel jatuh pada<br />

fokus di depan retina. Hipermetropia (penglihatan jauh), terjadi apabila kekuatan<br />

optik mata terlalu rendah, biasanya karena mata terlalu pendek, dan sinar cahaya<br />

paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. Astigmatisme,<br />

dimana kekuatan optik kornea di bidang yang berbeda tidak sama. Sinar cahaya<br />

paralel yang melewati bidang yang berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda.<br />

2.1.4 Miopia<br />

Miopia didefinisikan sebagai keadaan refraksi dimana pantulan paralel sinar<br />

yang masuk ke mata saat istirahat difokuskan di depan retina (7) . Pantulan sinar<br />

pada bola mata yang mengalami miopia terlihat pada gambar 2. Sedangkan<br />

juvenile-onset myopia adalah miopia dengan onset (angka kejadian) antara usia 7<br />

hingga 16 tahun, terutama tergantung dari pertumbuhan globe axial length (2) .<br />

8


Gambar 2: Mata miopia dan koreksinya (11) .<br />

Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau<br />

kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat (5) . Dikenal beberapa bentuk<br />

miopia, antara lain miopia refraktif dan miopia aksial. Miopia refraktif adalah<br />

miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media penglihatan. Hal ini<br />

terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.<br />

Miopia aksial adalah miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,<br />

dengan kelengkungan koenea dan lensa yang normal (5) .<br />

Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam miopia ringan, dimana<br />

miopia lebih kecil dari 3 dioptri; miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri;<br />

dan miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.<br />

Progresi miopi 1 D atau lebih dilaporkan pada 15%-25% anak usia 7-13<br />

tahun, prevalensi miopia paling meningkat pada anak perempuan usia 9-10 tahun,<br />

sedangkan pada anak laki-laki usia 11-12 tahun. Semakin dini terjadinya miopia,<br />

semakin besar progresinya. Pada sebagian besar individu, progresi miopi berhenti<br />

9


pada pertengahan usia remaja, sekitar usia 15 tahun untuk anak perempuan dan 16<br />

tahun untuk anak laki-laki. 75% miopia pada remaja bersifat stabil (2) .<br />

2.1.5 Etiologi dan Faktor Resiko Miopia<br />

Prevalensi miopia di seluruh dunia terus meningkat, namun patogenesisnya<br />

masih belum jelas. Etiologi miopia diyakini multifaktorial dengan interaksi yang<br />

erat antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Adanya riwayat miopia pada<br />

paling tidak salah satu orang tua, berhubungan dengan kejadian miopia. Riwayat<br />

miopia pada minimal salah satu orang tua secara signifikan lebih tinggi pada<br />

penderita miopia dibandingkan dengan orang tanpa miopia (45,5% vs 17,8%) (3) .<br />

Miopia lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki<br />

dengan presentase pada penelitian di Iran sebesar 60,7% : 39,3% (7) . Pada<br />

penelitian kelainan refraktif siswa usia 7-15 tahun di Qazvin, Iran didapatkan juga<br />

bahwa prevalensi miopia meningkat seiring dengan pertambahan usia (8) .<br />

Faktor genetik mungkin merupakan faktor yang paling penting; namun<br />

faktor lain meliputi pekerjaan jarak dekat dan pendidikan juga dapat<br />

mempengaruhi. Terdapat hubungan antara aktivitas melihat dekat meliputi waktu<br />

yang dihabiskan untuk membaca, penggunaan komputer, menonton televisi dan<br />

bermain TV game, serta lamanya pajanan terhadap cahaya dengan kejadian<br />

miopia (3) .<br />

Berdasarkan hasil penelitian mengenai prevalensi miopia dan faktor<br />

resikonya pada siswa <strong>SD</strong> di Jakarta, diantara beberapa faktor resiko miopia ,<br />

tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar<br />

10


dalam peningkatan prevalensi miopia (4) . Namun belum jelas apakah tingkat<br />

pendidikan itu sendiri yang merupakan faktor resiko miopia atau tingkat<br />

pendidikan memperbarat atau memicu faktor laain seperti aktivitas yang<br />

memerlukan penglihatan dekat seperti membaca. Hal ini ditunjukkan dari hasil<br />

penelitian tersebut dimana didapatkan bahwa prevalensi miopia untuk siswa kelas<br />

tiga adalah 21,74% sedangkan untuk siswa kelas enam adalah 30%.<br />

Faktor suku juga berpengaruh terhadap tingkat kejadian miopia. Miopia<br />

lebih banyak ditemukan pada suku Jawa dibandingkan dengan non-Jawa dengan<br />

resiko hampir tiga kali menderita miopia pada kelompok suku Jawa (4) .<br />

2.1.6 Tajam Penglihatan atau Visus<br />

Penglihatan dapat dibagi menjadi penglihatan sentral dan penglihatan<br />

perifer. Ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran<br />

dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata (6) .<br />

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Untuk<br />

mengetahui tajam penglihatan seseorang, dapat digunakan kartu snellen seperti<br />

pada gambar 3 dan bila penglihatan mata kurang maka tajam penglihatan diukur<br />

dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari ataupun proyeksi sinar (5) .<br />

Ukuran besarnya kemampuan mata untuk membedakan bentuk dan rincian<br />

benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat<br />

dilihat pada jarak tetentu. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan<br />

dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada<br />

jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20<br />

11


untuk penglihatan normal (5) . Nilai perama adalah jarak tes dalam kaki antara kartu<br />

snellen dengan mata pasien dan nilai kedua adalah baris huruf terkecil yang dapat<br />

dibaca mata pasien dari jarak tes. Penglihatan 20/60 berarti mata pasien hanya<br />

dapat membaca dari jarak 20 kaki huruf yang cukup besar dibaca dari jarak 60<br />

kaki oleh mata orang normal (6) .<br />

2.1.7 Pemeriksaan Visus<br />

Gambar 3: Snellen chart (12) .<br />

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata dengan atau tanpa<br />

kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan<br />

kanan dahulu kemudian kiri lalu mencatatnya (5) .<br />

Dengan gambar kartu Snallen ditentukan tajam penglihatan dimana mata<br />

hanya dapat membedakan 2 titik terpisah bila titik tersebut membentuk sudut 1<br />

menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk sudut 5 menit<br />

12


dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut 1 menit. Makin jauh harus dilihat,<br />

maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang terbentuk harus<br />

tetap 5 menit (5) .<br />

Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 sampai 6<br />

meter, karena pada jarah ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat<br />

atau tanpa akomodasi. Untuk mengetahui sama atau tidaknya ketajaman<br />

penglihatan kedua mata dapat dilakukan dengan menutup salah satu mata (5) .<br />

Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat<br />

kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole (5) . Melihat kartu Snellen melalui<br />

sebuah lempengan dengan lubang kecil mencegah sebagian besar berkas yang<br />

tidak terfokus memasuki mata. Hanya sedikit berkas yang terfokus di pusat yang<br />

dapat mencapai retina, sehingga menghasilkan bayangan yang lebih tajam (6) . Bila<br />

dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka ada kelainan refraksi yang masih<br />

dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan<br />

diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan<br />

media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Pada seseorang<br />

yang terganggu akomodasinya atau adanya presbiopi, maka apabila melihat<br />

benda-benda yang sedikit didekatkan akan terlihat kabur (5) .<br />

13


2.2 Kerangka Konsep<br />

Lingkungan<br />

Tingkat<br />

pendidikan<br />

ayah<br />

Lama menonton<br />

televisi<br />

Pejamu<br />

Genetik Jenis<br />

Kelamin<br />

Usia<br />

Pekerjaan<br />

ayah<br />

Penerangan saat<br />

membaca<br />

Miopia<br />

Lama menggunakan<br />

komputer<br />

Agen<br />

Panjang bola<br />

mata<br />

14<br />

Suku Pekerjaan<br />

ibu<br />

Variabel yang diteliti pada penelitian ini<br />

Variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini<br />

Hubungan yang diteliti pada penelitian ini<br />

Lama<br />

membaca<br />

dekat<br />

Hubungan yang tidak diteliti pada penelitian ini


3. 1 Desain Penelitian<br />

BAB III<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan metode pengumpulan<br />

data secara cross sectional untuk menilai prevalensi miopia pada siswa <strong>SD</strong> kelas 4<br />

dan 6.<br />

3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian<br />

Penelitian ini dilaksanakan di <strong>SD</strong>N. Pondok Ranji 2 Kelurahan Pondok Ranji<br />

Ciputat. Skrining dilaksanakan pada bulan Oktober 2009.<br />

3. 3 Populasi penelitian<br />

Populasi target pada penelitian ini yaitu seluruh murid <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6.<br />

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh murid <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6 yang<br />

bersekolah di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat.<br />

3. 4 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel<br />

Sampel terdiri dari murid laki-laki dan perempuan <strong>SD</strong> yang berkelas 4 dan 6 di<br />

Ciputat yang dipilih secara acak. <strong>SD</strong> yang dijadikan sebagai tempat pengambilan<br />

sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel<br />

simple random sampling yaitu dengan mengocok seluruh <strong>SD</strong> di Kelurahan Pondok<br />

15


Ranji Ciputat. Dari <strong>SD</strong> tersebut dipilih 89 orang dengan metode pengambilan sampel<br />

stratified random sampling. Pada cara ini sampel dipilih secara acak untuk tiap strata<br />

(kelas) yaitu dengan memilih 44-45 orang untuk masing-masing kelas dari kelas 4<br />

dan kelas 6.<br />

3. 5 Besar Sampel<br />

n1 = ((Zα) 2 x p x (1-p))<br />

Keterangan:<br />

d 2<br />

= ((1,96) 2 x 0,3 x (0.7))<br />

= 80,6<br />

0,1 2<br />

n2 = n1 + ( 10% x n1)<br />

= 80,6 + 8.06<br />

= 88,66<br />

Maka, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 89 siswa<br />

<strong>SD</strong> kelas 4 dan 6.<br />

n1 : besar sampel minimal<br />

n2 : jumlah sampel minimal ditambah dengan substitusi 10% dari jumlah sampel<br />

minimal. Substitusi adalah jumlah responden dalam persen untuk<br />

mengantisipasi kesalahan.<br />

16


Zα : 1,96 pada interval kepercayaan (IK) 95%<br />

p : proporsi dari kategori variabel yang diteliti yaitu 0,3 (4) .<br />

(1-p) : q = 1- 0,3 = 0,7<br />

d : derajat ketetapan absolut yang diinginkan, dalam hal ini diambil 10%<br />

3. 6 Kriteria Penelitian<br />

3.6.1 Kriteria Inklusi<br />

Seluruh anak kelas 4 dan 6 yang bersekolah dan hadir pada saat pelaksanaan<br />

penelitian.<br />

3.6.2 Kriteria Eksklusi<br />

1. Siswa <strong>SD</strong> yang sedang menderita penyakit mata yang dapat mempengaruhi<br />

visus.<br />

2. Siswa <strong>SD</strong> yang tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk mengikuti penelitian.<br />

3. 7 Prosedur Penelitian<br />

Penelitian akan dilakukan di daerah Ciputat pada bulan Oktober 2009. Pada<br />

hari pertama peneliti akan melakukan skrining ketajaman penglihatan pada dengan<br />

menggunakan snellen chart terhadap subjek penelitian. Kemudian peneliti akan<br />

membagikan quisioner untuk diisi oleh subjek penelitian dibantu oleh orang tua/wali<br />

murid di rumah. Isi kuisioner meliputi data diri responden, riwayat miopia pada<br />

17


anggota keluarga, usia, jenis kelamin, pekerjaan bapak dan peklerjaan ibu. Hasil<br />

quisioner dikembalikan kepada peneliti di hari kedua.<br />

Pemeriksaan<br />

Pada skrining tajam penglihatan, subjek berdiri sejauh 6 m dari snellen chart.<br />

Pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan pada salah kedua mata secara<br />

bergantian. Saat sedang dilakukan pameriksaan pada mata kanan maka mata kiri<br />

subjek akan ditutup dengan telapak tangan dengan rapat namun tidak menekan bola<br />

mata, demikian pula sebaliknya. Kemudian subjek akan diminta menyebutkan nama<br />

huruf pada snellen chart yang ditunjuk pemeriksa. Pemeriksa akan menunjuk satu<br />

persatu seluruh huruf pada snellen chart, dimulai dari huruf di baris paling atas<br />

hingga subjek salah menyebut 3 huruf dari baris yang ditunjuk. Lalu pemeriksa akan<br />

mencatat katajaman penglihatan subjek sesuai standard yang tertera pada snellen<br />

chart. Apabila hasil tajam penglihatan subjek adalah 6/6, maka pemeriksa akan<br />

meletakkan lensa positif di depan mata subjek untuk melihat apakah mata subjek<br />

normal atau subjek menderita hipermetropia. Apabila hasil tajam penglihatan subjek<br />

kurang dari 6/6, maka pemeriksa akan meletakkan lensa negatif di depan mata subjek.<br />

Apabila penglihatan subjek lebih baik, maka subjek menderita miopia. Kemudian<br />

pemeriksa akan melakukan uji pinhole. Pinhole akan diletakkan di depan mata yang<br />

akan diperiksa dan subjek diminta membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca<br />

sebelumnya. Apabila dengan uji pinhole penglihatan tidak bertambah baik maka<br />

18


kemungkinan terdapat kelainan organik pada mata seperti kelainan retina atau saraf<br />

optik.<br />

3. 8 Indentifikasi Variabel<br />

3.8.1 Variabel Independent<br />

a. Riwayat miopia pada anggota keluarga<br />

b. Usia<br />

c. Jenis kelamin<br />

d. Suku<br />

e. Pekerjaan bapak<br />

f. Pekerjaan ibu<br />

3.8.2 Variabel Dependent<br />

Miopia pada anak<br />

3. 9 Rencana Manajemen dan Analisis Data<br />

3.9.1 Pengolahan Data<br />

Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui proses editing, koding,<br />

pemasukan data dan verifikasi. Setelah itu data dimasukkan dan diolah dengan<br />

menggunakan program SPSS versi 16 dengan menggunakan kerangka tabel yang<br />

sudah dipersiapkan sebelumnya.<br />

19


3.9.2 Penyajian Data<br />

Data yang didapat kemudian disajikan dalam bentuk tekstuler dan tabuler.<br />

1.9.3 Analisis Data<br />

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.<br />

1.9.4 Interpretasi Data<br />

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif analitis.<br />

1.9.5 Laporan Data<br />

Data yang telah disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian dipresentasikan<br />

teman sejawat dan staf pengajar.<br />

3. 10 Izin Subyek Penelitian<br />

Subjek yang dimasukan dalam penelitian ini, adalah mereka yang telah<br />

diberikan izin oleh orang tua secara tertulis untuk diikutsertakan dalam panelitian.<br />

3. 11 Batasan Operasional<br />

a. Riwayat kelainan pada anggota keluarga<br />

Pada penelitian ini dinilai adanya anggota keluarga responden seperti ayah,<br />

ibu atau saudara kandung yang memakai kacamata.<br />

20


. Usia<br />

Usia responden saat mengikuti penelitian adalah usia yang dihitung<br />

berdasarkan tanggal lahir responden. Usia responden pada penelitian ini<br />

dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok usia pertama adalah<br />

kelompok usia 8 tahun, kelompok usia kedua adalah kelompok usia 9 tahun,<br />

kelompok usia ketiga adalah kelompok usia 10 tahun, kelompok usia keempat<br />

adalah kelompok usia 11 tahun, kelompok kelima adalah kelompok usia 12<br />

tahun dan kelompok keenam adalah kelompok usia 13 tahun.<br />

c. Jenis kelamin<br />

d. Suku<br />

Pada penelitian ini, responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya<br />

menjadi kelompok laki-laki dan perempuan.<br />

Dalam penelitian ini, suku responden dikelompokkan menjadi suku Jawa dan<br />

non Jawa.<br />

e. Pekerjaan orang tua<br />

Dalam penelitian ini jenis pekerjaan ayah akan dikelompokkan menjadi<br />

pekerja formal, non formal dan tidak bekerja. Sedangkan untuk pekerjaan ibu<br />

akan dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu pekerja formal, non<br />

formal, ibu rumah tangga (IRT) dan meninggal.<br />

f. Tajam penglihatan pada anak<br />

Responden dengan tajam penglihatan 6/6 atau lebih digolongkan sebagai non<br />

miopia. Sedangkan responden yang tergolong miopia adalah responden yang<br />

21


hasil pemeriksaan tajam penglihatannya kurang dari 6/6 pada saat dilakukan<br />

pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan snellen chart dan<br />

penglihatannya membaik dengan lensa negatif dan uji pinhole .<br />

3.12 Alur Penelitian<br />

Kerangka operasional penelitian ini tampak pada gambar. Penelitian ini<br />

terdiri dari 2 bagian, yaitu pemeriksaan tajam penglihatan mata dengan<br />

menggunakan snellen chart dan pengumpulan data umum (identitas) resp onden<br />

dengan kuisioner. Sampel terdiri dari murid laki-laki dan perempuan <strong>SD</strong> yang<br />

berkelas 4 dan 6 di Ciputat yang dipilih secara acak. <strong>SD</strong> yang dijadikan sebagai<br />

tempat pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik<br />

pengambilan sampel simple random sampling yaitu dengan mengocok seluruh <strong>SD</strong> di<br />

Kelurahan Pondok Ranji Ciputat. Pada <strong>SD</strong> tersebut dipilih 89 orang dengan metode<br />

pengambilan sampel stratified random sampling. Pada cara ini sampel dipilih secara<br />

acak untuk tiap strata (kelas) yai tu dengan memilih 44-45 orang untuk masing-<br />

masing kelas 4 dan kelas 6 <strong>SD</strong>.<br />

22


6 <strong>SD</strong> di Pondok Ranji<br />

45 siswa kelas 4<br />

44 siswa kelas 6<br />

X siswa kelas 4 dengan visus < 6/6<br />

X siswa kelas 4 dengan visus ≥ 6/6<br />

X siswa kelas 6 dengan visus < 6/6<br />

X siswa kelas 6 dengan visus ≥ 6/6<br />

X jumlah quisioner yang kembali<br />

X siswa <strong>SD</strong> kelas 4 dan 6 dengan<br />

miopia dan non miopia<br />

berdasarkan data umum<br />

Simple random sampling<br />

Stratified random sampling<br />

23<br />

Pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart<br />

Kuisioner disebar


3.13 Anggaran Biaya<br />

No. Jenis Pengeluaran Harga<br />

Satuan<br />

Jumlah Total<br />

1. Souvenir Rp. 2.000,00 89 buah Rp.178.000,00<br />

2. Foto copy surat<br />

pemberitahuan dan inform<br />

consent orang tua<br />

Rp. 100,00 2 lembar x<br />

3. Foto copy kuisioner Rp. 100,00 2 lembar x<br />

89<br />

89<br />

24<br />

Rp. 17.800,00<br />

Rp. 17.800,00<br />

4. Transportasi untuk 2 hari Rp. 20.000,00<br />

Total Rp. 223.600,00


BAB IV<br />

HASIL <strong>DAN</strong> PEMBAHASAN<br />

Dari total 7 <strong>SD</strong> di daerah Pondok Ranji sebanyak 89 siswa kelas 4 dan 6<br />

menjadi responden penelitian. Dari tabel 1 dapat dilihat responden penelitian<br />

terdiri dari 53 siswa laki-laki (59,6%) dan 36 siswa perempuan (40,4%).<br />

Responden sebagian besar berusia 9 tahun (33,7%) dengan rata -rata usia adalah<br />

10,29 tahun. Mayoritas responden berasal dari pulau Jawa dan terdiri dari suku<br />

Jawa (35,9%), Betawi (30,3%), Sunda (19,1%), Kudus (1,1%) dan Madura (1,1%)<br />

sedangkan sisanya berasal dari luar pulau Jawa. Tiga puluh tiga responden<br />

memiliki bapak yang bekerja sebagai pedagang ( 37,1%) sedangkan sisanya<br />

bekerja sebagai supir ( 24,7%), buruh ( 10,1%), karyawan swasta ( 5,6%), guru<br />

(1,1%), PNS ( 2,2%), penjahit ( 1,1%) dan lain-lain ( 6,7%). Terdapat 10 orang<br />

siswa ( 11,2%) yang sudah tidak memiliki bapak. Mayoritas pekerjaan ibu<br />

responden adalah ibu rumah tangga (60,7%).<br />

Dari tabel 4.1 juga dapat dilihat bahwa 76 orang responden ( 85,4%)<br />

mengaku orang tua mereka tidak menggunakan kaca mata, 12 orang responden<br />

(13,5%) salah satu orang tuanya mengenakan kaca mata dan hanya 1 orang<br />

responden ( 1,1%) yang kedua orang tuanya menggunakan kacamata. Mayoritas<br />

responden (92,1%) tidak memiliki saudara kandung yang memakai kaca mata.<br />

25


Tabel 4.1 Sebaran responden menurut data umum<br />

Variabel Klasifikasi Jumlah Persentase<br />

Jenis kelamin Laki-laki<br />

Perempuan<br />

Usia 8 tahun<br />

9 tahun<br />

10 tahun<br />

11 tahun<br />

12 tahun<br />

13 tahun<br />

Suku Aceh<br />

Batak<br />

Medan<br />

Padang<br />

Betawi<br />

Sunda<br />

Jawa<br />

Kudus<br />

Madura<br />

Manado<br />

Pekerjaan bapak Karyawan swasta<br />

Guru<br />

PNS<br />

Buruh<br />

Pedagang<br />

Supir<br />

Penjahit<br />

Lain-lain<br />

Meninggal<br />

Pekerjaan ibu Karyawan swasta<br />

Guru<br />

53<br />

36<br />

2<br />

30<br />

16<br />

26<br />

11<br />

4<br />

3<br />

3<br />

2<br />

2<br />

27<br />

17<br />

32<br />

1<br />

1<br />

1<br />

5<br />

1<br />

2<br />

9<br />

33<br />

22<br />

1<br />

5<br />

10<br />

1<br />

1<br />

59,6%<br />

40,4%<br />

2,2%<br />

33,7%<br />

18,0%<br />

29,2%<br />

12,4%<br />

4,5%<br />

3,4%<br />

3,4%<br />

2,2%<br />

2,2%<br />

30,3%<br />

19,1%<br />

35,9%<br />

1,1%<br />

1,1%<br />

1,1%<br />

5,6%<br />

1,1%<br />

2,2%<br />

10,1%<br />

37,1%<br />

24,7%<br />

1,1%<br />

6,7%<br />

11,2%<br />

2,2%<br />

1,1%<br />

26


Penggunaan<br />

kacamata pada<br />

orang tua<br />

Penggunaan<br />

kacamata pada<br />

saudara kandung<br />

PNS<br />

Buruh<br />

Pedagang<br />

PRT<br />

IRT<br />

Lain-lain<br />

Meninggal<br />

Tidak ada<br />

1 orang tua<br />

Kedua orang tua<br />

Ada<br />

Tidak ada<br />

2<br />

1<br />

18<br />

8<br />

54<br />

2<br />

2<br />

76<br />

12<br />

1<br />

7<br />

82<br />

2,2%<br />

1,1%<br />

20,2%<br />

9,0%<br />

60,7%<br />

2,2%<br />

2,2%<br />

85,4%<br />

13,5%<br />

1,1%<br />

7,9%<br />

92,1%<br />

Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil pemeriksaan tajam penglihatan responden<br />

dengan menggunakan snellen chart. Tajam penglihatan responden dibagi menjadi<br />

dua kelompok yaitu kelompok non miopia yang memiliki hasil tajam penglihatan<br />

6/6 atau lebih dan kelompok miopia yang hasil pemeriksaan tajam penglihatannya<br />

lebih kecil dari 6/6. Dari 89 responen yang menjalani pemeriksaan tajam<br />

penglihatan 51 responden (57,3%) menderita miopia dan 38 responden (42,7%)<br />

memiliki tajam penglihatan normal. Tingkat kejadian miopia ini lebih tinggi<br />

dibandingkan dengan penelitian di daerah Jakarta dimana angka kejadian miopia<br />

pada siswa <strong>SD</strong> adalah 25,58% (4) . Namun angka ini terlihat tidak berbeda jauh<br />

dengan penelitian prevalensi miopia pada anak usia sekolah (7-15 tahun) di Iran<br />

dimana angka kejadian miopia pada respondennya sebesar 65,03% (8) .<br />

27


Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan tajam penglihatan responden<br />

Tajam penglihatan Jumlah Presentase<br />

Non miopia 38 42,7%<br />

Miopia 51 57,3%<br />

Tabel 4.3 Sebaran miopia pada kelas 4 dan 6 <strong>SD</strong><br />

Kelas 4 (n=45) Kelas 6 (n=44)<br />

Jumlah Presentase Jumlah Presentase<br />

Sebaran non miopia 10 22,22% 28 63,64%<br />

Sebaran miopia<br />

Unilateral<br />

Bilateral<br />

35<br />

15<br />

20<br />

77,78%<br />

33,33%<br />

44,44%<br />

16<br />

8<br />

8<br />

36,36%<br />

18,18%<br />

18,18%<br />

Prevalensi miopia berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel<br />

4.3 dimana angka kejadian miopia untuk kelas 4 adalah 35 (77,78%) siswa <strong>SD</strong><br />

dari 45 responden kelas 4 <strong>SD</strong> dengan 15 siswa (33,33%) menderita miopia pada<br />

salah satu mata dan 20 siswa (4 4,44%) menderita miopia pada kedua mata.<br />

Sedangkan untuk kelas 6 terdapat 16 (36,36%) siswa <strong>SD</strong> yang menderita miopia<br />

dari 44 responden kelas 6 <strong>SD</strong> dengan 8 siswa (18,18%) menderita miopia pada<br />

salah satu mata dan 8 siswa (18,18%) menderita miopia pada kedua mata.<br />

Tabel 4.4 menunjukkan prevalensi miopia dan non miopia pada anak kelas<br />

4 dan 6 <strong>SD</strong> berdasarkan jenis kelamin. Prevalensi responden yang menderita<br />

28


miopia dari penelitian ini terdiri dari 34 (66,67%) siswa laki -laki dari 51<br />

responden yang menderita miopia dan 17 (33,33%) siswa perempuan dari 51<br />

responden yang menderita miopia. Hasil sebaran angka kejadian miopia<br />

berdasarkan jenis kelamin juga berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana<br />

prevalensi anak perempuan penderita miopia lebih besar dibandingkan dengan<br />

anak laki-laki (56,06% vs 43,94%) (4) . Dari hasil ini dapat dilihat bahwa faktor<br />

lingkungan mungkin lebih berperan dalam kejadian miopia pada anak. Pada<br />

penelitian di Jogja juga didapatkan bahwa kejadian miopia pada anak dipengaruhi<br />

oleh lamanya pajanan terhadap komputer serta tingkat ekonomi keluarga.<br />

Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan tajam penglihatan responden<br />

Tajam penglihatan<br />

Miopia Non miopia<br />

Jumlah Presentase Jumlah Presentase<br />

Laki-laki 34 66,67% 19 50%<br />

Perempuan 17 33,33% 19 50%<br />

Prevalensi miopia berdasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel 4.5.<br />

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa presentase miopia dari kelompok usia 8<br />

tahun sampai dengan kelompok usia 13 tahun terus menurun. Sedangkan<br />

prevalensi non miopia terus meningkat. Berdasarkan tabel 4.5, pada kelompok<br />

usia 8 tahun, prevalensi kejadian miopia pada responden adalah sebesar 2 orang<br />

siswa (100%) sedangkan tidak ada responden yang non miopia pada kelompok<br />

usia ini. Untuk kelompok usia 9 tahun prevalensi siswa yang menderita miopia<br />

29


adalah sebanyak 22 orang responden (73,33%) dari 30 responden pada kelompok<br />

usia ini dan untuk non miopia sebanyak 8 orang responden (26,67%). Sedangkan<br />

pada kelompok usia 10 tahun, angka kejadian miopia sebanyak 11 orang<br />

responden (68, 75%) dari total 16 responden pada kelompok ini dan untuk non<br />

miopia sebanyak 5 orang responden (31,25%). Prevalensi miopia pada responden<br />

dengan kelompok usia 11 tahun adalah 12 orang responden (46,15%) dari<br />

keseluruhan 26 orang responden dan sisanya 14 orang responden (31, 25%) non<br />

miopia. Pada kelompok usia 12 tahun dapat dilihat sebanyak 4 orang responden<br />

(36,36%) dari total 11 orang responden menderita miopia dan 7 orang responden<br />

(63,64%) non miopia. Angka kejadian miopia pada kelompok usia 13 tahun<br />

adalah sebesar 0% yaitu dimana tidak ada reponden yang menderita miopia pada<br />

kelompok usia ini sedangkan untuk non miopia sebesar 100% dimana keseluruhan<br />

4 orang responden pada penelitian ini non miopia. Variasi ini dapat disebabkan<br />

oleh kurangnya sampel dan ketidakseragaman jumlah sempel pada masing-masing<br />

kelompok usia.<br />

Tabel 4.5 Sebaran prevalensi miopia berdasarkan usia responden<br />

Tajam penglihatan<br />

Miopia Non miopia<br />

Jumlah Presentase Jumlah Presentase<br />

8 tahun 2 100% 0 0%<br />

9 tahun 22 73,33% 8 26,67%<br />

10 tahun 11 68, 75% 5 31, 25%<br />

11 tahun 12 46,15% 14 53,85%<br />

30


12 tahun 4 36,36% 7 63,64%<br />

13 tahun 0 0% 4 100%<br />

Pada penelitian ini didapatkan suku bangsa responden terdiri dari Aceh,<br />

Batak, Medan, Padang, Betawi, Sunda, Jawa, Kudus, Madura dan Manado. Suku<br />

responden tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu<br />

suku Jawa (Betawi, Sunda, Jawa, Kudus dan Madura) dan non Jawa (Aceh, Batak,<br />

Medan, Padang dan Manado) agar dapat dianalisis lebih mudah. Pada tabel 4.6<br />

dapat dilihat bahwa pada kelompok suku Jawa terdapat 46 siswa (58,98%)<br />

menderita miopia dan 32 siswa (41,02%) non miopia. Sedangkan pada kelompok<br />

suku non Jawa tedapat 5 siswa (45,45%) yang menderita miopia dan 6 siswa<br />

(54,54%) non miopia. Dari hasil ini dapat dilihat berbandingan, angka kejadian<br />

miopia pada suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan suku non Jawa. Hasil ini<br />

sejalan dengan hasil penelitian di <strong>SD</strong> Jakarta dimana didapatkan kelompok suku<br />

Jawa memiliki resiko hampir tiga kali menderita miopia dibandingkan dengan<br />

kelompok suku non Jawa (4) . Namun resiko ini tidak terlihat dalam hasil penelitian<br />

ini, hal ini dapat disebabkan beberapa hal antara lain jumlah sampel yang kurang<br />

dan suku asal tidak berpengaruh rerhadap prevalensi miopia pada sampel<br />

penelitian ini.<br />

Pekerjaan bapak responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar<br />

yaitu pekerja formal yang terdiri dari guru, PNS dan karyawan swasta; pekerja<br />

non formal yang meliputi pedagang, buruh, supir, penjahit dan lain-lain; dan tidak<br />

31


ekerja termasuk responden yang sudah tidak memiliki bapak (meninggal). Pada<br />

kelompok pekerjaan bapak di sektor formal terdapat 5 orang siswa (62,5%) yang<br />

menderita miopia dan 3 orang siswa (37,5%) emetropia. Pada kelompok pekerjaan<br />

bapak di sektor non formal terdapat 42 siswa (59,1 5%) menderita miopia dan<br />

sisanya 29 siswa (40,85%) termasuk kelompok non miopia.<br />

Pekerjaan ibu responden dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu<br />

pekerja formal yang terdiri dari guru, PNS dan karyawan swasta; pekerja non<br />

formal yang terdiri dari pedagang, buruh, penjahit dan lain-lain; ibu rumah tangga<br />

(IRT) dan responden yang sudah tidak memiliki ibu (meninggal). Dari kelompok<br />

tersebut didapatkan pada kelompok pekerja formal didapatkan 2 orang siswa<br />

(66,67%) menderita miopia dan 1 orang siswa (33,33%) termasuk non miopia.<br />

Dari kelompok ibu yang bekerja di bidang non formal didapatkan 19 orang siswa<br />

(61,29%) menderita miopia dan sisanya 12 orang siswa (38,71%) non miopia.<br />

Dari kelompok siswa yang memiliki ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga<br />

terdapat 30 orang siswa (46,87%) menderita miopia dan 24 orang siswa (53,13%)<br />

yang non miopia.<br />

Tabel 4.6 Data sosiodemografik pada kelompok miopia dan non miopia<br />

Variabel<br />

Suku bangsa<br />

Jawa<br />

Non jawa<br />

Miopia Non miopia<br />

Jumlah Presentase Jumlah Presentase<br />

46<br />

5<br />

58,98%<br />

45,45%<br />

32<br />

6<br />

41,02%<br />

54,54%<br />

32


Pekerjaan ayah<br />

Formal<br />

Non formal<br />

Tidak bekerja<br />

Pekerjaan ibu<br />

Formal<br />

Non formal<br />

IRT<br />

Meninggal<br />

Riwayat penggunaan<br />

kacamata pada<br />

keluarga<br />

Salah satu<br />

orang tua<br />

Kedua orang<br />

tua<br />

Saudara<br />

kandung<br />

5<br />

42<br />

4<br />

2<br />

19<br />

30<br />

0<br />

10<br />

0<br />

2<br />

62,5%<br />

59,15%<br />

40%<br />

66,67%<br />

61,29%<br />

46,87%<br />

0%<br />

83,33%<br />

0%<br />

28,57%<br />

3<br />

29<br />

6<br />

1<br />

12<br />

24<br />

1<br />

2<br />

1<br />

5<br />

37,5%<br />

40,85%<br />

60%<br />

33,33%<br />

38,71%<br />

53,13%<br />

100%<br />

16,67%<br />

100%<br />

71,43%<br />

Pada riwayat penggunaan kacamata pada keluarga, prevalensi miopia pada<br />

kelompok siswa <strong>SD</strong> yang memiliki satu orang tua pengguna kacamata adalah<br />

sebanyak 10 orang siswa (83,33%) sedangkan untuk non miopia adalah sebanyak<br />

2 orang siswa (16,67%). Sedangkan pada kelompok siswa yang memiliki kedua<br />

orang tua pengguna kacamata hanya terdapat 1 orang siswa yaitu pada siswa non<br />

miopia. Untuk kelompok adanya saudara kandung yang merupakan pengguna<br />

kacamata, prevalensi miopia pada siswa adalah sebesar 2 orang sedangkan non<br />

miopia adalah sebesar 5 orang siswa. Jumlah orang tua responden maupun<br />

adanya saudara responden yang menggunakan kacamata mungkin tidak dapat<br />

menggambarkan hubungan genetik dengan angka kejadian miopia karena dilihat<br />

dari tingkat ekonomi yang tergambarkan oleh pekerjaannya, orang tua responden<br />

33


mungkin tidak pernah memeriksakan matanya. Hal ini juga digambarkan dari<br />

tidak adanya responden yang menggunakan kacamata.<br />

34


5.1 Kesimpulan<br />

BAB V<br />

KESIMPULAN <strong>DAN</strong> SARAN<br />

5.1.1 Dari 89 responden yang menjalani pemeriksaan tajam penglihatan 51<br />

responden (57,3%) menderita miopia dan 38 responden (42,7%) memiliki<br />

tajam penglihatan normal.<br />

5.1.2 Prevalensi miopia pada kelompok laki-laki lebih tinggi dibandingkan<br />

dengan kelompok perempuan.<br />

5.1.3 Presentase angka kejadian miopia dari kelompok usia 8 tahun sampai<br />

dengan kelompok usia 13 tahun terus menurun.<br />

5.1.4 Prevalensi miopia pada kelompok suku Jawa lebih besar dibandingkan<br />

dengan non miopia. Sedangkan pada kelompok suku non Jawa angka<br />

kejadian non miopia lebih besar dibandingkan dengan miopia.<br />

35


5.2 Saran<br />

5.2.1 Berdasarkan besarnya penemuan kejadian miopia pada anak usia sekolah<br />

dasar terutama pada kelas 4 dan 6, peneliti menyarankan agar diadakan<br />

skrining rutin miopia di <strong>SD</strong>.<br />

5.2.2 Peneliti menyarankan agar diadakan penyuluhan untuk orang tua siswa<br />

mengenai pentingnya koreksi mata miopia.<br />

5.2.3 Peneliti merekomendasikan diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai<br />

prevalensi miopia pada anak usia sekolah terutama sekolah dasar.<br />

36


Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian<br />

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:<br />

nama :<br />

alamat :<br />

no. telp :<br />

adalah benar orang tua/wali dari:<br />

nama :<br />

kelas :<br />

usia :<br />

bersedia menjadi peserta dan mengizinkan anak saya menjadi peserta penelitian<br />

37<br />

Lampiran 1<br />

- Prevalensi Miopia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada Siswa <strong>SD</strong><br />

Kelas 4 dan 6 di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat Tahun 2009<br />

- Pengetahuan Sikap dan Perilaku Orang Tua dan Siswa <strong>SD</strong> Kelas 4-6<br />

Mengenai Miopia<br />

- Prevalensi Buta Warna dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada<br />

Siswa <strong>SD</strong> Kelas 4 dan 6 di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat Tahun 2009<br />

serta bersedia mendampingi anak saya tersebut dalam mengisi kuisioner yang<br />

dibagikan dengan data yang sebenar-benarnya.<br />

Saya telah mendapatkan informasi mengenai proses yang akan dijalani dalam<br />

penelitian ini dan bersedia mengikuti penelitian ini serta mengizinkan anak saya<br />

mengikuti penelitian ini atas kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun dan<br />

tidak akan melakukan tuntutan hukum di kemudian hari mengenai hal ini.<br />

Tanda tangan<br />

__________________________<br />

(nama lengkap)


1. Identitas Responden<br />

KUISIONER<br />

Prevalensi Miopia Pada Siswa <strong>SD</strong> Kelas 4 dan 6<br />

di Kelurahan Pondok Ranji Ciputat Tahun 2009<br />

Lampiran 2<br />

Hari, Tanggal wawancara : ..................,..................................<br />

No. Sampel : ........<br />

Nama responden : ...........................................................................<br />

Usia : ................... tahun<br />

Anak ke- : ................... dari ................ bersaudara<br />

Jenis Kelamin :........................................<br />

Kelas : .......................<br />

Suku : ...........................................................................<br />

Nama orang tua a. Ayah : ..................................................<br />

b. Ibu : ..................................................<br />

Pekerjaan orang tua a. Ayah : ..................................................<br />

b. Ibu : ..................................................<br />

Alamat responden : .............................................. RT.......RW.........<br />

Kecamatan .......................................................<br />

Kelurahan ..........................................................<br />

Telepon rumah : ...................................................<br />

Ketajaman penglihatan responden:<br />

Visus responden Kanan : ...........................<br />

Kiri : ...........................<br />

Pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat kelainan refraksi pada keluarga:<br />

1. Apakah ayah kamu memakai kacamata? Ya / Tidak<br />

2. Apakah ibu kamu memakai kacamata? Ya / Tidak<br />

3. Berapakah saudara kandungmu yang memakai kacamata?<br />

38


DAFTAR PUSTAKA<br />

1. WHO: Visual impairment and blindeness diakses 2 Agustus 2009<br />

2. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/<br />

3. -. 1997. Basic and clinical science course section 3: optics, refraction and<br />

contac lenses. USA: american academy of Ophtalmology. P:118<br />

4. Season of Birth, Natural Light, and Myopia diakses 19 April 2009<br />

5. http://www.v2020la.org/pub/PUBLICATIONS_BY_TOPICS/Refractive%2<br />

0Errors/Near%20work,%20education,%20family%20history%20and%20my<br />

opia....pdf<br />

6. Barliana JD, Mangunkusumo VW. Prevalensi dan faktor resiko miopia pada<br />

pelajar kelas tiga dan enam sekolah dasar. Oftalmologica Indonesiana<br />

2005;32:74-83.<br />

7. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 2. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2002<br />

8. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Ed 14. Jakarta: Widya<br />

Medika. 2000.<br />

9. Curtin BJ. 1985. The myopias: basic science and clinical management.<br />

Philadelphia: Harper & row publisher. P.3<br />

10. Prevalence of Refractive Errors in Primary School Children 7-15 years of<br />

qazvin city diakses 19 April 2009<br />

11. http://www.eurojournals.com/ejsr_28_2_01.pdf<br />

12. Saw SM, Koh D, Lee J, et all. Prevalence rates of refractive errors in<br />

sumatra, Indonesia. Investigative Ophtalmology & Visual Science. Vol 43,<br />

No.10. 2002. 3174.<br />

13. http://www.visionsofjoy.org/images/eye%20anatomy1.jpg<br />

14. http://www.childrenshospital.org/az/Site1517/Images/myopia_big.gif<br />

15. http://eyemakeart.files.wordpress.com/2009/02/snellen_20_ft_eye_chart-<br />

1.jpg<br />

39

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!