04.05.2013 Views

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

x ralt<br />

Y€o<br />

!E<br />

rct<br />

a\a<br />

=g:,<br />

L<br />

Volume 1, Edisi 1, illei 2011<br />

Cambaran Pengetahuan Keluarga Tentang<br />

Puskesmas Ganding Kabupaten <strong>Sumenep</strong>.<br />

Mujih Hannan, S.KM<br />

DAF"IARISI<br />

MffiMMM<br />

rnal Kesehatan<br />

Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja UpTD<br />

Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause<br />

Di Desa Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan Kabupaten <strong>Sumenep</strong> Tahun 2010<br />

Fitriah, S.Sf dan Endang Susilowafi, S.Sf<br />

Hubungan Mekanisme Koping lndividu Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Program<br />

Profesi Ners Mahasiswa Stikes Wira Husada Yogyakarta Tahun 20A7-2OOB<br />

Syaifunahman Hidayat, S.Kep, Ns dan Dian lka Puspitasari, S.Kep, Als<br />

Hubungan Beban Kerja Dengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Cawat<br />

Darurat Di lnstalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota yogyakarta<br />

Sujono Riyadi, S.Kep, M.Kes dan Siswanfo, S.SI..... 22<br />

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Tingkat<br />

Kecemasan Pasien Hipertensi di Ruang lnterna RSD dr. H. Moh. Anwar sumenep<br />

Cory Nelia Damayanti, S.Kep, Ns dan Zakiyah Yasin, S.Kep, Ns..............<br />

Hubungan Antara Sosial Budaya ( Kepercayaan ) Dengan Perilaku K1 Murni pada lbu<br />

Hamil Di Desa Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan Kabupaten <strong>Sumenep</strong><br />

Tahun 20'10<br />

Dian Permatasari, S.Sf dan Sri Sukarsl, S.SI<br />

Pengaruh Pemberian Teh Hijau (Camelia Sinensis) Seduh Terhadap penurunan Kadar<br />

lnterleukin-l (ll-1) Dalam Plasma Tikus Putih (Ratus Novergrcus Strain Wistar)<br />

Yang Di lnduksi Adjuvant Arthritis<br />

Eko Mulyadi, S.Kep, Ns<br />

Perbedaan Prestasi Belajar Mahasiswa Dlll Kebidanan Malang semester ll<br />

Tahun Ajaran 200812009 Yang Diterima Melalui Jalur PMDp Dan Jalur seleksi<br />

Tes Uji Tulis Di Program Studi Dlll Kebidanan Poltekkes Depkes Malang<br />

Iva Ganrar Dian Pratiwi, S.Sf. .........<br />

Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare Pada Balita<br />

Di Desa Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2009<br />

Ratna Indriyani, S.Sf dan Sri Sumarni, S.Kep, Ns..............<br />

.t\.<br />

, , ,. ' _:' ti'r<br />

,: \'\<br />

.- '1,,, ))<br />

.., :..- i l<br />

' :' ll<br />

'. ,!<br />

Il<br />

.-. / r<br />

' '' l__ ::a<br />

'7/i<br />

,' )|<br />

"',i".i:.. -::-:-,- :.,,-:-.f<br />

,,!<br />

I<br />

t6<br />

30<br />

37<br />

44<br />

5t<br />

58


GAIVIBARAN PENGETAI{UA}.I KELUARGA<br />

TEI{IAhTG PEI{YAKIT HIPERTENSI DI<br />

WII-AYAFI KERJA UPTD PUSKE SIVIAS<br />

GAI\TDING IGBUPATEN SUMENEP<br />

Oleh:<br />

MUJIB HAttIlTAiIl<br />

ABSTRACT<br />

Background: Hypertension represent the chronical disease is which need the<br />

observation and handling non-stoped coRtinual, because othenrvise get the daydream<br />

precisely can generate the kornplikasi of heaG brain, eye and kidney. All<br />

important Matter in course of healing of hypertension patient is family, because<br />

f'amilycan givethe motivation forthe lifu of heahtry, despitetrllyalsofamilyown the<br />

duty to recognize the trouble of heafth growth of each; every its family member,<br />

takingdecision to conduct action corre@ Givingtreatmentto illfamily memberand<br />

which cannot assistthe their self of becausehandicap or its age is which under age or<br />

old, and also give the knowledge which enough to it,s family is ilt.<br />

Method: This research represent tlte Descriptive research with the approach of<br />

House Hold survey, this sampel Researt*r arnount to 44 people techniaty is sampting<br />

used is Consecutive Sampling. Technlcs of data collecting with the documentation,<br />

interview, observation and questionnarre.<br />

Resuh: Resuh of research got bythat pandemic family knowledge of hypertension is<br />

less with the biggest proportion that is responder have age > rto year ( 61,4%1,<br />

education of respondent sD,( 56,8%), and respondent work as farmer { 50%}.<br />

conclussion: Research isthat pandenricfamily knowledge of hypertension less. tn<br />

orderthat improving knowledge that is by providing medium - medium supporting<br />

like counselling program of about health, posyandu, and also supported with the<br />

health energy with the going concern education system.<br />

Key word : Knowledge, Family, Hypertension.<br />

PENDAHUTUAN<br />

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberigejala<br />

yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung<br />

koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. penyakit ini telah menjadi<br />

masalah utama dalam masyarakatyangada dilndonesia maupun dibeberapa negara<br />

*) Mujib Hannan, s.KM: Dosen prodi s.1 Keperawatan Fikes unija sumenep Madura<br />

3


4<br />

yang ada di dunia. Di perkirakan skitar 80 % kenaikan<br />

kasus hipertensi terutama di negara berkembang<br />

tahun 2025 dari sejumlah 539 juta kasus di tahun<br />

2OOO, di dperkirakan meniadi 1,15 milyar kasus di<br />

tahun 2025. prediksi ini didasarkan pada angka<br />

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan<br />

penduduk saat inil.<br />

WHO menyatakan hipertensi merupakan silent<br />

killer, karena banyak masyarakat tak menaruh<br />

perhatian terhadap penyakit yang kadang dianggap<br />

sepele oleh mereka, tanpa menyadarijika penyakit<br />

ini menjadi berbahaya dari berbagai kelainan yang<br />

lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah,<br />

jantung (kardsiovaskuler) dan gangguan ginjal,<br />

bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak<br />

atau yang lebih disebut dengan nama stroke2.<br />

Menurut Hisyam Aptamimi ahli jantung dan<br />

pembuluh darah pada RSU Kraton pekalongan<br />

menyatakan Hipertensi atau penyakit tekanan<br />

darah tinggi merupakan penyebab terbesar dari<br />

penyakit jantung. bahkan, 75% penderita hipertensi<br />

akan berujung pada penyakit jantung dan baru<br />

tersadari pada lanjut usia, ketika jantung telah<br />

'lelah" bekerja untuk memompa darah dengan<br />

tekanan yang berat3.<br />

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang<br />

umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang<br />

menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya.<br />

Penyakit ini berjalan terus - menerus<br />

seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang<br />

khas selama belum ada komplikasipada organtubuh.<br />

Hipertensi merupakan penyakit menahun yang perlu<br />

pengawasan dan penanganan yang terus berkesinambungan<br />

karena jika tidak mendapat pena-<br />

nganan secara tepat dapat menimbulkan komplikasi<br />

pada jantung, otak, mata dan ginjala.<br />

Hipertensi merupakan faktor penyebab yang<br />

terpenting pada 5@.000 kasus stroke yang dilaporkan<br />

tiaptahunnya, dan 15O00 diantaranya berakhirdengan<br />

kematian. 4O% diantara mereka yang sembuh<br />

memerlukan perawatan khusus sepanjangsisa hidupnya<br />

dan 10% harus dirawat secara permanen dirumah sakit.<br />

Tidak seorangpun yarlg mengetahui siapa diantara kita<br />

yang akan menjadi korban tekanan darah tinggi. la tidak<br />

membedakan umur, kepercayaan atau warna kulit,<br />

namun ia paling banyak didapati pada orang - orang<br />

yang berusia diatas 40.50% diantara mereka berusia<br />

lebih darit[0tahun dan 7oo/odiantaramereka diatas 55<br />

tahun mengidapnya. Walaupun demikian, 807o pen-<br />

lumal Kesehatan ollliroraia Medika'<br />

duduk dunia ini masih bebas dari padanya. lni mem-<br />

buktikan bahwa kita dapat menghindaritekanan darah<br />

tinggi.<br />

Di negara industri hipertensi merupakan salah<br />

satu maslah kesehatan utama. Di lndonesia,<br />

hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan<br />

yang perlu di perhatikan oleh tenaga kesehatan yang<br />

bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena<br />

angka prevelensinya yang tinggi dan akibat jangka<br />

panjang yang di timbulkannya.<br />

Derajat kesehatan pada beberapa dekade<br />

selama ini terjadi pergeseran pandangan yaitu<br />

pandangan kesehatan merupakan fenomena sosial<br />

terlebih lagi masalah penyakit menurun. Maka dari<br />

itu pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi<br />

sangat di perlukan. Terutama dalam penyelenggaraan<br />

kesehatan dengan menggunakan<br />

pelayanan promotif dan preventif secara menye-<br />

luruh dan terpadu.<br />

Menurut WHO (1987), batas tekanan darah yang<br />

di anggap normal adalah t4O/gO mmHg dan tekanan<br />

darah yang sama dengan atau diatas 76OPS mmHg<br />

dinyatakan hipertensi. Batasan tersebut tidak<br />

membedakan usia dan jenis kelamin. Jumlah<br />

penderita hipertensi di seluruh dunia semakin<br />

meningkat. Di lndonesia hipertensi merupakan<br />

pembunuh nomor tiga setelah ISPA dan diare.<br />

Jumlah hipertensi di lndonesia sekitar 8 juta orang<br />

sedangkan di kota - kota besar seperti Jakarta<br />

berkisar 360.000 orang. Sedangkan data yang di<br />

dapatkan di UPTD Puskesmas Ganding terdapat<br />

peningkatan penderita dari tahun ketahun. Pada<br />

tahun 2006 terdapat 1,83 (2,2%l penderita. Pada<br />

tahun 2007 terdapat 305 (3,5%) penderita. Dan<br />

terjadi peningkatan kembali pada tahun 2008<br />

sebanyak 97 6 ( 9,2%l penderita.<br />

Hal terpenting dalam proses penyembuhan<br />

penderita hipertensi adalah keluarga, karena<br />

keluarga dapat memberikan motivasi untuk hidup<br />

sehat, dan keluarga memilikitugas untuk mengenal<br />

gangguan perkembengan kesehatan tiap anggota<br />

keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan<br />

tindakan yang tepat, Memberikan keperawatan<br />

kepada anggota keluarga yang sakit dan yang<br />

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat<br />

atau usianya yang terlalu muda atau tua, dan<br />

memberikan pengetahuan yang cukup terhadap<br />

keluarganya yang sakit. Oleh karena itu keluarga<br />

ffi<br />

E<br />

h<br />

C'II<br />

ff<br />

lbi t<br />

pGd<br />

GftT<br />

d Fl*<br />

rtu<br />

bcrb<br />

br*<br />

Gra I<br />

OH<br />

&<br />

prrd<br />

q tr<br />

dru<br />

3*ll<br />

hr<br />

d<br />

:;fl<br />

: fnf<br />

i*<br />

:*<br />

i..<br />

j ---'-<br />

:J{<br />

: {rN<br />

: *fe<br />

:*<br />

i rrn<br />

:Y<br />

f.rE


Iw.tull l6esehotun aili ramja M ediko!<br />

dituntut untuk tahu dan mengerti tentang cara<br />

pencegahan hipertensi.<br />

Berdasarkan studi pendahuluan di UPTD puskesmas<br />

Ganding <strong>Sumenep</strong>, peneliti melakukan<br />

wawancara pada 10 keluarga penderita hipertensi.<br />

Dari 10 kelurga di dapatkan hasil ada 7 keluarga<br />

penderita hipertensi mengatakan kurang tahu<br />

tentang gejala dan cara pencegahan hipertesi. Hal<br />

tersebut menunjukkan bahwa diwilayah kerja UpTD<br />

Puskesmas Ganding masih ada yang kurang pengetahuanya<br />

tentang penyakit hipertensi. padahal<br />

berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga<br />

kesehatan di UPTD Puskesmas Ganding, baik dengan<br />

cara pemberian penyuluhan maupun pemberian<br />

obat.<br />

BAHAN DAN CARA PENETTTIAN<br />

Desain penelitian yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah Deskriptifyang bertujuan untuk<br />

mengungkapkan atau menggambarkan fenomena<br />

apa adanya, tanpa adanya manipulasi antara<br />

variabel yang diteliti, dengan pendekatan,, House<br />

Hold Su ruey'' artinya penelitian ini dilakukan dengan<br />

cara dimana peneliti melakukan survey rumah<br />

kerumahs6.<br />

Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian<br />

! faktor Elaternal: i<br />

| -Keluarga i<br />

: -Masyarakat :<br />

I --'*r-'-'-*<br />

: -Mass Media i<br />

| -Lembaga/ i<br />

! Sekolah :<br />

:...................j<br />

Keterangan :<br />

: Diteliti<br />

: Tidak Diteiliti<br />

Pengetahuan Keluarga<br />

Tentang Penyakit<br />

Hipertensi<br />

HASIT PENEIITIAN DAN PEMBAHASAN<br />

A Hasil Penelitian<br />

t. Karakteristikresponden<br />

a. Karakteristik Responden Berdasakan Jenis<br />

Kelamin.<br />

Tabel 1 : Distribusi Karekteristik Responden Ber_<br />

dasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja<br />

UpTD. puskesmas Ganding <strong>Sumenep</strong><br />

2009.<br />

No Kriteria n Prosentase (?o)<br />

1. Laki - taki 17 38,63<br />

2. Perempuan<br />

Total<br />

27<br />

4<br />

61,36<br />

1(X)<br />

Berdasarkan tabel 1 di ketahui bahwa<br />

Lebih 50 /o responden berjenis kelamin<br />

perempuan dan sisanya berjenis kelamin laki<br />

- laki.<br />

b. Kar,akteristik Responden Berdasarkan Usia.<br />

Tabel 2 : Distribusi Karakteristik Responden Ber_<br />

dasarkan Usia Di Wilayah Kerja UpTD.<br />

Puskesmas Ganding Sumenp 2009.<br />

No Kriteria n Prosentase (%)<br />

1.<br />

2.<br />

> 40th<br />

< 40th<br />

35<br />

9<br />

79,5<br />

20,5<br />

Total 44 100<br />

Berdasarkan tabel 2 di ketahui bahwa<br />

Separuh responden berusia > 40 tahun dan<br />

responden berusia < 40 tahun mempunyai<br />

proporsi yang paling kecil.


c. Karekteristik Responden Berdasarkan Tingkat<br />

Pendidikan.<br />

Tabel 3 : Distribusi Responden BerdasarkanTingkat<br />

Pendidikan diwilayah kerja UpTD puskes-<br />

No<br />

't.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

mas Ganding <strong>Sumenep</strong> 2009.<br />

Tingkat<br />

Pendidikan<br />

Tidak skolah<br />

SD<br />

SMP<br />

SMA<br />

PT<br />

n Prosentase (%)<br />

9<br />

26<br />

3<br />

3<br />

3<br />

20,45<br />

59,09<br />

618<br />

6,8<br />

6,8<br />

Total 4 100<br />

Berdasarkan tabel 3 di ketahui bahwa<br />

Lebih 50 % responden berpendidikan SD,<br />

sedangkan responden yang berpendidikan<br />

SMB SMA & PT mempunyai proporsi yang<br />

sama kecil.<br />

d. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis<br />

Pekerjaan.<br />

Tabel4 : Distribusi Karakteristik Responden Ber-<br />

dasarkan Jenis pekerjaan di Wilayah Kerja<br />

U PTD Puskesmas Ganding <strong>Sumenep</strong> 2009.<br />

No Pekerjaan n Prosentase (%)<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4_<br />

Petani<br />

Wiraswasta<br />

PNS<br />

lbu Rumah<br />

Tangga<br />

26<br />

I<br />

3<br />

7<br />

59,09<br />

18,19<br />

6,8<br />

15,90<br />

Total 44 100<br />

Berdasarkan tabel 4 di ketahui bahwa<br />

Lebih dari 50% responden sebagai petani dan<br />

responden yang bekerja sebagai pNS memproporsi<br />

yang paling kecil.<br />

t urnal Kesehatan llllramja Medikoo<br />

2. Tingkat pengetahuan Responden.<br />

a. Pengetahuan keluarga tentang penyakit<br />

hipertensi<br />

Tabel 5: Distribusi responden menurut pengeta_<br />

huan tentang penyakit hipertensi Di<br />

Wilayah Kerja UpTD. puskesmas Ganding<br />

2009.<br />

No Kriteria n Prosentase (Yo)<br />

1.<br />

2,<br />

3.<br />

Baik<br />

3 6rg<br />

Cukup<br />

11 25<br />

Kurang<br />

Total<br />

30<br />

4<br />

58,19<br />

r00<br />

Berdasarkan tabel 5 di ketahui bahwa<br />

Lebih dari 50 % responden mempunyai<br />

pengetahuan yang kurang tentang penyakit<br />

hipertensi dan responden yang mempunyai<br />

pengetahuan yang baik memproporsi yang<br />

paling kecil<br />

b. Pengetahuan keluarga tentang penyakit<br />

hipertensi berdasarkan jenis kelamin, usia,<br />

pendidikan, pekerjaan.<br />

Tabel 5 : Tabulasisilangpengetahuan denganjenis<br />

kelamin.<br />

Jenis<br />

Kelamin<br />

Pengehhuan<br />

Baik Cukup Kurang Total<br />

d<br />

E F u U q<br />

x ,o x I l T<br />

Laki - Laki 3 17,6 6 35,3 8 47,1 17 100<br />

Percmpuan 0 0 5 18,5 22 81,5 27 100<br />

Tohl 3 618 11 25,0 30 ffi,2 44 100<br />

Berdasarkan tabel 6 lebih dari 50%<br />

responden berjenis kelamin perempuan,<br />

dengan pengetahuan kurang mempunyai<br />

proporsiyang paling besar, dan pengetahuan<br />

baik mempunyai proporsiyang paling kecil.<br />

Tabel 7 : Tabulasi silang pengetahuan dengan usia.<br />

Pengetahuan<br />

Usia Baik Cukup Kunng Tohl<br />

>40<br />

x<br />

0<br />

%<br />

0<br />

E<br />

I<br />

q<br />

I<br />

22,9<br />

x<br />

27<br />

d<br />

ft<br />

77,1<br />

E<br />

35<br />

d<br />

I<br />

100<br />


I wnal Ke*hau n "ltlt rcroia M dikf 7<br />

Berdasarkan tabel 7 lebih dari 50% B. Pembahasan<br />

responden berusia > 40 tahun dengan<br />

pengetahuan yang kurang dengan proporsi<br />

yang paling besar dan pengetahuan baik<br />

mempunyai proporsi yang paling kecil.<br />

Tabel 8: Tabulasi silang pengetahuan dengan<br />

pendidikan.<br />

Pen-<br />

d''dikn<br />

Tidak<br />

Sekolah<br />

x<br />

Berdasrakan Tabel 8 lebih dari 50%<br />

resonden berpendidikan SD dengan pengetahuan<br />

kurang mempunyai proporsi yang<br />

paling besar, dan responden yang berpendidikan<br />

SMB SMA dan PT mempunyai proporsiyang<br />

sama kecil.<br />

Tabel 9 : Tabulasi silangpekerjaan dengan pengetahuan.<br />

Berdasarkan tabel 9 lebih 50% responden<br />

mempunyai pekerjaan petani dengan pengetahuan<br />

kurang dengan proporsi yang paling<br />

besar dan responden yang bekerja sebagai<br />

PNS mempunyai proporsiyang paling kecil<br />

dengan pengetahuan yang cukup dan<br />

kurang.<br />

Pengehhuan<br />

Baik Cukup Kuntg<br />

! p x % x<br />

TfrI<br />

d D T L<br />

0 0 5 55,6 4 444 9 100<br />

5D 0 0 I 3,8 25 96,2 26 r00<br />

SMP 0 0 2 ffi,7 1 33,3 3 100<br />

SlvlA 0 0 3 I00 0 0 3 100<br />

PT 3 100 0 0 0 0 3 100<br />

To6al 3 6,8 1l 25,0 30 ffi'2 4 t00<br />

Peker-<br />

iaan<br />

x<br />

Pengetahuan<br />

Baik Cukup Kunng Total<br />

d<br />

T x<br />

g<br />

T x<br />

g<br />

,o x<br />

d<br />

a<br />

Petani 0 0 4 1sA 22 M,6 26 100<br />

Wira<br />

swash<br />

0 0 6 75,0 2 25,0 I 100<br />

PNS 3 100 0 0 0 0 3<br />

.l00<br />

IRT 0 0 I 74,3 6 85,7 7 100<br />

Tohl 3 6,8 1l 25,0 30 68,2 4 rm<br />

1. Pengetahr nn keluarga tentang penyakit hipertensi.<br />

Dalam hasil penelitian yang dilakukan di<br />

wilayah kerja UPTD Puskesmas Ganding<br />

<strong>Sumenep</strong>, didapatkan hasil bahwa sebagian<br />

besar responden mempunyai pengetahuan<br />

kurang tentang penyakit hipertensi (G8,18%). Hal<br />

inidapat di pengaruhi oleh faktor usia. Dimana<br />

sebagian besar lebih dari50% responden berusia<br />

> 40 tahun dengan pengetahuan yang kurang<br />

dengan proporsi yang paling besar dan pengetahuan<br />

baik mempunyai proporsi yang paling<br />

kecil, kemungkinan rentang usia > 4O tahun<br />

seseorang banyak mengalami penurunan daya<br />

ingat.<br />

Pengetahuan responden yang kurang juga<br />

dapat di pengaruhi oleh faktor pendidikan.<br />

Sebagian besar responden mempunyai tingkat<br />

pendidikan SD (59,09%). Menurut Kuntjoroningrat<br />

(19971 yang dikutip oleh NursalamT,<br />

bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,<br />

makin mudah menerima informasi<br />

sehingga makin banyak pula pengetahuanyang<br />

dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan<br />

menghambat perkembangan sikap terhadap<br />

nilai - nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini sesuai<br />

dengan hasil penelitian. di ketahui bahwa lebih<br />

dari 50% resonden berpendidikan SD dengan<br />

pengetahuan kurang mempunyai proporsi yang<br />

paling besar, dan responden yang berpendidikan<br />

SMB SMA dan PT mempuryai proporsi yang sama<br />

kecil. Sehingga dengan latar belakang, pendidikan<br />

responden yang mayoritas rendah dapat<br />

mempengaruhi pengetahuan responden yang<br />

kurang.<br />

Selain itu, pengetahuan responden yang<br />

kurangjuga dapat di pengeruhi oleh faktorjenis<br />

pekerjaan. Dalam penelitian ini, di ketah ui bahwa<br />

lebih 50% responden mempunyai pekerjaan<br />

petani dengan pengetahuan kurang dengan<br />

proporsi yang paling besar dan responden yang<br />

bekerja sebagai PNS mempunyai proporsi yang<br />

paling kecil dengan pengetahuan yangcukup dan<br />

kurang. Hal ini juga berhubungan dengan tingkat


8 turnol Kesehatan'<strong>Wiraraja</strong> Medika,<br />

pendidikan, karena tingkat pendidikan seseorang<br />

akan berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya.<br />

Apabila tingkat pendidikan rendah, maka<br />

pekerjaan yang didapatkan kemungkinan besar<br />

akan sesuai dengan kemampuannya berdasarkan<br />

tingkat pendidikan yang didapatkan. 1.<br />

A Kesimpulan<br />

KESIMPUTAN DAN SARAN<br />

Berdaskan hasil penelitian dan pembahasan,<br />

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden<br />

mempunyai pengetahuan kurang tentang penyakit<br />

hipertensi, yaitu berjumlah 30 orang (58,18% ) dan<br />

sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan<br />

baik tentang penyakit hipertensi, yaitu berjumlah 3<br />

orang ( 6,8%1.<br />

B. Saran<br />

Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan<br />

hasil hasil penelitian dan pembahasan diatas adalah:<br />

7. Bagi Tenaga Kesehatan<br />

Bagi tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan<br />

Ganding hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan<br />

dengan cara penyuluhan tentang<br />

penyakit hipertensi.<br />

2. Bagi Masyarakat<br />

Bagi masyarakat di Kecamatan Ganding sebaiknya<br />

dapat menambah pengetahuan dengan<br />

banyak membaca buku ataupun media massa<br />

yang berhubungan dengan penyakit hipertensi.<br />

Atau para keluarga dapat lebih menanyakan lagi<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

pada petugas kesehatan hal-hal yang<br />

berhubungan dengan penyakit hipertensi.<br />

KEPUSTAKAAN<br />

Mansjoer Arief, (20021. Kapita Setekta<br />

Kedokteran, Media Aesculapus,<br />

Jakarta.<br />

Nissonlen (2007). Pe nyo kit J a ntu n g Da n Stroke.<br />

Edsi rewisi. Jakarta.<br />

Persudi lmam. (1999). penyakit Jantung<br />

Hipertensi. Makalah Simposion.<br />

Semarang.<br />

Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluargo:<br />

aplikasi dalam praktik; editor, Monica<br />

Ester,- Jakarta : EGC, 2004.<br />

Hidayat, Aziz A. (2002). Riset Keperawotan Dan<br />

Tekhnik Penulisan llmioh, Selemba<br />

Medika. Jakarta.<br />

Nursalam, S (2001). pendekoton proktis<br />

Metodologi Riset Keperowotan.<br />

Jakarta. CV. lnfo Medika.<br />

Nursalam (2003). Konsep Don penerapan<br />

Metodelogi penelitian llmu<br />

Keperowatan pedoman Skripsi, Tesis<br />

Dan lnstrumens penelitian<br />

Keperawatan Edisi pertama -Jakarta:<br />

Salemba Medika.


HUBUNGAI\AI{TARA<br />

TIPE KEPRIBADIAN DENGAI\ TINGKAT<br />

KECEIVIASAI\ PADA WAI\TITA MENOPAUSE DI<br />

DESA BAI\GKAL WII-NTA}I KERJA PUSKESIVIAS<br />

PAIVTOLOICAI\ KABUPATEN SUMENEP<br />

TAH]N ?frIO<br />

Oleh:<br />

F|TR|AHT dan ENDANG SUS|IOWAT|2<br />

ABSTRACT<br />

Background: women who experience anxiety disorders at the time of menopause<br />

with a variety of individual personality - need the kind of clear informatioq especialy<br />

in women Premenopausal women so as not to interfere with anxiety when undergoing<br />

menopausenya phase, the reason to control the personality of the individual against<br />

anxiety disorders that will be experienced by menopausat women, one them is by<br />

not being closed with problems experienced in people who better understand both<br />

the famiV and community, by providing counseling through the heahh workers to<br />

better prepareourselves Premenopausalwomen on anxietydisorders, eitherphysical<br />

or psychological.<br />

Method: This research is an analytical study that aims to identifo correlative<br />

relationships between personalitytypes with menopause anxiety levelon women in<br />

the Puskesmas village of Bangkal pamolokan sumenep in 2010 by using a cross<br />

sectional study population and sample in this studywere menopausalwomen who<br />

followed in Posyandu in Bangkal village pamolokan sumenep 2010. According to<br />

inclusion criteria, is total sample of menopausal women 19 peoples. sampling<br />

Technique with non-probability sampling technique that is consecutive sampling.<br />

Result and conclussion: The hypothesis testing is done using the Mann-whitney<br />

test for nominaland ordinalscale variables, withAsymp.slg. < c yaitu,0.021< e05,<br />

H0 is rejected then experiments have shown that most (57.9%) menopausalwomen<br />

have choleris PersonalityType, the majority (6s.4%) menopausalwomen have a mild<br />

anxiety level, and thereThe relationship between personalitytypes with menopause<br />

anxiety level on women in the village of Bangkal posyandu puskesmas of pamolokan<br />

<strong>Sumenep</strong>2010.<br />

Keyrrords: Personality type, level of anxiety, anxiety disorders, menopausal women.<br />

1. Fitriah, S.ST: Dosen Prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

2. Endang susilowati, s.sr: Dosen Prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija sumenep Madura


10 t urnal Kesehatan olAliraraja Medikao<br />

PENDAHUTUAN<br />

Menopouse merupakan suatu tahap dimana<br />

wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi<br />

yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita<br />

untuk bereproduksi. Ketika menopouse siklus yang<br />

tidak menentu dapat terjadi sewaktu-waktu dan<br />

bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang<br />

selama beberapa bulanl. Di lndonesia jumlah wanita<br />

yang telah mengalami menopouse lelah mencapai<br />

30 juta oran& sementara di Jawa Timur mencapai 5<br />

juta orang yang berarti merupakan angka yang cukup<br />

tinggi. Sedangkan untuk Kabupaten <strong>Sumenep</strong> sendiri<br />

data lanjut usia wanita dari Dinas Kesehatan<br />

Kabupaten <strong>Sumenep</strong> sampai bulan Nopember 2009<br />

sebanyak 237Ljiwa.<br />

Secara normal wanita akan mengalami menopouse<br />

antara 40 tahun sampai 50 tahunl. Umur<br />

waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh<br />

keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan.<br />

Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya<br />

menopause pada umur yang lebih tua2. Seorang<br />

wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun<br />

mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak<br />

sanggup memenuhi hormon esterogen. Sitem<br />

hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran<br />

dalam mengeluarkan hormon. Perubahan pengeluaran<br />

hormon menyebabkan berbagai perubahan<br />

pada fisik dan psikis3. Fisik mengalami ketidaknyamanan<br />

seperti rasa kaku dan linu yang dapat<br />

terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh. Misalnya<br />

pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang -<br />

kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas<br />

atau dingin, pening kelelahan, jengkel, resah, cepat<br />

marah dan berdebar-debar.<br />

Beberapa gejala psikologis ya ng menonjol keti ka<br />

menopause adalah mudah tersinggung sukar tidur,<br />

tertekan, Bugup, kesepian, tidak sabar, tegang<br />

(tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang<br />

kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik<br />

fisik dan seksual mereka tidak dibutuhkan oleh suami<br />

dan anak-anak mereka serta kehilangan ferminitas<br />

karena fungsi reproduksi yang hilang. Aspek<br />

psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita<br />

menopduse sangat penting peranan dalam kehidupan<br />

sosial lansia terutama dalam menghadapi<br />

masalah-masalahr.<br />

Untuk menghindari perubahan dan gejolak jiwa<br />

menghadapi klimakterium sampai senium berdasar<br />

atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian.<br />

Di tengah keluaraga yang harmonis kesiapan<br />

menerima proses penuaan makin besar tanpa<br />

menghadapi gejolak klinis yang berarti3. Motivasi<br />

atau d uku nga n informatif, emosional, pengha rgaan<br />

dan instrumental merupakan cara mengatasi<br />

gangguan psikologis pada ibu yang mengalami<br />

menopaus{.<br />

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah<br />

dilakukan pada tanggal 8 - 11 Desember 2010 di<br />

Desa Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan<br />

Kabupaten <strong>Sumenep</strong> dari 22}4jumlah penduduk<br />

wanita didapatkan 569 wanita usia 40-60 tahun dan<br />

95 orang yang masih aktif dblam kegiatan posyandu<br />

lansia diantaranya sudah menopouse, kemudian<br />

dilakukan wawancara dengan 10 orang darijumlah<br />

tersebut tentang keadaannya sekarang dalam<br />

menjalani masa tua. Diantara 10 orang, 3 orang<br />

mengatakan mendapatkan dukungan dari keluarganya<br />

sehingga mereka merasa baik - baik saja<br />

dalam menjalani masa tuanya, 7 orang lainnya<br />

mengatakan kurang baik karena mereka harus<br />

menjalani kehidupannya sendiri dan memenuhi<br />

kebutuhan hidupnya seorang diri, dari 7 orang<br />

tersebut 4 diantaranya mengalami perasaan takut<br />

serta memiliki tipe kepribadian sanguinis dan tipe<br />

kepribadian choleris, cemas terhadap penerimaan<br />

menopause dan kehilangan salah seorangyang ada<br />

disampingnya, 3 orang lainnya memiliki tipe<br />

kepribadian plegmatis dan mengalami konflik<br />

emosional yang mendorong wanita mau dikendalikan<br />

oleh norma budaya bahwa wanita yang<br />

sudah menopause pasangannya akan berpaling<br />

meninggalkannya sendiri.<br />

BAHAN DAN CARA PENETITIAN<br />

Jenis penelitian menggunakan rancangan cross<br />

sectionaF yaitu suatu penelitian untuk mempelajari<br />

dinamikan korelasiantara fakto risiko dengan efek,<br />

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan<br />

data sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap<br />

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan<br />

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau<br />

variable subjek pada saat pemeriksaan, berdasarkan<br />

tujuan penelitian termasuk jenis rancangan analitik<br />

correlational dengan menggunakan uji monn<br />

whitnet''6.


t wn al Ke*ffian ltl i raraj a Med ikf<br />

Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian<br />

Keterangan :<br />

: diteliti<br />

: tidak diteliti<br />

1. Umur Responden<br />

I<br />

Input hocess<br />

HASIT PENETITIAN<br />

Tabel 1: Distribusi frekwensi berdasarkan karakteristik<br />

umur responden pada wanita<br />

menopause di posyandu lansia Desa<br />

Bangkal wilayah kerja puskesmas<br />

Pamolokan.<br />

Umur (tahun) . Prosentase<br />

FreKvyensl<br />

%<br />

t.<br />

2.<br />

40 -45<br />

46- 60<br />

l.urt'e40- 60 Th<br />

alrJhlta manop$se<br />

3.Tipe lGpibadian<br />

i l.saana i<br />

I<br />

11<br />

42,1<br />

57.9<br />

Jumlah 100<br />

Sumber : Data primer penelitian tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 1 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar (57,9%) responden<br />

berusia antara 46 - 6Dtahun.<br />

OuFut Ourcome<br />

Adetasi i<br />

2. Tingkat Pendidikan Responden<br />

Tabel 2: Distribusi frekwensi berdasarkan karak_<br />

teristik tingkat pendidikan responden<br />

pada wanita menopause di posyandu<br />

lansia Desa Bangkal wilayah kerja<br />

Puskesmas pamolokan.<br />

I<br />

I<br />

I<br />

I<br />

--l<br />

No pendidikan Frekwensi Prosentase<br />

2SD<br />

3 SMP<br />

4 SMA<br />

Sumber: Data primer penelitian tahun 2010<br />

6<br />

7<br />

6<br />

d<br />

31,6<br />

36,8<br />

31,6<br />

Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa hampir setengah (96,9%l tingkat<br />

pendidikan responden adalah SMp.


12 turnal Kesehoton llllraraja Medika'<br />

3. Pekeriaan Responden<br />

Tabel 3: Distribusifrekvvensiberdasarkankarakteristik<br />

jenis pekerjaan responden pada wanita mene<br />

pause di posyandu lansia Desa Bangkal<br />

wilayah kerja Puskesmas Pamolokan.<br />

- Prosentase<br />

Pendidikan I-rekwensi<br />

%<br />

1. lbu rumah tangga<br />

2 Petani<br />

3 Wiraswasta<br />

Jumlah<br />

Sumber : Data primer penelitian tahun 2010<br />

11<br />

3<br />

5<br />

57,9<br />

1 5,8<br />

26,3<br />

100%<br />

Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar (57,9%) responden jenis<br />

pekerjaan adalah ibu rumah tangga.<br />

4. Tipe Kepribadian pada Wanita Menopause<br />

Tabel 4: Distribusi frekwensi berdasarkan tipe<br />

kepribadian pada wanita menopause di<br />

Posyandu Lansia Desa Bangkal Wilayah<br />

kerja Puskesmas Pamolokan.<br />

Tipe<br />

Kepribadian<br />

1. Sanguinis<br />

2 Pleghmatis<br />

3 Choleris<br />

4 Melankolis<br />

19<br />

Jumlah 19 100%<br />

Sumber : Data primer penelitian tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diinterpre-<br />

tasikan bahwa sebagian besar respon den (57 ,9Yol<br />

memiliki tipe kepribadian choleris.<br />

5. Tingkat Kecemasan Pada Wanita<br />

Menopause<br />

Tabel 5: Distribusi frekwensi berdasarkan tingkat<br />

kecemasan pada wanita menopause di<br />

Posyandu Desa Bangkal Wilayah kerja<br />

Puskesmas Pamolokan.<br />

Tingkat<br />

Kecemasan<br />

1. Cemas Ringan<br />

2 Cemas Sedang<br />

- Prosentase<br />

I-rekwensi oh<br />

2<br />

2<br />

11<br />

4<br />

10,5<br />

10,5<br />

57,9<br />

21,1<br />

. Prosentase<br />

f-rekwensl oh<br />

13<br />

6<br />

68,4<br />

31,6<br />

Jumlah 19 10006<br />

Sumber : Data primer penelitian tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar (68,4%) responden<br />

memiliki tingkat kecemasan ringan.<br />

6. Tabulasi Silang Hubungan antara tipe<br />

Kepribadian dengan Tingkat Kecemasan<br />

pada wanita Menopause.<br />

Tabel6: Tabulasi silang distribusi frekwensi<br />

hubungan antara tipe kepribadian dengan<br />

tingkat kecemasan pada wanita menopause<br />

di Posyandu Lansia Desa Bangkal<br />

Wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan.<br />

Tipe<br />

Kepribadian<br />

Sanguinis<br />

Phlegmatis<br />

Choleris<br />

Melankolis<br />

Total Tingkat<br />

Kecemasan<br />

n<br />

\ oe,o 6 3'1,6 1e roo<br />

Tingkat Kecemasan Total Tipe<br />

Ringan Sedang<br />

d b n<br />

002<br />

150 1<br />

8 72,7 3<br />

41000<br />

d ,o n<br />

100 2<br />

502<br />

27,3 lt<br />

04<br />

kepribadian<br />

d IO<br />

100<br />

100<br />

100<br />

'100<br />

Berdasarkan tabel 6 dapat di interpretasikan<br />

bahwa dari tipe kepribadian choleris sebagian<br />

besar (7 2,7Yo) memiliki tingkat kecemasan ringan<br />

dan hampir setengah (27,3To1memiliki tingkat<br />

kecemasan sedang, sedangkan tipe kepribadian<br />

plegmatis setengah (50%) memiliki tingkat<br />

kecemasan ringan, setengah (50%) memiliki<br />

tingkat kecemasan sedang.<br />

Menurut hasil uji menurut Mann-Whitney,<br />

diperoleh hasil Asymp. Sig. < a yaitu, 0.021 <<br />

0,05, maka Ho ditolak. Artinya ada hubungan<br />

antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan<br />

pada wanita menopause di posyandu<br />

lansia desa Bangkal wilayah kerja Puskemas<br />

Pamolokan.<br />

{ ,i<br />

I a<br />

I<br />

I<br />

I


turnal Kesehatan'Wiraraia Medika" 13<br />

7. Analisa Hubungan Antara Tipe<br />

Kepribadian dengan Tingkat<br />

kecemasan padaWanita Menopuse di<br />

Posyandu Lansia Desa Bangkal<br />

Wilayah kerja puskesmas Pamolokan<br />

kabupaten <strong>Sumenep</strong> Tahun 2010.<br />

1.<br />

h{ann*Wb*tneE tr"r<br />

kWl*nx** US<br />

7"<br />

scymp.SiS" #{*lts$<br />

$$a*t #ig. tf*{* -t*ilsd<br />

*is:l:<br />

?*sfi #dfl*eb<br />

a. &st esrne*ted &r$ss.<br />

KfiFRWNNM<br />

h. #r*xpin$ V*#*h**: KESEHASAP*<br />

Ni,,t<br />

rs,$$*<br />

$&.$0s<br />

-?.*fl$<br />

.ff?1<br />

.[3S*<br />

Menurut hasil uji menurut Monn - Whitney,<br />

diperoleh hasil Asymp. Sig.< s yaitu, 0.021 <<br />

0,05, maka H0 ditolak. Artinya ada hubungan<br />

antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan<br />

pada wanita menopause di posyandu<br />

lansia desa Bangkal wilayah kerja Puskemas<br />

Pamolokan.<br />

Hasil uji tersebut sangat kuat karena diperoleh<br />

hasil Asymp. Sig. < s yaitu, 0.021 <<br />

0,05, maka Ho ditolak. Artinya ada hubungan<br />

antara tipe kepribadian dengan tingkat<br />

kecemasan pada wanita menopause.<br />

PEMBAHASAN<br />

Tipe Kepribadian pada Wanita Menopause<br />

Dari hasil penelitian didapatkan sebagian<br />

besar responden (57,9Yo1memiliki tipe kepribadian<br />

choleris, sedangkan hampir setengah<br />

responden (Z!,tYol memiliki tipe kepribadian<br />

melankolis di posyandu lansia desa Bangkal<br />

wilayah kerja Puskemas Pamolokan. lndividual<br />

periode menopause pada wanita sebagian besar<br />

dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing<br />

individu, struktur kepribadian pada seorang<br />

wanita menopause yang terintegrasi dengan<br />

baik akan mempengaruhi secara positif proses<br />

2.<br />

gangguan fisiologi dan psikis pada wanita yang<br />

sudah menopause dalam bentuk perbuatan yang<br />

baik,secara emosionaldi lingkungan maupun di<br />

masyarakat.(dr.kartini kartono, 2007)<br />

Hal ini disebabkan tipe kepribadian masing-<br />

masing individu yang sering mendasari dalam<br />

kehidupan sehari-hari kurangnya bersosialisasi<br />

antara masyarakat dan keluarga, perasaan<br />

cemas yang berlebihan, kurangnya cara berintera,ksi<br />

dan ber,komunikasi di dalam maupun<br />

diluar lingkungan, cenderung egois dan berdampak<br />

pada gangguan fisiologi dan gangguan<br />

kecemasan psikis wanita dalam menopause.<br />

lni juga karena kurangnya pengetahuan<br />

wanita menopause dan keluarga mengenai<br />

tanda-tanda menopause dan dampak meno-<br />

pause dengan gangguan kecemasan menopause,<br />

karena hampir setengah (36,8%l dari mereka<br />

tingkat pendidikannya rendah (SMP).<br />

Pendidikan merupakan tingkat dasar<br />

pengetahuan intelektual yang dimiliki<br />

seseorang. Pendidikan merupakan modal dasar<br />

dalam rangka pengembangan sikap dan<br />

ketrampilan. Pendidikan dianggap sebagai<br />

suatu hal yang dapat mempengaruhi<br />

seseorang untuk mengetahui tentang menopause<br />

Semakin tinggi pendidikan seseorang<br />

maka semakin tinggi pula pengetahuannya dan<br />

dia akan dapat memutuskan apa yang terbaik<br />

bagi dirinya (Bagus, 2008).<br />

Karena tingkat pendidikan yang hanya<br />

sebatas SMP itulah yang menyebabkan wanita<br />

kurang memahami tentang tanda menopause,<br />

dampak menopause,dan kesiapan mental atau<br />

psikis wanita dalam menjalani menopause,<br />

apalagi jika mereka mengungkapkan masalahnya<br />

pada tenaga kesehatan atau bidan yang ada di<br />

lingkungannya tentang yang di butuhkan karena<br />

pendidikannya yang rendah akibatnya pada saat<br />

menjalani menopause di masa lansia dirinya<br />

merasa cemas berlebihan (depresi) karena takut<br />

kehilangan.merasa di tinggal oleh keluarga<br />

terdekat.<br />

Tingkat Kecemasan pada Wanita<br />

Menopause<br />

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan<br />

sebagian besar (68,4%) respondeh tingkat


14 t urnol Kesehatan "llliraraja Medika,<br />

kecemasan ringan di posyandu lansia desa<br />

Bangkal wilayah kerja Puskesmas Pamolokan.<br />

Kecemasan yang terjadi pada individu di<br />

pengaruhi oleh perasaan gelisah yang sifatnya<br />

umum di mana seseorang merasa ketakutan<br />

atau kehilangan kepercayaan diri yangtidak jelas<br />

asal maupun wujud dari kecemasan pada wanita<br />

yang menjalani menopause dengan tingkat<br />

kecemsan ringan apabila dibiarkan akan memiliki<br />

resiko yang lebih besar untuk menderita gangguan<br />

kecemasan berat (depresi) sehingga<br />

berdampak pada fisiologi wanita menopause<br />

serta psikis wanita menopause yang rentan<br />

dengan gangguan kecemasan dalam menjalani<br />

masa menopause.<br />

Faktor penyebab wanita menopause mengalami<br />

kecemasan yaitu perubahan status,<br />

adanya kegagalan, kematian, perceraian,<br />

tekanan budaya, adanya perpisahan, mempunyai<br />

penyakit yang tiba-tiba mendadak tubuh<br />

terasa tidak punya gairah hidup dan perubahan<br />

status sosial ekonomi yang seringkali menjadi<br />

penyebab utama psikis wanita dalam mengha-<br />

dapi menopause (carpenito 1998).<br />

Hal ini dapat membuktikan bahwa tingkat<br />

kecemasan pada wanita menopause adalah<br />

karena takut kehilangan dengan pasangan<br />

hidupnya, adanya kebutuhan seksual yang makin<br />

berkurang,kematian serta rasa trauma dan<br />

gelisah sehingga berdampak pada wanita<br />

menopause rentan mengalami gangguan kecemasan<br />

oleh karena itu hendaknya wanita<br />

sebelum mengalami masa menopause wanita<br />

lebih aktif lagi bertanya pada bidan ataupun<br />

tenaga kesehatan lainnya tentang bagaimana<br />

tanda-tanda menopause, apa faktor kecemasan<br />

yang terjadi pada wanita rnenopause<br />

Selain itu, faktor lain yang dapat menjadi<br />

penyebab terjadinya gangguan kecemasan pada<br />

wanita menopause yaitu karena sebagian besar<br />

(57,9%l jenis pekerjaannya sebagai ibu rumah<br />

tangga.<br />

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus<br />

dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarga.<br />

Bekerja umumnya hal yang meyita waktu<br />

sehingga dapat mempengaruhi hal-hal lain<br />

termasuk juga dalam hal mengetahuisesuatu di<br />

luar pekerjaan dan pekerjaan dapat digunakan<br />

sebagai tempat untuk bersosialisasri.dan bertukar<br />

informasi (Nursalam dan pariani, 2OO1).<br />

Karena wanita hanyalah sebagai ibu rumah<br />

tangga, maka wawasannya menjadi lebih<br />

sempit, pengetahuannya terbatas karena hanya<br />

dapat bertukar pendapat dengan tetangganya<br />

yang juga wawasann)ra sempit karena tidak<br />

bekerja juga. Sehingga apa yang menjadi<br />

pengalaman tetangganya yang belum tentu jelas<br />

benar yang sesuai dengan tanda-tanda menopause<br />

dengan gangguan kecemasan tersebut<br />

ditiru oleh wanita yang menopause dalam<br />

kehidupannya tanpa memperhatikan kondisinya<br />

nanti.<br />

3. Hubungan Antara Tipe Kepribadian<br />

dengan Tingkat kecemasan pada<br />

Wanita Menopause<br />

Berdasarkan Hasil tabulasi silang didapatkan<br />

bahwa responden yang memiliki tipe kepribadian<br />

choleris sebagian besar (72,7yo) dan sebagian<br />

besar (68,4/o) mempunyai masalah dengan<br />

tingkat kecemasan ringan pada wanita menopause.<br />

Menurut hasil uji menurut Mann -<br />

Whitney, diperoleh hasil Asymp. Sig. < s yaitu,<br />

O.O2! < 0,05, maka Ho ditolak. Artinya ada<br />

hubungan antara tipe kepribadian dengan<br />

tingkat kecemasan pada wanita menopause.<br />

Hal yang harus diperhatikan dalam setiap<br />

kepribadian masing-masing individu yang mengalamigangguan<br />

kecemasan pada wanita menopause<br />

hormon yang mempengaruhi pada saat<br />

datangnya menopause yang berarti berhentinya<br />

haid secara alami akan diikuti oleh beberapa<br />

kondisi, antara lain penyakit dan kondisi psikis yang<br />

labilyang berdampak pada gangguan kecemasan<br />

wanita menopause. pada saat menopause<br />

datang, hormon estrogen paling berpengaruh<br />

oleh tubuh, Menurunnya estrogen saat menopause,<br />

bukan tak mungkin diikuti pula oleh<br />

beberapa penyakit. Antara lain, alzheimer alias<br />

pikun pada wanita yang menopause.<br />

Perubahan-perubahan fisik dan psikis dalam<br />

kepribadian,pergeseran tersebut mengakibatkan<br />

suatu krisis dalam tingkat kecemasan yang<br />

berlebihan yang berpengaruh pada gangguan<br />

jiwa pada wanita menopause yang di sebut<br />

parafrenia atau merupakan gangguan jiwa yang<br />

pertama kali timbul pada lanjut usia (lansia)<br />

a<br />

{ dI<br />

I H<br />

I<br />

AI<br />

p<br />

I T<br />

t<br />

I


tunsl l(*fun atfi mrafu Fdedi*o" 15<br />

misalnya paranoid {curiga} di satu pihak dan<br />

gangtpn depresif di pihak lain hbih seringterjad:<br />

pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya<br />

)*eeieezsebe)uszt-;e*)l)-rehinJgsaderlial<br />

kesehatan qanita dengan tingkat kecernasan<br />

yang berlebihan rnakin menurun sernangat hidup<br />

rnakin berkurang {green berger padesky 2{X}4,<br />

2oel<br />

Wanita dengan gangguan kecemasan pada<br />

kepribadian individu mereka umumnya mengalarni<br />

kecemasan di rnasa menopause, selain<br />

karena kurangnya wawasan, karena hanya<br />

mereka dapatkan dari informasi atau saran<br />

tetangga yang belum tentu infomasi yang di<br />

berikan tidak seminimal petugas kesehatan<br />

memberikan penyuluhan tentang rnenopause,<br />

tidak hanya itu kelemahan dari kepribadian<br />

koleris kepekaan sosial yang kurang seirnbang<br />

dengan ernosional indMdu tersebutn kendala<br />

petugas kesehatan dalarn mernberikan konseling<br />

-tenlang menoliause, slihingga UeiOampak pada<br />

saat individu tersebut mengalami rnenopause,<br />

merasakan gangguan kecemasan yang berle-<br />

bihan yang berujung pada tingkatan depresi serta<br />

bisa rnengalami pnguan jiwa atau blsa disebut<br />

parafrenia.<br />

A Kesimpulan<br />

KESIMPUIAN DAN SARAIII<br />

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil<br />

penelitian tentang hubungan antara dengan<br />

Tingkat kecemasan pada wanita menopause di<br />

posyandu lansia desa Bangkal wilayah kerja<br />

Puskemas Pamolokan kabupaten <strong>Sumenep</strong><br />

tahun 2010 iniadalah:<br />

1. Sebagian besar wanita menopause di<br />

posyandu lansia desa Bangkal memilikitipe<br />

kepribadian choleris.<br />

2. Sebagian besar wanita rnenopause di posyandu<br />

lansia desa Bangkal memiliki tingkat<br />

kecemasan ringan.<br />

3. Ada hubungan antara tipe kepribadian<br />

dengan tingkat kecemasan pada wanita<br />

menopause diposyandu lansia desa Bangkal<br />

wilayah kerja puskemas pamolokan kabupaten<br />

<strong>Sumenep</strong> tahun 2010.<br />

B. Saran<br />

1. Eagi Ternpat Penelitian<br />

Pada tempat pendjtiaz. henda*n;ua snem.insrkatkan<br />

kualitas pelayanan pada poslandu lansia<br />

terutama saat penyuluhan pada lansia yang<br />

menjalani rnenopause terutama bagi wanita<br />

prernenopause sehingga dapat lebih mernpeniapkan<br />

diri untuk melewati fase menopause<br />

dengan lebih nyaman. Karena gangguan<br />

kecemasan cepat atau larnbat akan datang;<br />

rnaka perlu dibekali dengan informasi dan<br />

penyuluhan yang benar. Walaupun gangguan<br />

kecemasan yangtejadi rinpn apabila dibiarkan<br />

akan meningkat ke levelyang lebih berat.<br />

2" Bagi Masyarakat<br />

$$anitatansra dapat mencan rnlormasl tentang<br />

menopause dengan gangguan kecemasan yang<br />

tepat untuk dhinga sebelum gangguan kece.<br />

n'atenvlos3ElaqlgRlrR.q++ssEri#<br />

terlalu berat untuk ditangani oleh dirinya<br />

rnaupun keluarga.<br />

KEPUSTAKAAT{<br />

1. Ali Baziad. Zffi3.Menopause dan Andropause.<br />

Jakarta: yBp-Sp<br />

2. Pakasi, levina S. ZOffi. Menopouse : Mosalah<br />

don penanggulangannyo. Jakarta :<br />

Balai penerbit FKUI.<br />

3. Manuaba, lBG.1g99. Memohsmi Kesehatan<br />

Reprod uksi Wsn its. Jakarta : Arcan.<br />

4. Kartini Kartono. 2ffi7. psikologi Wanita Jilid 2<br />

Mengenal Wsnita Sebogoi tbu don<br />

Nenek- gandung.CV. Mandar Maju.<br />

5. Nursalam. 2003. Konsep dan peneropon<br />

Metodologi penelitian Hmu<br />

Keperowaton. Jakarta : salernba<br />

Medika<br />

5. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodotagi<br />

Penelitian Kesehafon. Jakarta : Rineka<br />

Cipta.


HUBUNGAI\ MEKAI\I SME KOPING<br />

INDIVIDU DENGAI\I KECEMASAI\ DAI-AM<br />

MENGHADAPI PROGRAM PROFESI NERS<br />

MAHASIS\TA STIKES WIRA HUSADA<br />

YO GYAI(ARIA TA}IUN 2OO7 .2008<br />

Oleh:<br />

SYAIFURRAHMAN H|DAYATI dan DIAN tKA pUSptTASARt2<br />

ABSTRACT<br />

Background; Apprehension is a response ofthe threat from the unknown source,<br />

lnternal, indistinct or confliction. Coping mechanism is a way that individual has to<br />

solve the problem, to adapt with the change, and also to threaten situation. The<br />

student who facing nurse profession program always have apprehension. where the<br />

apprehension thatthe students have is the students fill afraid and panic if they think<br />

that they are failed when they must take care their patients, that is a stressor that<br />

they never knowledgeable.<br />

Purpose; The purpose of the research is to know the relationship between individual<br />

coping mechanisms with the apprehension in facing nurse profession program,s<br />

students STIKES Wira Husada Yogyakarta"<br />

Method; Using quantitative research with plan of descriptive analytic research with<br />

cross sectional approach. To evaluate individual coping mechanism scale and<br />

apprehension is using instrument with questioner which is given to the respondent.<br />

This research is held on April 2008. The data analysis which is use is person product<br />

Moment formula to know the relationships between individual coping mechanisms<br />

with apprehension in facing nurse profession program.<br />

Resulu Respondent who use adaptive coping mechanism is 95.3% and who have<br />

reaction with maladaptive is 4.7%. while apprehension which is filed by the<br />

respondent are25,60/o experiencing light in weight apprehension, 5g,15 respondent<br />

experiencing serious apprehension, and 4,7Yo respondent experiencing panig so the<br />

result of the correlation of the research have a achieve O,464Yowiththe significant<br />

result is (p)=0,05 which clarifying that it has a relation between individual coping<br />

mechanisms wit apprehension in facing nurse profession programt students of STIKES<br />

Wira Husada Yogyakarta.<br />

Conclusion; There is a existence of the significance relation between individual<br />

coping mechanisms with apprehension in facing nurse profession program, in which<br />

1. syaifurrahman Hidayat, s.Kep, Ns: Dosen prodi s.1 Keperawatan Fikes Unija<br />

<strong>Sumenep</strong> Madura<br />

2. Dian lka Puspitasari, S.Kep, Ns: Ka.Prodi S.1 Keperawatan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong><br />

Madura<br />

16<br />

E<br />

5 Frl<br />

ttl<br />

- fr<br />

H<br />

t<br />

i


Jurns! Keseh atan'Ulfl rarujo Medkao 1V<br />

extra adaptive which use in coping mechanisrn by the students as a result the level of apprehension will be<br />

reduce and ever rnore of rnaladaptive cope mechanism which is the students employ as a result the<br />

apprehension will be increase.<br />

Keynmrd; lndividualcoping mechanism, Apprehension, Nurse profession program<br />

PENDAHULUAN<br />

Kecemasan muncul ketika orang menghadapi<br />

bahaya atau stressor Stres dan kecemasan merupakan<br />

bagian dari kehidupan manusia, rnerupakan<br />

gejala nornral. Faktor-faktoryang dapat menirnbulkan<br />

stress disebut stressorl. Stress memiliki ciri identik<br />

dengan perilaku beradaptasi dengan lingkungan,<br />

lingkungan ini bisa berupa hal diluar din (auter world)<br />

tetapi juga bisa dari dalam diri (inner wortd) jadi orang<br />

dikatakan adaptif bila individu bisa atau mampu<br />

menyesuaikan diri dengan tuntutan orang lain, tetapi<br />

individu juga bisa rnemenuhi kebutuhan sendiri2.<br />

Koping yang efektif rnenghasilkan adaptasi yang<br />

menetap yang rnerupakan kebiasaan baru dan<br />

perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping<br />

yang tidak efektif berakhir dengan perilaku<br />

maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari<br />

keinginan normative dan dapat merugikan diri<br />

sendirimaupun orang lain atau lingkungan3.<br />

Di Yogayakarta Sekolah Tinggi llmu Kesehatan<br />

STlKtS Wira Husada merupakan Sekolah'Iinggi llmu<br />

Kesehatan swasta yang pertama kali berdiri. STIKES<br />

Wira Husada ini telah meluluskan mahasiswa<br />

program studi keperawatan pendidika n kesarjanaan<br />

untuk pertama kalinya pada tahun 2OO5-20O7<br />

sebanyak 199 mahasiswa sebagai sarjana keperawatan,<br />

dimana 58 diantaranya mengikuti program<br />

Profesi Pra Ners (PPN) tetapi hanya 48 sarjana<br />

keperawatan yang menempuh prograrn profesi<br />

ners.<br />

Berdasarkan studi pendahuluan di bulan September<br />

2O07 dengan cara observasi dan wawancara<br />

pada mahasiswa program profesi ners, ditemukan<br />

beberapa masalah yangtelah di ungkapkan oleh 12<br />

mahasiswa, bahwa pada saat pertama kalainya<br />

mengikuti praktek klinik di rumah sakit, mahasiswa<br />

merasa ketakutan dan panik jika mengalami<br />

kegagalan dalam tindakan asuhan keperawatan<br />

kepada klien. Disamping itu juga mahasiswa merasa<br />

bingung ketika harus melakukan tindakan asuhan<br />

keperawatan kepada klien, bahkan mahasiswa<br />

mengungkapkan bahwa ada mahasiswa yang lari<br />

dari tugas dalam rnelakukan praktek asuhan<br />

keperawatan kerena panik hingga mengalami<br />

ketegangan dalam bentuk gelisah dan gernetar.<br />

Mahasiswa mengatakan stress dengan teguran atau<br />

didikan dari perawat rumah sakit (instruktur klinik)<br />

yang terkesan keras kepada mahasiswa prograrn<br />

profesi ners saat paraktek.<br />

Keadaan dimana mahasiswa pertama kali<br />

rnenglkuti program profesi ners dapat dianggap<br />

sebagai stressol kecemasan yang terjadi pada<br />

rnahasiswa dapat mempengaruhi mentalnya<br />

sehingga dapat menirnbulkan stress dan berpengaruh<br />

terhadap kernampuan berfikir mahasiswa.<br />

Bila cernas yang berlangsung lama dan terus<br />

menerus, akan menyebabkan ketegangan pada<br />

mahsiswaa.<br />

Pengalaman kecemasan yang tidak mereda<br />

dapat melumpuhkan, mengganggu tiap aspek<br />

kehidupan, termasuk fungsi sosial, pekerjaan dan<br />

psikologis. Perubahan mendadak pada tingkat<br />

kecemasan dapat mengarahkan orang yang terkena,<br />

mencari bantuan medis atau psikiatri lebih<br />

cepat5. Masalah kecemasan yang sering kali terjadi<br />

ditemuipada lingkungan baru, banyak halpara ahli<br />

atau peneliti yang mengadakan penelitian tentang<br />

faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan,<br />

dimana faktor kecemasan telah dianggap sebagai<br />

bagian dari hidup yang tidak akan lepas dari berbagai<br />

masalah sehari - hari, sehingga faktor kecemasan<br />

akan dialamisaat mahasiswa program profesi ners<br />

melakukan praktek keperawatan di rumah sakit,<br />

klinik atau di masyarakat.<br />

BAHAN DAN CARA PENELTTIAN<br />

Penelitian ini merupakan penelitian descriptive<br />

analitik dengan menggunakan pendekatan cross<br />

sectionol, penelitian ini termasuk penelitian<br />

kuantitatif. Dalam penelitian ini pengambilan<br />

sampel menggunakan rondom sampling'. peng-<br />

olahan data pada penelitian inimenggunakan tehnik<br />

korelasi product moment dari personT.


18 t urnal Kesehaton'Wiru raid Medika',<br />

HASIL PENELITIAN<br />

1. Karakteristik responden<br />

Responden dalam penelitian ini sebayak 43<br />

sampel pada mahasiswa program profesi ners<br />

tahun akademik 2OO7/2O08 yang merupakan<br />

angkatan pertama di STIKES Wira Husada<br />

Yogyakarta.<br />

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti<br />

didapat data karakteristik responden yang akan<br />

disajikan sebagai berikut;<br />

Table 1 : Distribusi Fnekuensi Responden Berdasarkan<br />

Jenis Kelamin<br />

No lenis Kelamin fumlah Prosentase<br />

1 Laki-laki<br />

2 Perempuan<br />

Total<br />

Dari tabel satu dapat kita ketahui bahwa<br />

responden yang berjenis laki-laki sebanyak 9<br />

orang (20,94%l dan yang berjenis perempuan<br />

sebanyak 34 orang (79,06%).<br />

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan<br />

Pendapatan Kepala Keluarga<br />

No Pendapatan Kepala<br />

Keluarga<br />

1 < 1.000.000<br />

2 1.000.000 - 2.000.000<br />

3 3.000.000 - 4.000.000<br />

4 > 5.000.000<br />

Total<br />

9<br />

34<br />

4t<br />

2O,94olo<br />

79,06%<br />

100%<br />

fumtah ttffi*<br />

2<br />

34<br />

3<br />

4<br />

43<br />

4,7%<br />

79,1oh<br />

6,golo<br />

9,3%<br />

100%<br />

Dari tabel dua didapat pendapatan kepala<br />

keluarga per bulan Rp. 1.000.000 - Rp.<br />

2.000.000 sebanyak 34 orang (79,Io/ol dan<br />

pendapatan kepala keluarga < Rp. 1.000.0000.<br />

sebanyak 2 orang (4,7%).<br />

2. Mekamisme koping individu<br />

Berdasarkan hasil penelitian dengan<br />

kuesioner didapat data mekanisme koping<br />

individu pada mahasiswa dalam menghadapi<br />

program profesi ners di STIKES Wira Husada<br />

Yogyakrta, dengan dikelompokkan pada tabel<br />

berikut;<br />

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan<br />

Mekanisme Koping lndividu<br />

N" M*!,AitIt fumtah prosentase<br />

1 Adaptif 41 95,3%<br />

Represi 30 69,7%<br />

Supresi 39 90,60l"<br />

Rasionalisasi j2 74,4olo<br />

lntelektualisasi 28 65,4ol"<br />

Proyeki 39 90,6"10<br />

2 Maladaptif Z 4,7%<br />

Fikasi 32 74,4olo<br />

Regresi 1 6 37,2olo<br />

Menarik diri 26 60,4o10<br />

Mengelak 7 16,2%<br />

Total 43 100%<br />

Dari tabel tiga didapat bahwa mekanisme<br />

koping individu pada responden penelitian<br />

sebagian besar responden bereaksi positif<br />

(adaptif) dalam menghadapi program profesi<br />

ners sebanyak 41 orang (95,3%l dengan mekanisme<br />

koping adaptif yang digunakan yaitu<br />

supresi dan proyeksi sebanyak 39 orang(9O,6%l<br />

dan hanya 2 orang (4,7o/ol responden yang<br />

bereaksi negatif (maladaptif) dengan mekanisme<br />

koping maladaptif yang digunakan yaitu<br />

fiksasi sebanya 32 orang (74,4o/ol.<br />

3. Kecemasan mahasiswa dalam menghadapi<br />

program profesi nens<br />

Berdasarkan hasil penelitian dengan<br />

kuesioner didapat data kecemasan pada<br />

mahasiswa dalam menghadapi program profesi<br />

ners di STIKES Wira Husada yogyakarta, dengan<br />

dikelompokkan pada tabel berikut;<br />

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan<br />

Kecemasan dalam Menghadapi program<br />

Profesi Ners<br />

No Kecemasan _ fumlah Prosentase<br />

1 Tidak Cemas<br />

2 Kecemasan ringan<br />

3 Kecemasan sedang<br />

4 Kecemasan berat<br />

5 Panik<br />

Total<br />

ll<br />

25<br />

5<br />

2<br />

43<br />

0%<br />

25,6olo<br />

.59,17o<br />

11,6%<br />

4,7olo<br />

100%<br />

rll tI


htmal Kesehatan TtliruraJa Medikd' 19<br />

Daritabel4 didapat bahwa kecemasan dalam<br />

menghadapi program profesi ners sebagian besar<br />

responden mengalami cemas dengan tingkatan<br />

cemas yang diperoleh yaitu dengan kecemasan<br />

ringan sebanyak ll orang (25,6To1, kecemasan<br />

sedang sebanyak 25 orang (58,7%), kecemasan<br />

berat sebanyak 5 orang (11,6%) dan panik<br />

sebanyak 2 orang (4,7%1.<br />

4. Hubungan mekanisme koping individu<br />

dengan kecemasan dalam menghadapi<br />

program profesi ners<br />

Bedasarkan hasil korelasi dengan mengguna-<br />

kan sistem komputerisasi, dimana untuk menghitung<br />

besarnya korelasi peneliti menggunakan<br />

koefisien korelasi bivariat adalah statistik yang<br />

digunakan oleh peneliti untuk menerangkan<br />

keeratan hubungan antar variabel yaitu untuk<br />

mengetahui hubungan mekanisme koping<br />

individu dengan kecemasan dalam menghadapi<br />

program profesi ners, dengan rumus peorson<br />

product moment, digunakan untuk mengetahui<br />

hubungan dua variabel, dengan taraf signifikan<br />

(p)= 0,05 otau s= 57o, dengan N= 43 dan rtabel=<br />

Q301, hasil r hitung= 0.454 yang berartiterdapat<br />

hubungan secara statistik antara mekanisme<br />

koping individu dengan kecemasan dalam<br />

menghadapi program profesi ners, dengan<br />

tingkat hubungan sedang yang dikemukakan<br />

oleh person pada interpretasi terhadap korelasi<br />

antar variabel.<br />

PEMBAHASAN<br />

1. Mekanisme koping individu<br />

Hasil prosentase responden yang mempunyai<br />

mekanisme koping adaptif sebesar 95,3%, hasil<br />

ini didukung oleh tingkat pendidikan pada<br />

responden yaitu lulusan sarjana keperawatan<br />

dan sebagian besar pendapatan kepala keluarga<br />

ditingkat menengah (sedang), sehingga respon-<br />

den bereaksi positif (adaptif) dalam menghadapi<br />

program profesi ners dan memiliki strategi koping<br />

yang efektif untuk menurunkan kecemasan<br />

dimana mekanisme koping adaptif yang digunakan<br />

oleh responden mampu menghasilkan<br />

kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi serta<br />

masalah yang dihadapi seperti halnya mekanisme<br />

koping adaptif yang digunakan oleh<br />

responden yaitu supresi (pengendalian diri), dan<br />

proyeksi dengan hasil sebanyak 90,G% responden.<br />

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu<br />

dalam menyelesaikan situasi stressful, koping<br />

merupakan respon individu yangterdapat situasi<br />

yang mengancam dirinya baik fisik maupun<br />

psikologik3.<br />

Responden yang bereaksi negatif (mal-<br />

adaptif) dalam menghadapi program profesi ners<br />

sebanyak 4,7% hasil ini dikarenakan pada situasi<br />

atau lingkungan yang baru dihadapioleh individu<br />

yaitu saat pertama kalinya responden menghadapi<br />

program profesi ners, dimana koping<br />

maladaptif yang digunakan oleh responden<br />

sebaigian besar dengan menggunakan fiksasi<br />

sebanyak 74,4Yo responden. Menurut Miller,<br />

1983 cit jurnal keperawatan indonesia 1997,<br />

koping merujuk pada pengatasan suatu situasi<br />

yang menimbulkan ancaman terhadap individu<br />

sehingga mengatasi perasaan tidak nyaman<br />

seperti onxietas, rasa takut, berduka dan rasa<br />

bersalah sedangkan menurut Stuart dan<br />

Sundeen, (1995) mekanisme koping yang<br />

maladaptif yaitu menghambat fungsi integrasi,<br />

memecah pertumbuhan lingkungan, menurun-<br />

kan otonomi dan cenderung menguasai dengan<br />

kategorinya adalah bekerja berlebihan, menghindar<br />

atau kehilangan kendalis.<br />

Dalam penelitian ini sebagian besar 41<br />

responden menggunakan mekanisme koping<br />

adaptif adalah individu dapat mengatasi stress<br />

dan anxietos dengan menggerakkan sumber<br />

koping dilingkunagan, sumber koping tersebut<br />

sebagai modal ekonomi, kemampuan penye-<br />

lesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan<br />

budaya dapat membantu mengitegrasikan<br />

pengalaman yang menimbulkan stress dan<br />

mengadopsi strategi kopingyang berhasil dalam<br />

menghadapi program profesi nerss.<br />

2. Kecemasan dalam menghadapi program<br />

profesi ners<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />

sebagian besar 58,1% responden mengalami<br />

cemas sedang, dimana kecemasan sedang<br />

mernungkinkan seseorang untuk memusatkan<br />

padahal yang penting dan mengesampingkan


20<br />

yang lain, sehingga seseorang mengalami<br />

perhatidn fang selektif namun dapat melakukan<br />

sesuatu yang lebih terarahs.<br />

Responden yang mengalami panik hanya<br />

4,7To, dimana kepanikan berhubungan dengan<br />

terperangah, kekuatan dan eror. Karena kehilangan<br />

kendali. Orang yang mengalami panik<br />

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun<br />

dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasis,<br />

Hal ini dipengaruhi beberapa faktor<br />

lingkungan atau situasi; orang yang berada<br />

ditempat yang dirasakan asing ternyata lebih<br />

mudah mengalami stress.<br />

Kecemasan dapat di sebabkan oleh berbagai<br />

faktor psikologis maupun faktor fisik atau<br />

kombinasi dari faktor-faktor tersebut dimana<br />

kecemasan merupakan pengalaman subjektif<br />

dari individu yang merupakan suatu keadaan<br />

emosi tanpa subjek yang spesifik. Kecemasan<br />

pada mahasiswa dalam menghadapi program<br />

profesi ners merupakan motivasipenting untuk<br />

melakukan strategi-strategi mekanisme koping<br />

untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam<br />

menghadapi program profesi nerse.<br />

3. Hubungan mekanisme koping individu<br />

dengan kecemasan dalam meng'<br />

hadapi program profesi ners<br />

Konstribusi keterkaitan hubungan pada tabel<br />

5 terlihat ada hubungan antara mekanisme<br />

koping individu dengan kecemasan dalam<br />

menghadapi program profesi ners dengan<br />

tingkat hubungan sedang, dari hasil uji statistik<br />

dengan rumusperson produck momen dan taraf<br />

signifikan (p) = 0,05 atau 4 = 5% dihasilkan maka<br />

di peroleh r tabel 0,301 dari hasil uji korelasi<br />

didapat r hitung 0,454 maka dapat disimpulkan<br />

bahwa r hitung lebih besar dari r tabel yang<br />

berarti secara statistik dapat bermakna adanya<br />

hubungan antara mekanisme koping individu<br />

dengan kecemasan dalam menghadapi program<br />

profesi ners oleh mahasiswa, sehingga hipotesis<br />

yang diajukan yaitu ada hubungan antara<br />

mekanisme koping individu dengan kecemasan<br />

dalam menghadapi program profesi ners dapat<br />

diterima dan terbukti kebenarannya, dimana<br />

koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang<br />

menetap yang merupakan kebiasaan baru dan<br />

perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan<br />

t urnal Kesehaton'Mraroia Medikao<br />

koping yang tidak efektif berakhir dengan<br />

perilaku maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang<br />

dari keinginan normative dan dapat<br />

merugikan dirisendiri maupun orang lain atau<br />

lingkungan3.<br />

Mahasiswa yang mampu menciptakan<br />

strategi-strategi koping yang baik (adaptif) maka<br />

dapat menurunkan tingkat kecemasan dalam<br />

menghadapiprogram profesi ners, dimana pada<br />

rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan<br />

dalam rentang respon koping yang<br />

digambarkan pada model perawatan dari<br />

fenomena sehat sakit. Respon kecemasan dapat<br />

digambarkan dalam rentang respon adaptif<br />

sampai maladaptif yaitu dengan menggunakan<br />

strategi koping yang adaptif makan kecemasan<br />

akan semakin ringan dan bila individu menggunakan<br />

strategi koping maladaptif makan<br />

kecemasan akan semakin berat dan paniklo.<br />

Hasil penelitian yang telah dilakukan<br />

penelititidak semua mahasiswa mampu menggunakan<br />

kopingyangyang baik (adaptif), namun<br />

masih ada beberapa mahasiswa yang masih<br />

menggunakan koping maladaptif, hal ini dikarenakan<br />

mahasiswa memiliki kemempuan yang<br />

berbeda-beda dari segi intelegensi, nilai,<br />

kepercayaan, budaya emosi, kognitit, support<br />

system dan lingkungan.<br />

KESIMPUTAN<br />

Dari hasil penelitian pada mahasiswa dalam<br />

menghadapi program profesi ners di STIKES Wira<br />

Husada Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:<br />

1. Prosentase responden yang mempunyai mekanisme<br />

koping yang baik (adaptif) sbesar 95,3Yo<br />

dan responden yang mempunya mekanisme<br />

koping yang maladaptif sebanyak 4,7Yo,halini<br />

menunjukkan bahwa sebagian besar pada<br />

mahasiswa program profesi ners menggunakan<br />

mekanime koping adaptif.<br />

2. Kecemasan dalam menghadapiprogram profesi<br />

ners sebagian besar responden mengalami<br />

kecemas sedang dengan prosentase 58,1% dan<br />

hanya 4,7To pada mahasiswa yang mengalami<br />

panik, hal ini menunjukkan sebagian besar<br />

mahasiswa program profesi ners mengalami<br />

kecemasan sedang.


twrnl IG*h Etan %i rc tuSt Mdi kf 21<br />

3. Adanya hubungan yang bermakna antara<br />

mekanisme koping individu dengan kecemasan<br />

dalam menghadapi program profesi ners,<br />

dimana semakin adaptif mekanisme kopingyang<br />

digunakan mahasiswa makan tingkat kecemasn<br />

akan semakin berkurang dan semakin<br />

maladapti rnekanisnne koping yang digunakan<br />

mahasiswa maka kecemasan akan semakin<br />

tinggi-<br />

SARA}I<br />

tsagi lnstitusi Pendidikan<br />

Sebagai bahan masukan dalam merninimalkan<br />

kecemasan pada mahasisra dalam menghadapi<br />

prograrn profesi ners yaitu perlunya pendampingan<br />

yang lebih efektif bagi mahasiswa yang<br />

akan menghadapi program profesi ners dengan<br />

banyak memberikan pengarahan atau didikan<br />

dalam melakukan praktikurn dan rnemberi<br />

kesernpatan kepada mahasiswa saat mengikuti<br />

kuliah pendidikan kesarjanaan untuk prakek<br />

dirumah sakit sebagai bahan pengenalan<br />

ketikan akan menghadapi program prorfesi ners.<br />

Bagimahasiswa<br />

Sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi<br />

program profesi nersyaitu menggunakan<br />

mekanisme koping adaptif dengan melakukan<br />

tindakan bertukar pikiran dengan orang lain,<br />

mempersiapkan diri dari aspek afektif, kognitif<br />

dan psikomotorik yaitu dengan belajar yang<br />

rajin dan sering berkonsultasidengan pembim-<br />

bing akademik dan dosen untuk memecahkan<br />

masalah yangdihadapiatau untuk lebih banyak<br />

mendapatkan informasi-informasi baru.<br />

KEPUSTAKAAN<br />

1. Suliswati, Payapq A.T., Maruhawa. J., Sianturi,<br />

Y., dan Sumyatun.2$@.. Konsep Dosor<br />

Keperawaton Kesehoton liwa. EGC:<br />

Jakarta<br />

2. Wiramiharda, S.A. 2@5. pengontar psikologi<br />

Abnormal. Refi ka Aditma: Bandung<br />

3. Rasmus. 2004.Stres, Kaping, Adaptasi. Sagung<br />

Seto: Jakarta<br />

4. Keliat 8.1998. Proses Keperowoton Kesehatan<br />

Jiwo" E6C:Jakarta<br />

5. Kaplan, H.1., and Sadock, B.J. 1997. Sinopsis<br />

kikiotri (terj). Edisi Ketujuh,Jilid Dua.<br />

Binarupa Akara: Jakarta<br />

6. Notoatmojo, S. 2005. Metadelogi penelitian<br />

Kesehotan. Cetakan Ketiga Rineka<br />

Cipta: Jakarta<br />

7. Sugiyono. 2005. Sfatistika untuk penelition.Ot<br />

Alfabeta: Bandung<br />

8. Struart, G. W., and Sundeen, S.J. 1999.<br />

Keperowatan Jiwa. EGC: Jakarta<br />

9. Maramis, W.F. 1986. C-atatan llmu Kedokeran<br />

Jiwo. Airlangga Universitay press:<br />

Surabaya<br />

10. Keliat, B.A. t1999). Penotalaksonaan Stress.<br />

Penerbit Buku Kedokteran EGC:<br />

Jakarta


trFt?F/! r{wtwtun lAlimmfu IW*a" a<br />

PEilIDAHUI.UAI'I<br />

Adanya era reforrnasi yang ditandai dengan<br />

perubahan-perubahan yang cepat di segala bidang<br />

yang diantaranya adalah r.lntuk meningkatkan<br />

derajad kesehatan masyarakat kearah yang lebih<br />

baik. Salah satu ujung tobak dalarn pemberian<br />

pelayanan kesehatan adalah perawat. Perawat<br />

sebagai profesi, dituntut untuk memiliki kematnpuan<br />

intelektual, interpersonal maupun kernampuan<br />

tehnis dan moral. Keperawatan sebagai pernberi<br />

pelayanan atau asuhan yang professional bersffat<br />

humanistik, menggunakan pendekatan holistik,<br />

dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,<br />

berorientasi pada kebutuhan obyektif klien, rnengacu<br />

pada standart profesional keperawatan dan<br />

menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan<br />

umurn.<br />

Pertolongan yang cepat dan tepat sangat<br />

dibutuhkan untuk rnencegah terjadinya kematian<br />

dan kecacatan. Dirumah sakit pertolongan pertama<br />

yang diberikan adalah di ruang rawat darurat dirnana<br />

IRD sebagai pintu masuk dari rumah sakit. Pelayanan<br />

pada instalasi rawat darurat seringkali menunjukkan<br />

parnor atau rnuka rumah sakit, tetapi juga penuh<br />

dengan ketidakpastian karena rnernpunyai sifat yang<br />

darurat apalagi termasuk di dalamnya adalah<br />

kegawatan. Peningkatan jumlah pasien yang<br />

berobatdilRD akan meningkatkan beban kerja para<br />

perawat dan tenaga medis yang lain di lRD. Sikap,<br />

pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi sangat<br />

diperlukan untuk meningkatkan keprofesionalan<br />

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,<br />

terutama di IRD yang tindakannya bersifat darurat<br />

dan intensif. Kondisi pasien yang datang ke IRD<br />

biasanya memerlukan tindakan yang bersifat intensif<br />

sehingga mudah menyebabkan kelelahan baik fisik<br />

maupun mental {Sugiarsih, 2003)1.<br />

Selain beban kerja yang akan mempengaruhi<br />

mutu pelayanan keperawatan, pendokumentasian<br />

asuhan keperawatan juga merupakan hal penting<br />

dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.<br />

Selama ini masih banyak dijumpai para praktisi<br />

keperawatan yang masih enggan atau tidak mampu<br />

melakukan pendokurnentasian asuhan keperaurfui<br />

dengan baik. Halini kemungkinan biasa disebabkan<br />

oleh karena beban kerja yang berlebihan perasrat<br />

tersebut dalam menjalankan tugas. Asuhan kepe.<br />

rawatan yang dilakukan terhadap klien dan keluarganya<br />

atau kelompok perlu untuk didokurnertasikan.<br />

Dokurnentasi sangat penting untuk menghindari<br />

pernutarbalikan fakta, untuk mencegah kehilangan<br />

informasi dan agar dapat dipelajari oleh orang lain.<br />

Dokumentasi asuhan keperawatan adalah rnerupakan<br />

bukti dari pelakanaan keperawatan yang<br />

menggunakan metode pendekatan proses keperawatan<br />

dan catatan tentang tanggapan / respon<br />

pasien terhadap tindakan medis, keperawatan atau<br />

reaksi pasien terhadap penyakit. Catatan kepera-<br />

watan 1' uga merupakan informasi tertul is yang akan<br />

menjadi dasar penjelasan tentang keadaan pasien<br />

kepada rnereka yang berkepentingan.<br />

BAHAN DAN CARA PENELITIAN<br />

Penefitian ini menggunakan desain Korelasional<br />

dengan pendekatan survei secara kuantitatif, yaitu<br />

bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan<br />

antar variabel. Jika ada hubungan akan diketahui<br />

pula tingkat keeratan dari hubungan tersebut serta<br />

berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto,<br />

2@6)'?. Peneliti akan mengkorelasikan beban kerja<br />

perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian<br />

asuhan keperawatan.<br />

Subyek penelhian i ni berjumlah 21 orang perawat<br />

dengan kriteria: perawat dengan pendidikan<br />

minimal Sekolah Perawat Kesehatan (SpK), sedang<br />

bertugas di lnstalasi Rawat Darurat (lRD), tidak<br />

sedang menjalani cuti. Bersedia berperan dalarn<br />

penelitian yang dibuktikan dengan menandatangani<br />

tanda bukti yang disiapkan oleh peneliti. Analisa data<br />

yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis<br />

Bivariaf , karena peneliti akan mencari hubungan<br />

antara dua variabel yaitu beban kerja perawat<br />

sebagai varibel bebas dengan pelaksanaan dokumentasi<br />

asuhan keperawatan gawat darurat<br />

sebagai variabel terikat. Uji statistik yang digunakan<br />

adalah uji statistik Korelasi Kendall's Taua.


24 lumal Kesehatan'<strong>Wiraraja</strong> Medika'<br />

Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian puan sebanyak 8 orang (38%ol. Dengan demikian<br />

jumlah responden yang bekerja di IRD RSUD Kota<br />

Verfrbel hdepotlcot<br />

l-ee"" K""" P","*t I<br />

I t. a"o"n'.d"ms* |<br />

I tanceng I<br />

I2, B€bank rhndk I<br />

| rugrrmpuru I<br />

I 3. B€bank6dapslkir I<br />

I<br />

| 4. B€banksdasodel<br />

lcb.rEil :<br />

: Dlbll0<br />

: Tl'hkdHd<br />

Coniqrdlng<br />

Yrrbbd<br />

Pdgl€arun Dolornsnilgtl<br />

Asuhan K.peEwaiat<br />

. PsnSk4bn<br />

. Dbgtlg<br />

t PEEM<br />

. lmdeffitsl<br />

. Ralua8i<br />

. Cablsn 4han<br />

l(gpotalYabn<br />

HASIL PENELITIAN<br />

1. Karakteristik Responden<br />

Responden dalam penelitian ini sebanyak 21<br />

perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta,<br />

setelah kuisioner kami sebarkan dan diisi oleh<br />

responden kemudian kami lakukan tabulasi. Secara<br />

lengkap karakteristik perawat yang meliputi jenis<br />

kelamin, usia, tingkat pendidikan, keikutsertaan<br />

dalam PPGD, pengalaman kerja serta status<br />

kepegawaian perawat dapat dilihat dalam beberapa<br />

table berikut ini.<br />

Tabel 1: Distribusifrekuensi perawatyangmenjadi<br />

responden di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan jenis kelamin tahun 2010.<br />

No Jenis<br />

Kelamin<br />

Frekuensi Prusentase<br />

1 Laki-laki 13 52%<br />

2 Perempuan I 38Yo<br />

Jumlah 21 100%<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Dari table 1 diatas dapat kita ketahui bahwa<br />

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak<br />

13 orang (62%l dan yang berjenis kelamin perem-<br />

Yogyakarta lebih banyak yang berjenis kelamin lakilaki<br />

dengan perbandingan antara laki-laki dan<br />

perempuan adalah 1:2.<br />

Tabel 2: Distribusi frekuensi perawat yang menjadi<br />

responden di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan usia saat ulang tahun terakhirtahun<br />

2010.<br />

No Usia<br />

Frekuensi<br />

Pre<br />

sentase<br />

1 Kurang 26 tahun 2 10%<br />

2<br />

3<br />

4<br />

Antara 25 - 30 tahun<br />

Antara 31 - 35 tahun<br />

Antara 36 - 40 tahun<br />

12<br />

4<br />

0<br />

570h<br />

19olo<br />

0%<br />

5 Lebih 40 tahun 3 14olo<br />

Jumlah 21 100o/o<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Dapat kita lihat pada table 2 mengenai umur<br />

responden yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta.<br />

Responden yang usianya dibawah 25 tahun<br />

sebanyak 2 orang (LO%|, usia antara 26-30 tahun<br />

sebanyak 12 orang (57%), usia antara 31-35 tahun<br />

ada 4 orang (19%) dan usia lebih 40 tahun sebanyak<br />

3 orang (L4%1. Dengan demikian mayoritas usia<br />

perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

adalah kategori usia antara 26-30 tahun.<br />

Tabel 3: Distribusifrekuensi perawat yang menjadi<br />

responden di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan tingkat pendidikan terakhir<br />

yang ditempuh tahun 2010.<br />

No Pendidikan Frekuensi<br />

Pre<br />

sentase<br />

1 SPK 0 0%<br />

2 D.lll Keoerawatan 18 867o<br />

3 D.lV Keoerawatan 0 0%<br />

4 S.1 Keoerawatan 3 14olo<br />

lumlah 21 1 00Yo<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Sebagian besar perawat yang bekerja di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta berpendidikan D.lll Kepera-<br />

watan yakni 18 orang (85%)dan yang berpendidikan<br />

51 Keperawatan ada 3 orang (74%).


tunnl lrcsr/halan \limmia Medkf 25<br />

Tabel 4: Distribusifrekuensi perawatyangmenjadi<br />

responden IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan Keikutsertaannya dalam<br />

Program Pelatihan PPGD Tahun 2010.<br />

No Fehtihan PFGD<br />

Fre<br />

kuensi<br />

Prusentase<br />

I Belum pemah ikut<br />

PP{GD<br />

2 10%<br />

2 Pemah ikut PPGD 19 90%<br />

Jumlah 21 100%<br />

Jika kita perhatikan padatable4 bahwasannya<br />

perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota Yoryakarta<br />

mayoritas sudah pernah ikut pelatihan PPGD yaitu<br />

19 orang (90%) dan hanya ada 2 orang (1096) yang<br />

belum pemah ikut pelatihan PFGD.<br />

Tabel 5: Distribusi frekuensi perawat yang menjadi<br />

responden di IRD RSUD l(ota Yogyakarta<br />

berdasarkan pengalaman bekef a (lamanya<br />

bekerja) baik dl IRD RSUD Kota Yogyal


lwml Kcrahatan \liroraia Medikf 25<br />

Tabel 4: Distribusi frekuensi perawat yang menjadi<br />

responden IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan Keikutsertaannya dalam<br />

Program Pelatihan PPGDTahun 2010.<br />

No Fehtihan PPGD<br />

I Belum pemah ikut<br />

PPGD<br />

Fle<br />

kuemi<br />

Pru<br />

sentase<br />

2 10%<br />

2 Pemah ikut PPGD 19 90%<br />

lumlah 27 100%<br />

Jika kita perhatikan pada table d bahwasannya<br />

perawatyang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

mayoritas sudah pernah ikut pelatihan PPGD yaitu<br />

19 orang (90%) dan hanya ada 2 orang (10%) yang<br />

belum pernah ikr* Pelatihan PPGD.<br />

Tabel 5: Distribusi frekuensi perawat yang menjadi<br />

responden di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

berdasarkan pengalaman bekerja (lamanya<br />

bekerja) baik di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

maupun sebelumnYa tahun 2010.<br />

No lamanya Bekeria<br />

Fre<br />

kuensi<br />

Pru<br />

sentase<br />

1 Kuranedari 1 tahun 1 5%<br />

2 Antara 1-2 tahun 2 10%<br />

3 Antara 2-3 tahun 1 5%<br />

4 Antara 3-4 tahun I 5%<br />

5 Lebih dari4 bhun 16 75%<br />

lumlah 21 100%<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Kalau kita amati secara seksama ternyata<br />

responden yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

rata-rata mempunyai pengalaman kerja yang<br />

relatif lama yaitu pengalaman kerja lebih dari 4<br />

tahun ada 16 orang (75%), sedangkan yang 5 orang<br />

125%l lae, mem pu nya i pen ga la m a n kerja d i bawa h 4<br />

tahun.<br />

Tabel 6: Distribusi frekuensi perawat yang menjadi<br />

responden di IRD RSUD Kota Yoryakarta<br />

berdasarkan status kepegawaiann tahun<br />

2010.<br />

No Status Kepegawaian<br />

Fre<br />

kuensi<br />

Plu<br />

sentase<br />

t Masang 0 o%<br />

2 Kontnk 5 24%<br />

3 PNS 16 76%<br />

lumlah 21 100%<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Daritable6 inididapatkan data bahwa sebagian<br />

besar responden yang bekerja di IRD RSUD Kota<br />

Yogyakarta adalah sebagai pegawai negeri sipil (PNS)<br />

yaitu sebanyak 15 orang (76%) dan yang bekerja<br />

sebagai pegawai kontrak hanya ada 5 orang (24%1.<br />

2, Beban Keria Perawat di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta<br />

Pada akhir Bulan Februari 2010 dilakukan<br />

penyebaran questioner untuk mengetahui seberapa<br />

besar beban kerja perawat yang bekerja di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta dan sekaligus untuk mengetahui<br />

seberapa baguskah pelaksanaan pendokumentasian<br />

yang dilakukan oleh setiap perawat yang bekerja di<br />

IRD RSUD Kota Yogyakarta. Setelah data diolah,<br />

beban kerja perawat di IRD RSUD Kota Yoryakarta<br />

hasilnya adalah masuk pada kategori ringan dengan<br />

skor 3749 sebanyak0 orang (0%), kategorisedang<br />

dengan rentang skor 5G98 sebanyak 5 orang (24%)<br />

dan kategori berat dengan skor 99-148 sebanyak 15<br />

orang (75%). Adapun distribusifrekuensi beban kerja<br />

pe€wat di IRD RSUD Kota Yogyakarta dapat dilihat<br />

pada table 7 berikut ini.<br />

Tabel 7: DistribusiFrekuensi Beban Kerja Perawat<br />

Yang Menjadi Responden Di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta Tahun 2010.<br />

No<br />

Beban<br />

Keda<br />

Skor<br />

Fre<br />

kuensi<br />

Pru<br />

sentase<br />

1 Rinmn 37 -49 o 0%<br />

2 Sedane 50-98 5 24%<br />

3 Berat 99-148 l6 76%<br />

Jumlah 21 loo%<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

3. Pelaksanaan Pendokumentasian<br />

Perawat yang Bekeria di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta tahun 2010.<br />

Untuk mengetahui proses pendokumentasian<br />

yang dilakukan oleh perawat yang bekerja di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta bisa kita lihat pada table 8<br />

dibawah ini:


,<br />

26<br />

Tabel 8: Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pendokumentasian<br />

Perawat Yang Menjadi<br />

Responden Di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

Tahun 2010.<br />

No<br />

Dokumeniasi<br />

Skor<br />

Fre<br />

kuensi<br />

Pru<br />

sstase<br />

1 BuruMelek 24 -32 4 19%<br />

2 Sedane 33 -40 4 19%<br />

3 Baik 41 -48 t3 62%<br />

lumlah 2"1 100%<br />

Sumber: Data Primer diolah<br />

Dari table 8 ini dapat kita ketahui bahwa<br />

mayoritas system pendokumentasian yang dilakukan<br />

oleh perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota<br />

Yogyakarta adalah bagusyaitu ada 13 orang(62/ol,<br />

pendokumentasian masuk kategori sedang ada 4<br />

orang (19%) dan pendokumentasian masuk dalam<br />

kategori buruk/jelek ada 4 orang pula (19%).<br />

4. Hubungan Beban Keria Perawat<br />

Dengan Pelaksanaan Dokumentasi<br />

Asuhan Keperawatan di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta tahun 2010.<br />

Untuk mengetahui adanya penolakan dan<br />

penerimaan terhadap hipotesa kerja yang menyatakan<br />

bahwa ada hubungan antara Beban Kerja<br />

Perawat Dengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan<br />

Keperawatan, penulis mengujinya dengan uji<br />

statistik correlation Kendoll lou dengan menggunakan<br />

bantuan komputer program SPSS.75 for<br />

Windows pada tingkat kepercayaan 95%.<br />

Tabel 9: Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan<br />

Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan<br />

Keperawatan di IRD RSUD Kota<br />

Yogyakarta tahun 2010<br />

Beban Keria<br />

Perawat<br />

Dokumentasi<br />

tukep<br />

Buruk<br />

6kor 24-32)<br />

Sedang<br />

(Skor 3340)<br />

Baik<br />

(Skor4148)<br />

Ringan<br />

(sltor 37a9)<br />

freq<br />

ry D freq<br />

Sedang<br />

(skor 5G98)<br />

Berat<br />

(*or 9$148)<br />

u n freq %<br />

0 0% 0 0% 4 19%<br />

0 0% 4 19% 9 43%<br />

0 01o 1 5% 3 14%<br />

Total 0 0% 5 24% r6 76%<br />

Sumber: data primer diolah<br />

lurnol Kesehotan'Wirarojo Medika"<br />

Dari table 9 diatas dapat kita lihat mengenai<br />

distribusi hubungan dua variable antara beban kerja<br />

perawat dengan dokumentasi asuhan keperawatan<br />

yang dilakukan oleh perawat di IRD RSUD Kota<br />

Yogyakarta. Persentase terbesar beban kerja<br />

perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

adalah masuk dalam kategori beban kerja berat<br />

yaitu ada 16 orang (76o/ol dan ada 5 orang (24%)<br />

yang berada dalam kategori beban kerja sedang.<br />

Mayoritas beban kerja perawat yang masuk dalam<br />

kategori beban kerja berat dan dalam pelaksanaan<br />

pendokumentasian masuk dalam kategori dokumen-<br />

tasi sedang ada 9 orang (43%).<br />

PEMBAHASAN<br />

1. Karakteristik Perawat di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta<br />

Karakteristik perawat yang bekerja di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta jika dilihat dari jenis<br />

kelamin paling banyak adalah berjenis kelamin<br />

laki-laki 62Yo dan yang berjenis kelamin perempuan<br />

sebanyak3S% (table 1). Kemungkinan ini<br />

terjadi karena di IRD dibutuhkan tenaga perawat<br />

yang mampu untuk bergerak cepat sehingga<br />

manajemen rumah sakit membuat kebijakan<br />

untuk menempatkan perawat laki-laki lebih<br />

banyak dibandingkan dengan tenaga perawat<br />

perempuan. Dari segi usia, perawat yang be-<br />

kerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta relatif berusia<br />

muda yaitu kurang 30 tahun sebanyak 67% dan<br />

yang berusia diatas 40 tahun hanya ada t4/o<br />

(table 2). lni juga disebabkan karena usia yang<br />

relative muda mempunyai karakter lebih energik,<br />

cepat, gesit dan cekatan yang tentunya<br />

sangat dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk<br />

ditempatkan di ruang lRD.<br />

Apabila kita perhatikan dalam skill yang<br />

dimiliki oleh para perawat yang berada di lRD,<br />

ada9O% (table 4) perawat yang sudah pernah<br />

mengikuti program pelatihan PPGD, dimana<br />

program inisangat mendukung pekerjaan para<br />

perawat dan hanya adaLO%saja perawat di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta ini yang masih belum<br />

memiliki sertifikat pelatihan PPGD. Tentunya ini<br />

merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi pihak<br />

rumah sakit untuk kedepannya secara rotasi /<br />

bertahap mengirimkan para perawatyang masih<br />

belum bersertifikat PPGD untuk meningkatkan<br />

l<br />

.l<br />

':<br />

't<br />

I<br />

{<br />

I


mt<br />

l*tak<br />

bsi/<br />

iasitr<br />

turnal Kesehatan'Wiraraia Mediko"<br />

pengetahuan (knowledgeldan keterampilannya<br />

(skl4 melalui program-program pelatihan PPGD<br />

yang ada.<br />

Pendidikan perawat paling besar adalah<br />

AKPER (860/ol, S'1 Keperawatan ada 74% dan<br />

tidak ada satupun perawat yang bekerja di ruang<br />

IRD RSUD Kota Yogyakarta berpendidikan SPK<br />

(table 3), ini menandakan bahwa RSUD Kota<br />

Yogyakarta benar-benar menyiapkan pegawai-<br />

nya untuk professional dibidangnya agar nantinya<br />

didapatkan kualitas pelayanan yang dapat<br />

memuaskan Pasien / konsumen.<br />

Sedangkan jika dilihat dari pengalaman kerja,<br />

sebagian besar perawat mempunyai pengalaman<br />

kerja lebih dari empat tahun sebanyak<br />

75Yo, dan hanya ada 25Yo saja perawat yang<br />

mempunya pengalaman kerja kurang dari 4<br />

tahun (table 4). Pengalaman merupakan guru<br />

terbaik dalam segala bidang kehidupan manusia,<br />

terkadang ilmu pengetahuan yang telah didapatkan<br />

selama perawat menempuh pendidikan baik<br />

itu di jenjenag pendidikan D'lll keperawatan<br />

maupun dijenjang pendidikan S.1 Keperawatan<br />

masih didapatkan hal-hal yang kurang pas /<br />

kurang cocok untuk diterapkan atau diaplikasikan<br />

secara nyata pada pasien yang datang ke<br />

klinik. Hal ini bisa disebabkan karena ilmu<br />

keperawatan masih banyak yang mengadopsi<br />

dari luar negeri, sehingga apabila teoritersebut<br />

diterapkan di lndonesia yang notabene negara<br />

kita berbeda darisegi kultur, agama, ras dan lain<br />

sebagainya didapatkan banyak hal yangtidak bisa<br />

diterapkan. Disinilah intelegensi perawat diuji,<br />

bagaimana cara untuk memodifikasi beberapa<br />

tindakan yang sekiranya dapat diterapkan/<br />

dipakai pada pasien dengan tujuan adalah untuk<br />

mempercepat kesembuhan Pasien.<br />

2. Beban Keria Perawat di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta<br />

Beban kerja perawat yang bekerja di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta mayoritas beban kerjanya<br />

sangat beralT6% dan yang mempunyai beban<br />

kerja sedang ada24%. Tidak satupun perawat<br />

yang beban kerjanya ringan (table 7). Pekerjaan<br />

perawat yang ada di ruang IRD memang sangat<br />

berat, halini menyangkut hidup matinya pasien'<br />

Berburu dengan waktu adalah rutinitas para<br />

perawat yang ada di lRD, karena telat satu detik<br />

dalam merawat dan melayani pasien taruhannya<br />

adalah nyawa pasien. Perawat harus betul-betul<br />

bekerja sesuai dengan protap yang ada, kesi-<br />

gapan, kelincahan dan kebenaran dalam bekerja<br />

adalah kunci utama. Proses triage tidak boleh<br />

terlewatkan, sehingga sedikit banyak juga akan<br />

membuat perawat tertekan/stress.<br />

3. Pelaksanaan Pendokumentasian<br />

Asuhan Keperawatan di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta<br />

Dokumentasi asuhan keperawatan yang ada<br />

di ruang IRD RSUD Kota Yogyakarta termasuk<br />

kategori bagus (62%) dan hanya 19% saja yang<br />

masuk dalam kategori pendokumentasian jelek<br />

(table 8). Hal ini terjadi karena dokumentasi<br />

keperawatan merupakan bagian tidak terpisah-<br />

kan dari sebuah proses keperawatan. Seorang<br />

perawat yang memberikan pelayanan keperawatan<br />

kepada pasiennya harus menerapkan<br />

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,<br />

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,<br />

evaluasi serta dokumentasi.<br />

Fungsi dokumentasi keperawatan sendiri<br />

adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban dan<br />

pertanggunggugatan seorang perawat dalam<br />

memberikan pelayanan keperawatan kepada<br />

setiap pasiennya. Kalau kita lihat dari latar<br />

belakang pendidikan, perawat yang bekerja di<br />

IRD RSUD Kota Yogyakarta adalah mayoritas<br />

D.lll Keperawatan dan ada sebagian kecilyang<br />

berpendidikan S.1 Keperawatan. lni menandakan<br />

bahwa profesionalisme perawat sangat bagus.<br />

Dalam hal ini bisa kita lihat kebelakang, bahwa<br />

pada jenjang pendidikan D.lll maupun S.1<br />

Keperawatan materi dokumentasi keperawatan<br />

minimaldiberikan 2 SKS. Kalau pendidikan jenjang<br />

SPK materi khusus dokumentasi keperawatan<br />

belum tersurat secara jelas didalam kurikulum.<br />

lni sangat cocok dengan data bahwa perawat<br />

yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta tidak<br />

satupun yang berPendidikan SPK.<br />

4. Hubungan antara Beban Keria<br />

Perawat dengan Dokumentasi Asuhan<br />

Keperawatan di IRD RSUD Kota<br />

Yogyakarta.<br />

Uji statistic dengan korelasi Kendal Tau<br />

didapatkan hasil ( r = - 0,178) dan (p = 0,418).


28 lurnal Kesehoton o<strong>Wiraraja</strong> Medika'<br />

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan<br />

yang signifikan antara beban kerja<br />

perawat dengan pelaksanaan dokumentasi<br />

asuhan keperawatan di IRD RSUD Kota Yogyakarta.<br />

Hasil korelasi negative (- ) menunjukkan<br />

bahwa semakin berat beban kerja perawat maka<br />

semakin baik pula perawat tersebut di dalam<br />

melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.<br />

Demikian sebaliknya, semakin ringan beban kerja<br />

perawat yang bekerja di IRD RSUD Kota Yogyakarta<br />

maka semakin jelek / buruk perawat<br />

tersebut di dalam melakukan dokumentasi<br />

asuhan keperawatan. Nilai p = 0, 4L8 > 0,05<br />

menunjukkan bahwa Ho diterima dan Hl ditolak.<br />

lni artinya bahwa tidak ada hubungan yang<br />

signifikan / bermakna antara beban kerja<br />

perawat dengan pelaksanaan dokumentasi<br />

asuhan keperawatan di IRD RSUD Kota Yogyakarta.<br />

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan<br />

beberapa penelitian lain yang menunjukkan<br />

bahwa ada hubungan yang signifikan antara<br />

beban kerja perawat dengan kelengkapan<br />

dokumentasi keperawatan (Mugihartadi, 2004).<br />

Dalam penelitian ini Mugihartadi mengatakan<br />

bahwa, adanya beban kerja yang berat akan<br />

mempengaruhi proses pendokumentasian yang<br />

dilakukan oleh perawat. Haltersebut disebabkan<br />

karena waktu yang tersedia sedikit sedang-<br />

kan pasien yang masuk ke IGD banyak. Sehingga<br />

pelaksanaan dokumentasi di IRD menjaditidak<br />

lengkap.<br />

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh<br />

Riyadi, S (2007) menyebutkan bahwa beban<br />

kerja mempunyai korelasi dengan kinerja. Beban<br />

kerja yang berat akan mempengaruhi kinerja.<br />

Adanya dua hasil penelitian tentang beban kerja,<br />

yang keduanya berkesimpulan ada korelasi<br />

positi{, tidakterjadi didalam hasil penelitian kami<br />

ini. Dalam penelitian kami ini justru hasil<br />

korelasinya adalah negatif, yang menunjukkan<br />

bahwa semakin berat beban kerja perawat,<br />

maka semakin baik pula hasildokuemtasi asuhan<br />

keperawatannya. Hal ini disebabkan karena<br />

banyak factor. Diantaranya adalah Factor<br />

pendidikan perawat, pentingnya dokumentasi<br />

sebagai bagian dari proses keperawatan adalah<br />

merupakan bentuk tanggung jawab dan tanggung<br />

gugat perawat. Perawat yang bekerja di<br />

IRD RSUD Kota Yogyakarta sudah mendapatkan<br />

ilmu tentang dokumentasi keperawatan karena<br />

pendidikannya minimal D.lll keperawatan. Dari<br />

segi pengalaman kerja juga sudah terhitung lama<br />

(lebih dari 4 tahun) berkarir di dunia keperawatan.<br />

Hal inilah yang mensupport para perawat<br />

untuk bekerja bukan hanya sebagai rutinitas,<br />

akan tetapi bekerja berdasarkan ilmu dan seni<br />

yang dimiliki sehingga didapatkan hasil kerja yang<br />

optimal (pendokumentasian baik).<br />

KESIMPUTAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan<br />

yang telah dikemukaka n dapat disim pulkan sebaga i<br />

berikut:<br />

L. Beban kerja perawat yang bekerja di IRD RSUD<br />

Kota Yogyakarta sebagian besar sangat berat<br />

yaitu ada 75Yo,dan beban kerja sedangada24Yo.<br />

2. Pendokumentasian asuhan keperawatan di IRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta sebagian besar sudah<br />

bagus yaitu ada 62To, sebagian lagi sedang ada<br />

t9% dan sebagian lagi jelek ada t9%.<br />

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara<br />

beban kerja perawat dengan pelaksanaan<br />

pendokumentasian di IRD RSUD Kota Yogyakarta.<br />

Adapun Saran yang dapat penulis sampaikan<br />

adalah:<br />

L. Perlu diperhatikan bagaimana mempertahankan<br />

pendokumentasian yang sudah baik yang<br />

dilakukan oleh perawat yang bekerja di tRD<br />

RSUD Kota Yogyakarta.<br />

2. Agar pimpinan rumah sakit dapat memberikan<br />

penghargaan kepada staff baik berupa insentif,<br />

status kerja. Selain itu juga pimpinan diharapkan<br />

untuk selalu memperhatikan kualitas pengawasan,<br />

keamanan kerja maupun kondisi kerja<br />

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan<br />

kesehatan.<br />

3. Diharapkan nantinya ada penelitian lebih lanjut<br />

tentang beban kerja perawat di RSUD Kota<br />

Yogyakarta dengan rancangan yang lebih valid<br />

untuk mengetahui factor lain yang dapat<br />

mempengaruhi proses pendokumentasian<br />

asuhan keperawatan perawat.


turml t/r;lr;hofian olltirarato Medikf<br />

KEPUSTAKAAN<br />

Sugiarsih, 2AO3, Hubungan Persepsi Stres Keria<br />

Dengon Kineria di lnstalosi Rawot<br />

Dorurot RSUD Prof' DR.Morgono<br />

Soekario Purwokerto, SkriPsi,<br />

Yogyakarta, UGM.<br />

Arikunto,S, 2OA6, Prosedur Penelition Suatu<br />

Pendekatan Prokik, Jakarta, PT Rineka<br />

Cipta.<br />

Hidayat, A, 20O3, Riset Keperawoton danTehnik<br />

Penulisan tlmiah, Jakarta, Salemba<br />

Medika.<br />

Nursalam, 2OO3, Konsep dan Peneropon<br />

Metoda Penelitian I lmu Keperawotan :<br />

Pedoma n Skri psi, Tesis don I nstrume n<br />

Penelitian KePerawaton, Jakarta,<br />

Salemba Medika.<br />

5.<br />

7.<br />

29<br />

Departemen Kesehatan. ZO@., Pedoman Sistem<br />

Penanggulongan Gawat Darurat<br />

Terpodu (SPGDT ), Jakarta:<br />

Departemen Kesehatan Republik<br />

lndonesia.<br />

llyas. 2001, Perencdnaan SDM Rumoh Sakit (<br />

Teori, metode don formulol, Jakarta :<br />

Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan<br />

Falkutas Kesehatan Masyarakat,<br />

<strong>Universitas</strong> lndonesia.<br />

Supranto, ZOOL, Pe n g uku ran fi ngkot Ke puasa n<br />

Pelanggon Untuk Menoikan Pongsa<br />

Posar, Jakarta: Rineka Cipta.


HUBUNGAh{ TINGKAT PENGETAFIUANI<br />

DAhI KOMUNIKAST TERAPEUTIK PERAVAT<br />

TERHADAP TINGKAT KE CEIVIASAI\I PASIEN<br />

HIPERTENSI DI RUAh{G INTERNARSD DR.<br />

H. MOH.AI\WARSUMENEP<br />

Oleh:<br />

CORY NELIA DAMAYANTI1 dan ZAKIYAH YASIN2<br />

ABSTRACT<br />

Background: communication of therapeutic represent one of the supporter factor<br />

in service of treatment, because ability communicate will water down gift giving of<br />

aid to good patient of medical service and also non is medical. According to Elbert<br />

dkk, 1954 intervention pursuant to communication can lessen dread, feel pain bone,<br />

usage of analgesia at patient.<br />

Method: Research design performed within research if evaluated from data analysis<br />

or presentation of data of is including analytic research because got tobe data to be<br />

including research of cross sectional and evaluated from nature of its problem is<br />

incluiding type research of correlation. Amount of responden 15 people. Sample<br />

pylled from population by accidental sampling. lntake of data conducted with sheet<br />

of questioner and observation.<br />

Result: analysis indicate that there are relation among communication of therapeutic<br />

nurse to story: evil dread of hypertension patient. As according to analysis got by<br />

meaning number of p = 0,00 its meaning there is relation which is significant access<br />

its meaning r = 1 chorelas confession degree of strength of relation among therapeutic<br />

to story: evil dread patient is very strong.<br />

conslussion: Node able tobe by is excelsior mount knowledge of nurse about<br />

communications of therapeutic, will be good also communications of therapeutic<br />

used. while communication of therapeutic good among patient and nurse can give<br />

psychologiocal impact to patient which slowly that dread lose and turn into motivation<br />

to patient tobe able to immediately recover.<br />

Keyword: knowledge, Communications therapeutic, anxiety.<br />

t.<br />

Cory Nelia Damayanti, S.Kep,Ns: Dosen Prodi S.1 Keperawatan Fikes Un'rja <strong>Sumenep</strong><br />

Madura<br />

Zakiyah Yasin, S.Kep,Ns: Dosen Prodi S.1 Keperawatan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

30


lunnl l(dnfr n 1ilinruja Mdikf<br />

PENDAHULUAil<br />

Manusia pada hakekatnya adalah mahkluksocial<br />

yang dalam kehidupan sehari - hari tidak bisa lepas'<br />

dari kegiatan interaki dan komunikasi. Komunikaii<br />

rnerupakan bagian integral dari kehidupan manusia,<br />

apapun statusnya dalam masyarakat, untuk itu<br />

komunikasi merupakan bagian yangtidakterpisah-<br />

kan dari kehidupan manusia itu sendiri.<br />

Secara prinsip komunikasi dianggap sebagai<br />

proses untuk mencapai sesuatu yang diinginkan,<br />

sehingga menjadi hal yang sangat wajar jika melalui<br />

komunikasi yang benar maka sebuah keinginan akan<br />

terpenuhi dengan mudah dan lancar. Komunikasi<br />

merupakan dasar bagi persepsi seseorang,<br />

koordinasi interaksi, dan manajemen hubungan<br />

dengan orang lain. lntervensi berdasarkan komuni-<br />

kasi dapat mengurangi kecemasan, rasa nyeri dan<br />

lama perawatan di Rumah Sakit bagi pasien, dari<br />

hal itu telah jelas bahwa seorang perawat yang<br />

merawat pasien tidak diawali dengan komunikasi<br />

yang tepat akan menimbulkan tanggapan - tanggapan<br />

psikologis pasien terhadap kondisi mereka<br />

yang nantinya akan menjurus pada penolakan pasien<br />

dalam berkomunikasi dengan perawat serta dapat<br />

mempengaruhi status kesehatan mereka.<br />

(Abraham, LlI)7 : 101 - 103)<br />

Komunikasi keperawatan merupakan salah satu<br />

factor pendukung pelayanan keperawatan professional<br />

yang dilakukan oleh perawat dalam mengekspesikan<br />

peran dan funpinya. Salah satu kompe-<br />

tensi pemwat png harus dimiliki adalah kemampuan<br />

berkomunikasi di dalam pelayanan keperawatan.<br />

Pengetahuan termasuk salah satu faktor internal<br />

yang dapat berpengaruh pada proses komunikasi.<br />

Pengetahuan merupakan hasil dari perkembangan<br />

pendidikan. Tingkat pengetahuan perawat tentang<br />

komunikasi sangat penting dan sangat berpengaruh<br />

pada proses komunikasi, karena tingkat pengeta-<br />

huan yang kurang akan membuat proses komunikasi<br />

semakin sulit. Sedangkan tingkat pengetahuan yang<br />

sangat baik akan mernperlancar proses komunikasi.<br />

Oleh karena itu, sangat wajar jika semakin tinggi<br />

pengetahuan seseorang akan semakin kompleks<br />

pula bahasayang dipakai dalam proses komunikasi.<br />

Salah satu faktor ekternal yang dapat mempe.<br />

ngaruhi komunikasi seseorang adalah kondisi<br />

lingkungan. Lingkungan bisa berupa lingkungan fisik<br />

dan non fisik atau mental psikologi. Karena proses<br />

komunikasi akan menjadi lebih efektifjika dilakukan<br />

pada kondisiyang nyaman dan tenang. Kebisingan<br />

dan pembatasan hak pribadi dapat menyebabkan<br />

kebingungan dan ketidaknyamanan dalam berko.<br />

munikasi-<br />

Dalam keperawatan kegiatan komunikasi juga<br />

selalu mendasari kegiatan yang lain termasuk<br />

kegiatan pelayanan keperawatan, komunikasi yang<br />

mendasari bidang pelayanan keperawatan dikenal<br />

sebagai komunikasi keperawatan yang nantinya<br />

akan digunakan untuk memberikan Asuhan Kepera_<br />

watan kepada pasien, oleh karena itu komunikasi<br />

perawat sangat penting untuk dipahami perawat<br />

mengingat semua pelapnan keperawatan meng_<br />

arahkan jalinan komunikasi untuk memperjelas<br />

tujuan dan tindakan yang dilakanakan pada pasien,<br />

jika tidak maka akan mengakibatkan terjadinya<br />

kesalahan komunikasi yang dapat mempengaruhi<br />

kualitas pelayanan keperawatan, dengan kata lain<br />

dengan menyediakan komunikasi yang ekstra<br />

melalui komunikasi yang tepat dapat mengurangi<br />

tingkat keaemasan pasien sehingga dapat mencegah<br />

peningkatan Tekanan Darah pasien selama men_<br />

jalani proses perawatan di Rumah Sakit..<br />

Kecemasan merupakan satah satu emosi yang<br />

paling banyak menimbulkan stress yang dirasakan<br />

oleh banyak orang. Kadang-kadang disebut juga<br />

dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kecemasan<br />

merupakan perasaan yang paling umum diderita<br />

oleh pasien dirumah sakit. Selain ihr pasien menunjuk_<br />

kan beberapa tanda permasalahan lainnya, seperti<br />

depresi, gugup, tidak bisa tidur (insomnia), mimpi<br />

buruk, dan ketidak mampuan untuk berkomunikasi<br />

antara petugas rumah sakit dengan pasien dan<br />

keluarga pasien.Jumlah pasien Hipertensi di Ruang<br />

lnterna Rumah Sakit Daerah Dr- H. Moh. Anwar<br />

<strong>Sumenep</strong> pada tahun 2fl)5 ditemukan 44 pasien,<br />

pada tahun 2fi)6 ada 51 pasien, pada tahun 2fi)7<br />

ada 53 pasien dan pada periodeJanuari-Maret 2fi)g<br />

ada 35 pasien.<br />

Berdasarkan surveyawal, dari 16 pasien ada 11<br />

(69 %) pasien hipertensi yang mengalami kecemasan<br />

yang diantaranya ditandai dengan peningkatan<br />

tekanan darah, sulittidur (insomnia). Sebagian besar<br />

kecemasan terjadi disebabkan karena kurangnya<br />

komunikasi perawat terhadap pasien sehingga<br />

pasien beranggapan perawat kurang peduli<br />

terhadap kebutuhan pasien selama menjalani<br />

proses perawatan dan pasien beranggapan negatif


turnal Kesehatan lllimmia Medika' 33<br />

Daritabel 3 menunjukkan bahwa sebagian<br />

besar responden mengalami Hipertensi berat,<br />

sebanyak 8 pasien (53,4%1.<br />

4. Data tabulasi frekuensi responden (perawat)<br />

berdasarkan usia<br />

Tabel4: Data tabulasi frekuensi responden<br />

(perawat) berdasarkan usia di Ruang<br />

lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar<strong>Sumenep</strong><br />

Usia<br />

20 - 30 tahun<br />

31 -40tahun<br />

41 - 50 tahun<br />

Jumlah<br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

( perawat )<br />

11<br />

2<br />

2<br />

Percentase<br />

73,4 %<br />

13,3 %<br />

'13,3 %<br />

'15 100 06<br />

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian<br />

besar responden berusia 20 - 30 tahun yaitu<br />

seba nyak 11 responde n (7 3,4 Tol<br />

5. Data tabulasi frekuensi responden (perawat)<br />

berdasarkan usia<br />

Tabel 5 : Datatabulasifrekuensiresponden(perawat)<br />

berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang lnterna<br />

Jenis<br />

Kelamin<br />

Laki- laki<br />

Perempuan<br />

RSD. Dr. H. Moh. Anwar <strong>Sumenep</strong><br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

7<br />

I<br />

Persentase<br />

46,6 %<br />

53,4 "lo<br />

Jumlah 30 100 %<br />

Dari tabel 5 meunjukkan bahwa sebagian<br />

besar responden, yaitu 8 responden (53,4 lol<br />

berjenis kelamin perempuan.<br />

5. Data tabulasi frekuensi responden (perawat)<br />

berdasarkan Tingkat Pendidikan.<br />

Tabel 6: Data tabulasi frekuensi responden<br />

(perawat) berdasarkan Tingkat Pendidikan<br />

di Ruang lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar<br />

<strong>Sumenep</strong><br />

Tingkat<br />

Pendidikan<br />

Dilt<br />

Keperawatan<br />

SPK<br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

15<br />

0<br />

Persentase<br />

100 %<br />

0%<br />

Jumlah 15 100 %<br />

Dari tabel 6 meunjukkan bahwa sebagian<br />

besar responden, yaitu 15 responden(lO0 %)<br />

berpendidikan D lll Keperawatan.<br />

7. Data tabulasi frekuensi responden (perawat)<br />

berdasarkan tingkat pengetahuan<br />

Tabel 7 : Data tabulasi frekuensi reponden (perawat)<br />

Tingkat<br />

Pengetahuan<br />

Baik<br />

Cukup<br />

Kurang<br />

berdasarkan tingkat pengetahuan di Ruang<br />

lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar <strong>Sumenep</strong>,<br />

pada bulan Juli2008.<br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Percentase<br />

25,7 %<br />

33,3 %<br />

40%<br />

Jumlah 15 100 %<br />

Daritabel 7 diketahui bahwa 6 orang perawat<br />

memiliki tingkat pengetahuan yang cukup.<br />

8. Data tabulasi frekuensi responden (perawat)<br />

berdasarkan komunikasi terapeutik.<br />

Tabel 8 : Datatabulasifrekuensireponden(perawat)<br />

berdasarkan komunikasi terapeutik di<br />

Ruang lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar<br />

<strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli 2m8.<br />

Komunikasi<br />

Terapeutik<br />

Baik<br />

Cukup<br />

Kurang<br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Persentase<br />

26,7 %<br />

33,3 %<br />

40%<br />

Jumlah 15 100 %<br />

Daritabel8 diketahui bahwa 6 orang perawat<br />

menggunakan komunikasi terapeutik yang<br />

cukup.<br />

9. Data tabulasi frekuensi responden (pasien)<br />

berdasarkan tingkat kecemasan.<br />

Tabel 9: Data tabulasi frekuensi reponden (pasien)<br />

berdasarkan tingkat kecemasan di Ruang<br />

lnterna RSD. Dr. Fl. Moh. A,nwar<br />

<strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli 2008.<br />

Tingkat<br />

Kecemasan<br />

Cemas ringan<br />

Cemas sedang<br />

Cemas berat<br />

Frekuensi<br />

Responden<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Persentase<br />

26,7 %<br />

40%<br />

33,3 %<br />

Jumlah 15 100 %


34 turnal Kesehatan ilWlraraja Medlka'<br />

Daritabel 9 diketahui bahwa 5 orang pasien<br />

mengalami cemas sedang.<br />

10. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan<br />

komunikasi terapeutik di Ruang lnterna RSD.<br />

Dr. H. Moh. Anwar <strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli<br />

2008.<br />

Berdasarkan hasil pengolahan analisa<br />

Speorman's maka didapatkan tabel hubungan<br />

sebagai berikut :<br />

Tabel 10: Hubungan antara tingkat pengetahuan<br />

dan komunikasi terapeutik di Ruang<br />

lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar<br />

<strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli 2008.<br />

Tingkat<br />

ftnftrhuan<br />

Komunikui Terapeutik<br />

Baik Cukup Kunng Total<br />

Jml % lml % Jml % Jml %<br />

Ealk 4 100% 0 0% 0 0% 4 100%<br />

Cukup 0 0% I 100% 0 0% J 100%<br />

Kunng 0 0% 0 0% 5 1m% 6 100%<br />

Total 4 26,7% 5 33,3% 6 40,0% l5 tm%<br />

Speament<br />

dro<br />

P = 0,01<br />

Berdasarkan tabel 10 dapat dilakukan analisa<br />

hubungan antara tingkat pengetahuan dan<br />

komunikasi terapeutik perawat. Pengolahan data<br />

menggunakan analisa Spearmen's rho dengan<br />

bantuan komputer window's program SpSS.<br />

11. Hubungan antara komunikasi terapeutik<br />

terhadap tingkat kecemasan pasien hipertensi<br />

di Ruang lnterna RSD. Dr. H. Moh. Anwar<br />

<strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli 2008.<br />

Berdasarkan hasil pengolahan analisa<br />

Spearman's maka didapatkan tabel hubungan<br />

sebagai berikut :<br />

Tabel 11: Hubungan antara komunikasitgrapeutik<br />

terhadap tingkat kecemasan pasien<br />

hipertensi di Ruang lnterna RSD. Dr. H.<br />

Moh. Anwar <strong>Sumenep</strong>, pada bulan Juli<br />

2008.<br />

Komunikasi<br />

Tenpeutik<br />

Tingkat kecemesan paslen<br />

Cema dngn Cemas sedang Cmas bent Tohl<br />

Jml % lml % Jml % Jml %<br />

Baik 4 100% 0 0% 0 0% 4 100%<br />

Cukup 0 0% 5 tm% 0 0% 5 100%<br />

Kunng 0 0% 0 0% 6 100% 6 100%<br />

Tohl 4 26,7% 33,3% 6 40% t5 100%<br />

Speament<br />

dro<br />

P'0,01<br />

Sesuai dengan analisa tersebut didapat angka<br />

kemaknaan nilai koefisien korelasi p = 0,01<br />

artinya derajat kekuatan hubungan komunikasi<br />

terapeutik terhadap tingkat kecemasan di Ruang<br />

lnterna RSD. Dr. H. Moh.Anwar <strong>Sumenep</strong> sangat<br />

kuat.<br />

B. Pembahasan<br />

Dari tabel 6 didapatkan hasil bahwa G orang<br />

perawat (40%) tingkat pengetahuannya kurang.<br />

Pengetahuan merupakan hasil dari perkembangan<br />

pendidikan. Tingkat pengetahuan<br />

perawattentang komunikasi sangat penting dan<br />

dapat berpengaruh pada proses komunikasi.<br />

Adanya pengetahuan yang tinggi tentang<br />

komunikasi terapeutik diharapkan akan membentuk<br />

sikap positif terhadap penerapan komunikasi<br />

terapeutik (Arwani , 2OO2| pada tabel 7<br />

didapatkan hasil bahwa G orang perawat (40%)<br />

memiliki persepsi yang kurang terhadap komunikasi<br />

terapeutik.<br />

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu<br />

faktor pendukung dalam pelayanan kepera-


hrtnl Keseh ota n \fifi m rais M edika" 35<br />

watan, karena kemampuan berkomunikasi akan<br />

merRpermudah pemberian bantuan kepada<br />

pasien baik pelayanan medis maupun non medis.<br />

(Arwani, 2OO2l. Dari tabel 8 berdasarkan<br />

observasididapatkan hasil 5 pasien mengalami<br />

cemas berat.<br />

Tempat penelitian di Desa Gunggung Kecamatan<br />

Batuan Kabupaten <strong>Sumenep</strong> dengan<br />

jumlah responden (orang tua)yang mempunyai<br />

anak usia sekolah yaitu sebanyak 30 responden.<br />

Data umum meliputi : usia responden, jenis<br />

kelamin responden, pekerjaan responden, tingkat<br />

pendidikan responden dan jumlah anak usia<br />

sekolah dalam keluarga responden responden.<br />

a. Distribusiresponden berdasarkan usia<br />

Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui<br />

bahwa sebagian besar responden berusia 30<br />

- 40 tahun (50%),hal ini menunjukkan bahwa<br />

sebagian besar responden termasuk dalam<br />

usia produktif (usia kerja). Menurut ilmu<br />

kependudukan, bahwa umur 15 - 54 tahun<br />

merupakan usia produktif (usia kerja) sehingga<br />

mereka berlomba - lomba untuk<br />

bekerja dan mencari pekerjaan untuk mendapatkan<br />

penghasilan sebagai penghidupan<br />

bagi keluarga mereka. Pendapatan keluarga<br />

yang memadai akan menunjang terhadap<br />

tumbuh kembang anak, karena orang tua<br />

dapat menyediakan semua kebutuhan anak<br />

baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih,<br />

lses).<br />

b. Distribusi responden berdasarkan jenis<br />

kelamin<br />

Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa<br />

sebagianbesar rsponden adalah berjenis<br />

kelamin perempuan (ibu). menurut Nasrul<br />

Efendy (1998), peran ibu adalah mengurus<br />

rumah tangga dan mengasuh serta mendidik<br />

anak - anaknya.<br />

c. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan<br />

Daritabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari<br />

30 responden sebagian besar responden<br />

bekerja sebagai petani sebanyak 15 responden<br />

(50%). Berdasarkan data tersebut<br />

bahwa sebagian besar responden bekerja<br />

sebagai petani yang bekerja dari pagi sampai<br />

sore, sehingga mereka sulit untuk mengawasi<br />

anaknya karena seharian bekerja.<br />

d. Distribusi responden berdasarkan tingkat<br />

pendidikan<br />

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan<br />

bahwa sebagian besar responden yaitu 14<br />

responden (46,6To1 berpendidikan hanya<br />

sampai SD sehingga pengetahuan responden<br />

tentang bagaimana cara merawat anak<br />

mereka kurang. Pendidikan orang tua<br />

merupakan salah satu faktor yang penting<br />

dalam tumbuh kembang anak. Kareana<br />

dengan pendidikan yang baik, maka orang<br />

tua dapat menerima segala informasi dari<br />

luar terutama tentang cara mengasuh anak<br />

yang baik, bagaimana menjaga kesehatan<br />

anaknya, pendidikannya dan sebagainya<br />

(Soetjiningsih, 1995)<br />

KESIMPUTAN DAN SARAN<br />

A Kesimpulan<br />

1. Sebagian besar perawat di Ruang lnterna<br />

RSD.Dr.H.Moh.Anwar <strong>Sumenep</strong>, memiliki<br />

pengetahuan yang kurang tentang komunikasai<br />

terapeutik<br />

2. Sebagian besar perawat di Ruang lnter,na RSD.<br />

Dr.H.Moh.Anwar <strong>Sumenep</strong>, memiliki persepsi<br />

yang kurang terhadap komunikasi terapeutik<br />

3. Berdasarkan hasil observasi tentang tingkat<br />

kecemasan pasien hipertensi , menunjukkan<br />

bahwa sebagian besar pasien mengalamicemas<br />

berat.<br />

4. Ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat<br />

pengetahuan terhadap komunikasi terapeutik.<br />

Semakn tinggi tingkat pengetahuan perawat<br />

tentang komunikasi terapeutik akan baik pada<br />

kom unikasi terapeutik yang digunakan.<br />

5. Ada hubungan yang sangat kuat antara komunikasi<br />

terapeutik terhadap tingkat kecemasan<br />

pasien. Sgmakin baik komunikasi terapeutik yang<br />

digunakan perawat diharapkan akan mengurangi<br />

rasa kecemasan pasien.<br />

B. SARAN<br />

Saran yang dapat dikemukakan dari hasil<br />

penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai<br />

berikut:


L.<br />

2.<br />

3.<br />

36 J u na I Kesehata n "llli ra mJ a Medikd<br />

1. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk<br />

selalu memantau komunikasi yang dilakukan<br />

perawat terhadap pasien, dengan memberika<br />

kotak kritik maupun saran ataupun<br />

memberikan daftar pertanyaan yang diisi oleh<br />

anggota keluarga terdekat pasien pada saat<br />

menyelesaikan administrasi, menanyakan<br />

bagaimana pelayanan perawat selama<br />

perawatan di rumah sakit, dengan langkah<br />

seperti iniinsyaallah manajemen rumah ssakit<br />

dapat mengevaluasi bagaimana kinerja<br />

perawat dilihat dari segi komunikasi yang<br />

dilakukan, sehingga rumah sakit dapat memberikan<br />

pelayanan yang lebih baik kepada<br />

pasien.<br />

2. Hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan<br />

karena masih banyak factor<br />

yang dapat mempengaruhi tingkat penge-<br />

tahuan, komunikasi terapeutik perawat dan<br />

tingkat kecemasan pasien , diantaranya<br />

factor lingkungan , persepsi dan lain - lain.<br />

Maka dariitu perlu diadakan penelitian lebih<br />

lanjut.<br />

KEPUSTAKAAN<br />

Abraham, Cha rles. 7997 . P si kolog i Sosi al U ntu k<br />

Perawat. Jakarta : Penerbit Buku<br />

Kedokteran EGC<br />

Alimul, Aziz, A. (2003). Metode Riset<br />

Keperawaton. Jakarta : Penerbit<br />

Salemba Medika.<br />

Alimul, Aziz, A. (2003). Riset keperawatan &<br />

Tehnik Penulisan llmiah. Jakarta :<br />

Penerbit Salemba Medika.<br />

4. Arikunto, S. 1998. prosedur penglifrgn Suotu<br />

Pe n dekoto n Prakfek Jakarta : penerbit<br />

Bina Cipta.<br />

5. Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu<br />

Pendekaton Proktek Edisi Revisi lll.<br />

Jakarta : Rineka Cipta.<br />

6. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian Suatu<br />

Pendekatan Proktek Edisi Revisi V.<br />

Jakarta : Rinike Cipta.<br />

7. Budi & Anna Keliat. (2003). Komunikosi<br />

Terapiotik perawot. Fakultas<br />

Kedokteran . Jakarta.<br />

8. Hudak dan Gallo. t997, Keperawaton kritis,<br />

Pendekaton Holistik, Edisi Vl, Volume<br />

l. Jakarta : Penerbit buku kedokteran<br />

EGC<br />

9. Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan priloku<br />

Kesehaton. Jakarta : Rineka Cipta.<br />

10. Nursalam. (2003). Konsep don penerapon<br />

Metodelogi Penelition llmu<br />

Keperawatan. Jakarta : Salemba<br />

Medika.<br />

11. Nursalam & Siti Pariani. (2001). pendekaton<br />

P rakti s M etodelogi Ri set Ke pe rowata n<br />

. Jakarta : CV. lnfomedika.<br />

12. Suyono, S. (2001). Buku Ajar tlmu penyakit<br />

Dalam Jilid ttt Edisi3. Jakarta : Balai<br />

Penerbit FKUI.<br />

13. Sugiono. (2003). Statistika untuk penelitian.<br />

Bandung: CV. Alfabeta


HUtsUNGA}{ AIVThRA SOSIAL BUDAYA<br />

(KEPERCAYAA}g DENGAI\ PERII-AIU Kl<br />

MURNI PADA IBU HAMIL DI DESA BAI\TGKAL<br />

wII*AyAFr ICERJA PUSKESMAS PATVTOLOKANI<br />

IKABUPATEN $UMENEP TAHUN 20fi<br />

Oleh:<br />

DIAN PERMATASARIT dan SRI SUKARSF<br />

ABSTRACT<br />

Background: Pregnant motherthe pregnancy age stills youngthat is under 12 weeks<br />

doesn't investigate the pregnancy because reason not beliafe towards well-being<br />

energy akn have conseguences bad in baby and the mother. pregnant mother reason<br />

caused by they are unconvinced towards well-being energy and they also will believe<br />

that when pregnancy that still young that is age under 12 unnecessary weeks<br />

investigate to well-being energy because influential hada the pregnancy later.<br />

pregnant mother behaviourthat is influenced by cuhure factor imprecise oratypical<br />

so will affect in mother and the fetus, so that pregnant mother can not detect<br />

mother conditon and the fetus, especially well-beingand the pregnancy development<br />

with can not detect when there difference may be emerge at alltirne during the<br />

pregnancy.<br />

Method: This watchfulness is analytic watchfulness kind korelatif that aims to detect<br />

connection between between culture social (belief) with behaviour K1 am pure in<br />

pregnant mother at village bangkalwork area puskesmas pamolokan year 2010, by<br />

using approach cross sectional. poputration and sample in this watchfulness allgood<br />

pregnant mothers primigravida and multigravida at village bangkal work area<br />

puskesmas pamolokan sample taking technique with technique non probability<br />

sampling that is total sampling" hypothesis test is done with wear statistics test<br />

spearmant rho.<br />

Result and Conclussion: From watchfulness result is got that is a large part pregnant<br />

mother not memerikksa to well-being energy, half it mother has behaviour K1 am<br />

pure enough, and there correlation between culture social (belief) with behaviour<br />

K1 am pure at village bangkal work area puskesmas pamolokan year 2010.<br />

Keword: Culture social (belief), Behaviour k1 pure, Pregnant mother<br />

1. Dian Permatasari, S.ST: Dosen Prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

2. Sri Sukarsi, S.ST: Dosen Prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

37


38 Jurnal Kesehatan'Wiraroja Medika'<br />

PENDAHULUAN<br />

Masalah kesehatan ibu dan perinatalmerupakan<br />

masalah nasional yang perlu mendapat prioritas<br />

utama, karena sangat menentukan kualitas sumber<br />

daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian<br />

terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu men-<br />

dapat perhatian khusus karena angka kematian ibu<br />

(AKl) di lndonesia masih sangat tinggi bahkan<br />

tertinggi d i a nta ra nega ra-nega r a Associ ati on South<br />

East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat<br />

melahirkan tahun 2007 tercatat 248 per 100.000<br />

kelahiran hidup. Diharapkan untuk lndonesia sehat<br />

2009 angka ini menurun menjadi 226 per 100.000<br />

kelahiran hidup.1<br />

Penanganan masalah initidaklah mudah, banyak<br />

hal yang melatarbelakangi tingginya AKI salah<br />

satunya penyebab tidak langsung yaitu renfahnya<br />

tingkat pendidikan masyaraka terutama ibu,<br />

rendahnya tingkat sosial ekonomi, kondisi dan latar<br />

belakang sosial budaya yang tidak mendukung,<br />

rendahnya prevalensi anemi khususnya pada ibu<br />

hamil, kedudukan dan peranan kaum ibu yang tidak<br />

menguntungkan2. Walaupun masalah tersebut<br />

perlu diperbaiki sejak awal namun kurang relatif bila<br />

mengharapkan perubahan drastis dalam waktu<br />

singkat. Upaya menurunkan AKI pada dasarnya<br />

mengacu kepada intervensi strategi "Empat Pilar<br />

Safe Motherhood" dimana salah satunya yaitu akses<br />

terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang<br />

mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan<br />

kehamilan yang baik dan tersedia fasilitas<br />

rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan<br />

angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya<br />

dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang<br />

berhubungan dengan usia paritas riwayat kehamilan<br />

dengan buruk, dan perdarahan selama kehamilan.<br />

Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis<br />

yang masuk kategori penyebab mendasar seperti<br />

taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil<br />

yang masih rendah, serta melewati pentingnya<br />

pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka<br />

kunjungan pemeriksaan kehamilan yang masih<br />

kurang dari standar acuan nasiona13. Pemeriksaan<br />

antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang<br />

dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin<br />

secara berkala, yang diikuti dengan koreksi terhadap<br />

penyimpangan yang ditemukan. Pemeriksaan<br />

antenatal dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan<br />

terdidik dalam bidang Kebidanan.<br />

Kunjungan baru lbu hamil (K1) asli adalah kontak<br />

pertama ibu hamil terhadap tenaga kesehatan<br />

dengan umur kehamilan dibawah 12 minggu.<br />

Kunjungan Kl akses adalah kontak pertama ibu hamil<br />

terhadap tenaga kesehatan lebih dari L2 minggu.<br />

Dari studi pendahuluan berdasarkan data<br />

sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten <strong>Sumenep</strong><br />

tahun 2007 didapatkan pencapaian cakupan K1<br />

untuk Kabupaten <strong>Sumenep</strong> yaitu K1 akses sebesar<br />

89,2o/o dan K1 asli sebesar 7l,5yo, sedangkan<br />

targetnya 87%. Tahun 2ffi8 pencapaian cakupan K1<br />

asli sebesar 85.8% dan K1 akses sebesar 88,8%o,<br />

sedangkan targetnlra 90%. Tahun 2009 pencapaian<br />

cakupan K1 asli sebesar 85.55% dan K1 akes sebesar<br />

85,4yo, sedangkan targetnya 94.% (Profil kesehatan<br />

Dinas Kesehatan lGbupaten <strong>Sumenep</strong>).<br />

Tabel 1 : Data Laporan nffS KIA UpTD puskesmas<br />

Pamol'okan Tahun 2W7 - 2OAg<br />

Desa K'l .{SLi iai Sasaran<br />

2fi)7 2m 2009 Bumil<br />

Paiasalan V7,9 1 61,,1 * 57.6 % 59<br />

Pangarangan 74-2a 515 a s3.8 % 65<br />

Bangkal 65 a 525 rL 41.3 % 80<br />

Kacongan 63.6.!5 63j t 54,5 % 22<br />

Pabian 9r.6 A &3J r 60.6 % 36<br />

Parsans 11]"X t 9;: a 84,7 % 72<br />

Marenean r03JE qln 80% 30<br />

Paberasan Et.{a ,7t.5T 65.1 % 59<br />

Pamolokan 63J'. 53 .!t 47 % 65<br />

Sumber: Laporan PUYS XIA UpTD puskesmas<br />

Parnoiobr<br />

Dari tabd 1 mErrri.b! Hrra ten pencapaian<br />

K1 asli oleh ten4a hesefi*an dari tahun 2007<br />

sa m pa i dengan 2IIII d l,rPTD R.rkesrn as pam oloka n<br />

Kabupaten <strong>Sumenep</strong>rsrrur dan jauh daritarget<br />

sasaran ibu harrflteruurqa d Desa Bangkal dimana<br />

target K1 sebesar gaX seduelan jumlah sasaran<br />

Bumil di Desa Brgld ca+'-


ttmlrallxffisn1trimspdtldfr*d 39<br />

Berdasarkan survei lanjfian pada tanggal 18<br />

febnrari Z0l0pngtdah dilakukan pada 10 ibu hamil<br />

di Desa Bangkal Wilavah Kerja Puskesmas<br />

Pamolokan diperoleh data 6 orang atau {60%} ibu<br />

hamil mengatakan bahwa mereka rnasih percaya<br />

bahrra kehamilan yang rnuda tidak perlu diperiksa-<br />

kan ketenaga kesehatan {bidan} karena apabila hal<br />

itu dilakukan maka kandungannya akan terganggu<br />

baik pada ibu maupun janinnya, dan diperoleh data<br />

4 orang atau {40yo} ibu harniltidak memerikakan<br />

kehamilannya disebabkan oleh faktor ekonomi,<br />

rnereka tidak rnernpunyai uang untuk periksa ke<br />

bidan. (epercayaan di rnasyarakat sangat mernp*'<br />

ngaruhi tingkah laku kesehatan. kepercayaan<br />

rnasyarakat juga nrerupakan penghalang/pengharnbat<br />

pola hidup sehat di masyarakat'misal ibu<br />

hamil yang rnasih muda tidak perlu pemeriksaan ke<br />

tenaga kesehatan{.<br />

Perilaku ibu hanril yang dipengaruhi oleh faktor<br />

budaya yang tidak tepat atau tidak lazirn rnaka akan<br />

berdampak pada ibu dan janinnya, sehingga ibu<br />

hamil tersebut tidak dapat mendeteksi keadaan ibu<br />

dan janinnya, terutama kesehatan dan perkembangan<br />

keharnilannya serta tidak dapat rnendeteksi<br />

apabila ada kelainan lnng m ungkin timbul sewaktuwaktu<br />

selama kehamilannyas.<br />

Kepercayaan tersebut apabila tidak diperbaiki<br />

maka akan menyebabkan dampakyang lebih besar<br />

untuk itu, petugas kesehatan dalam hal ini seorang<br />

bidan hendaknya melakukan pendekatan persuasif<br />

kepada masyarakat melalui Toma {tokoh masyarakat),<br />

seperti kader ka rena m asyarakat cenderung<br />

pereya dengan himbauan kadeq maka kader harus<br />

diikutsertakan dalam hal mengadakan sosialisasi<br />

tentang pentingnya memeriksakan kehamilan sejak<br />

dini, mengadakan penyuluhan pada waktu posyandu<br />

sekaligus merangkul ibu hamil agar lebih berpartisipasi<br />

dalam memeriksakan kehamilannya sejak<br />

dini.<br />

Peran tenaga kesehatan atau bidan dalarn hal<br />

ini yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang<br />

berkualitas seperti menerapkan 14T, rnemberikan<br />

inforrnasi dengan jelas tentang perneriksaan<br />

kehami lan. Tersedianya tenaga terampi I dengan<br />

sarana dan prasarana yang memadai, menganjurkan<br />

ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan yang<br />

masih muda untuk merneriksakan kehamilannya ke<br />

tenaga kesehatan, Sehingga jika ada kelainan bisa<br />

s€gera terdeteki. Dan adapun tujuan dari peme.<br />

riksaan yang masih awal tersebut adalah agar bila<br />

ada kelainan pada kehamilan masih bisa rnenanganinya<br />

sebelurnterjadi sesuatu yang buruk, serta untuk<br />

mernelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan<br />

bayi karena pada umur kehamilan yang rnasih rnuda<br />

dapat meran6sang kecerdasan otak, sehinga dapat<br />

menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan<br />

melahirkan bayi yang sehaf-<br />

BAHAhI DAil CARA PEilELMAil<br />

Rancangan yang digunakan dalarn penelitian ini<br />

berdasarkan lingkup penelltiannya tenmasuk<br />

inferensiol, berdasarkan tempat penelitiannya<br />

termasuk penelitian lapangan, berdasarkan cara<br />

pengumpullan datanya terrnasuk penelitian survry.<br />

Eerdasarkan ada atau tidak ada perlakuan termasuk<br />

expost tocfo {mengungkap fakta}. Berdasarkan<br />

waktu pengumpulan data termasuk cross sectianol.<br />

Berdasarkan tujuan penelitian termasuk analitik<br />

korelasional. Berdasarkan surnber data termasuk<br />

penelitian primer?.<br />

HASIL PTNTLITNTT<br />

1. Umur Responden<br />

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik<br />

Umur Responden di Desa Bangkal<br />

wilayah Kerja Puskesmas Pamolokan<br />

Tahun 2010<br />

No. Umur Fr+ Prosentase<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

{tahun} kuensi {%}<br />

35<br />

Tohl<br />

100<br />

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar (70 %) responden berusia<br />

antara 20 sampai =5,ahrn. ., ...


2. Tingkat Pendidikan ResPonden<br />

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik<br />

Tingkat Pendidikan Responden di<br />

Desa Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas<br />

Pamolokan Tahun 2010.<br />

No. Tingkat<br />

Pendidikan<br />

@o<br />

Fre<br />

kuensi<br />

2.sD9<br />

3. sMP 8<br />

4. sMA 8<br />

5. PT<br />

Jumlah<br />

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 3 dapat diiterpretasikan<br />

bahwa hampir setengahnya (30%) pendidikan<br />

responden adalah SD.<br />

3. Pekeriaan Responden<br />

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik<br />

Jenis Pekerjaan Responden di Desa<br />

Bangkal WilaYah Kerja Puskesmas<br />

Pamolokan Tahun 2010.<br />

No.<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Jenis Fre- Prosentase<br />

Pekeriaan kuensi (%)<br />

lbu Rumah<br />

Tangga<br />

Petani<br />

Buruh<br />

Wiraswasta<br />

PNS<br />

Jumlah<br />

30<br />

14<br />

3<br />

0<br />

I 5<br />

30<br />

t u rn al Ke sehata n'Wi ra mi a M edika"<br />

4. Paritas Responden<br />

Tabel 5: Distribusi Frekuensi Berdasarkan KarakteristikJumlah<br />

Anak/ Paritas Responden di<br />

Desa Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas<br />

Pamolokan Tahun 2010.<br />

Prosentase<br />

(?o) No. Paritas<br />

0<br />

30<br />

26,7<br />

26,7<br />

16,7<br />

100<br />

46,7<br />

10<br />

0<br />

26,7<br />

16,7<br />

100<br />

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa ha m pir setenga h nya (46,7 %l ienis pekerja n<br />

responden adalah sebagai ibu rumah tangga'<br />

Frc- Prosentase<br />

kuensi (o/o)<br />

1. Nullipan (0) 0 0<br />

2. Primipara (1) 16 53,3<br />

3. Multipara (2-5) 14 46,7<br />

4. Grande 0<br />

0<br />

multipan<br />

(>s)<br />

Jumlah 30 100<br />

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar {53,3%} paritas responden<br />

adalah primipara fumhh anak 1).<br />

5. Sosial Budaya ( lGpercayaan)<br />

Tabel 6: Distribusi Frekuensi Sosial Budaya<br />

(Kepercataan) di Desa Bangkal Wilayah<br />

Kerja Rrskesnras Pamokrkan.<br />

No. SosialhdaF Fre Prosentase<br />

(kepercarraad hnnsi (?o)<br />

'1. Positif (percap 13 43,3<br />

2.<br />

terhadap Ne)<br />

Negatif $d*<br />

percaya<br />

terhadap l{*ed<br />

17 56,7<br />

Jurnl*r 30 100<br />

Sumber : Data Prirner Penditian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besa responden (55,7 %) tidak<br />

percaya terhadap ten*a kesehatan.<br />

6. Perilaku lQ murnri nesponden<br />

TabelT: Distribusi Huensi Perilaku Kl Murni<br />

Pada lhr l*nll diDesa BangkalWilayah<br />

Keria R.xfxnas Parnolokan.<br />

No. Peril*J lJ Fr+ Prosentase<br />

Mr-rni h.Errsi (%)<br />

1. Ya<br />

2. Trd*<br />

lunl*r<br />

10<br />

20<br />

30<br />

33,3<br />

66,7<br />

100<br />

Sumber : Data Prits Fenefitian Tahun 2010


turnal Kesehatan'Mfrraraia Medika"<br />

Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar (66,7%) responden tidak<br />

melakukan kunjungan K I murni.<br />

7. Tabulasi Silang Hubungan Antara<br />

Sosial Budaya (Kepercayaan) dengan<br />

Perilaku Kl Murni<br />

,Tabel 8: Tabulasi Silang Distribusi Frekuensi<br />

i Hubungan Antara Sosial Budaya (Kepercayaan)<br />

dengan Perilaku Kl Murni pada<br />

i lbu HamildiDesa BangkalWilayah Kerja<br />

i Puskesmas Pamolokan Tahun 2010.<br />

Sosial Budaya<br />

(kepercayaan)<br />

Pedlaku Kl Mumilbu<br />

Hamil Frekuensi<br />

Ya Tidak<br />

T % x<br />

OI<br />

h I d a<br />

Positif I 61.5 5 38,5 l3 43,3<br />

Nesative 2 I t.8 t5 88,2 t7 56,7<br />

Total 10 33,3 20 65.7 30 100<br />

UjiMann Whitney Test = 0,005<br />

o = 0,05<br />

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2010<br />

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa dari t7<br />

responden seba gia n besa r ya itu respon den (S6,7yol<br />

mempunyai sosial budaya (kepercayaan) negatif<br />

atau tidak percaya terhadap tenaga kesehatan dan<br />

setengahnya yaitu 20 responden (66,7%l mempunyai<br />

perilaku K I murni cukup. Sedangkan dari 13<br />

responden (43,3yo') mempunyai kepercayaan positif<br />

atau percaya terhadap tenaga kesehatan, terdapat<br />

l responden (33,3To) mempunyaiperilaku K I murni<br />

yang kurang.<br />

Berdasarkan dari hasil analisa data dengan uji<br />

Mann Whitney diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi<br />

adalah 0,005 sedangkan nilai c adalah 0,05<br />

dikarenakan nilai signifikansi < d, maka Ho ditolak<br />

dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara<br />

sosial budaya (kepercayaan) dengan perilaku K I<br />

murni pada ibu hamildi desa bangkalwilayah kerja<br />

Puskesmas Pamolokan tahun 2010.<br />

Hasil analisa data dengan menggunakan komputerisasi<br />

SPSS. 12 mempunyai exact Sig. (+) yang<br />

berarti hubungannya kuat antara sosial budaya<br />

dengan perilaku K1 murni pada ibu hamil di Desa<br />

Bangkal Wilayah Kerja Puskesmas pamolokan tahun<br />

20to.<br />

PEMBAHASAN<br />

1. SosialBudaya (Kepercayaan) pada lbu<br />

Hamil<br />

Berdasarkan hasil penelitian ibu hamil di desa<br />

Bangkal wi layah kerja puskesmas parnolokan ta h un<br />

2010 didapatkan sebagian besar responden (5G,7<br />

%) tidak percaya terhadap tenaga kesehatan<br />

(negatif) da la m mem eriksakan kehami lan nya yang<br />

masih berusia dibawah 12 minggu. Selain itu hasil<br />

penelitian juga menunjukkan sebagian besar (53,3%)<br />

adalah seorang primipara yaitu ibu yang baru<br />

pertama kali melahirkan. Haltersebut sesuai dengan<br />

teoriyang dikemukakan oleh Notoadmodjo dalam<br />

Sarwono yang mengatakan bahwa rasa percaya<br />

atau tidak percaya seseorang yang muncul dalam<br />

perilaku seseorang ditentukan oleh factor_faktor<br />

seperti informasi, pengaruh, dan pengendalianT.<br />

Hal ini dikarenakan ibu primipara tidak memiliki<br />

pengala ma n, kurangnya pengetah uan dan informasi<br />

serta menganggap teman, tetangga dan orang tua/<br />

orangyang lebih tua lebih tahu tentang pemerikaan<br />

awaltrimester pertama kehamilan yang mana tidak<br />

perlu melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan<br />

seperti bidan karena menganggap sudah lebih<br />

berpengalaman, maka mereka ikut memilih tidak<br />

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan<br />

tersebut. Tanpa melihat dampak yang akan terjadi.<br />

lni juga karena kurangnya pengetahuan ibu dan<br />

keluarga mengenai pemeriksaan kehamilan yang<br />

baik, terutama yang masih berusia dibawah 12<br />

minggu atau trimester pertama, karena hampir<br />

setengahnya (30yol dari mereka tingkat pendi_<br />

dikannya rendah (SD). pendidikan merupakan<br />

tingkat dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki<br />

seseorang. Pendidikan merupakan modal dasar<br />

dalam rangka pengembangan sikap dan perilaku<br />

serta ketrampilan. pendidikan dianggap sebagai<br />

suatu hal yang dapat mempengaruhi seseorang<br />

untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Semakin<br />

baik tingkat pendidikan dari suatu kelompok<br />

masyarakat akan lebih baik pula pemahaman<br />

terhadap kesehatan secara keseluruhan, mulai dari<br />

pola hidup, pola makan dan pengobatan-peng_<br />

obatan yang harus dilakukan apabila menderita<br />

suatu penyakit, dan terutama khususnya dalam<br />

pemeriksaan kehamilan, Sebaliknya semakin rendah<br />

taraf pendidikan dari suatu kelompok masyarakat<br />

akan semakin rendah pula tingkat pemahaman


hnnl K*hotun Mrawla lfiffirf /[t<br />

perilaku masyarakat seringkali rnerupakan penghalang<br />

atau penghambat terciptanya pola hidup<br />

sehat di masyarakat dan tingkat kepercayaan<br />

masyarakattertradap petugas kesehatan. beberapa<br />

wilayah masih rendah tingkat kepercayaannya dan<br />

kepercayaan mereka kepada dukun semakin tinggi.<br />

petugas kesehatan pemerintah dianggap sebagai<br />

orang baru yang tidak mengenal masyarakat "<br />

sehingga perilakr.r tersebut sangat beresiko terhadap<br />

perkembangan keharnilannya"<br />

. lbu lebih per@ya kepada dukun daripada tenaga<br />

'kesehatan itu atas dasar saran dari tetanga, teman<br />

ataupun orangtua. Mereka umumnya memeriksa'<br />

kan kehamilannya dan memasrahkan persalinannya<br />

kepada dukun beranak karena selain biaya pemerik-<br />

saan persaNinannya murah, rnudah dijangkau<br />

';tempatnya,<br />

tanpa rnengetahui dampak atau resiko<br />

yang akan terjadi pada kondisi keharnilannya.<br />

1. Kesirnpulan<br />

KESIMPULAN DAil SARAN<br />

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil<br />

penelitian tentang hubungan antara sosial budaya<br />

(kepercayaan) dengan perilaku k1 murni pada ibu<br />

hamil di desa bangkal wilayah kerja puskesrnas<br />

parnolokan tahun 2010 yaitu :<br />

a. Sebagian besar ibu hamil tidak percaya terhadap<br />

tenaga kesehatan didesa BangkalWilayah Kerja<br />

Puskesmas Parnolokan Tahun 2010.<br />

b. Saengahnya ibu hamiltidakmelakukan KlMumi<br />

pada tenaga kesehatan di desa Bangkal Wilayah<br />

Kerja Puskesmas Pamolokan Tahun 2010.<br />

c. Ada Hubungan Antara Sosial Budaya (Kepercayaan!<br />

dengan Perilaku Kl Murni pada lbu<br />

Hamildi Desa BangkalWilayah Kerja puskesmas<br />

Pamolokan Tahun 2010.<br />

2. Saran<br />

a, BagiTempatPenelitian<br />

Pada tempat penelitian, hendaknya meningkatkan<br />

kualitas pelayanan keharnilan terutama<br />

pada saat konseling tentang kehamilan pada ibu<br />

hamil agar percaya terhadaptenaga kesehatan<br />

dan mau memeriksakan keharnilannya ke<br />

tenaga kesehatan.<br />

b. Bagi Masyarakat<br />

1.<br />

2.<br />

5.<br />

lbu hamil dapat rnencari informasi tentang<br />

perneriksaan keharnilan yang bermutu untuk<br />

dirinya sebelurn melakukan pemeriksaan<br />

keharnilan, sehingga kondisi janin dan ibunya<br />

sehat.<br />

KEPUSTAI(AAN<br />

Sambutan Menkes Februani. {200g} <<br />

unpur-sunabala-eheahh-org> [ Diaks<br />

tansal 20 Januari 20091.<br />

Henri.{2008l"Pelayonon ANC don Sorsna<br />

Kese h oto n. <br />

[Diakses tanggal 2l Januari 2m91.<br />

Prawirohardjo, Sarwono. {2006). $mu<br />

Kebidana n. Jakarta : yBp-Sp<br />

Kalangie, Nico.S. {1994}. Kebudayoan Don<br />

Kesehaton. lakarta : pT. Kesaint Blanc<br />

lndah Corp.<br />

Depkes. {1994}. Pedoman pelayonon Antmstal<br />

di Tingkat kloyanan Dosor. Jakarta:<br />

Depkes Rt.<br />

5. Depkes. (1995). pdoman pemontouonWilayoh<br />

Setempat Kesehotan tbu dan Anok.<br />

Jakarta: Depkes Rl.<br />

7. Notoatmodjo, S. {2005}. Metodelogi penelition<br />

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.<br />

8. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapon<br />

Metodelogi penelitidn ilmu<br />

Keperawatan. Jakarta: Salemba<br />

Medika.


PENGARUH PEMBERIAI\ TEH HIJAU<br />

(CA-fuTELIA S INE NS I S) SE DU H TE RHADAP<br />

PENURUNANI I(ADAR TNTERTE UKIN-I (L-1)<br />

DALATVI PI-ASI\,IA TIKUS PUTIH (RATUS<br />

NOW RGICUS STRAIN WSTAR)YAI\G DI<br />

INDUKSI ADJAVAIVT ARTTIRITIS<br />

Oleh:<br />

EKO MUIYADI-I<br />

ABSTRACT<br />

Background: People believe by drinking green tea will prevent rheumatoid<br />

arthritis. But it still not clear is grean tea pr event rheumatoid arthritis? Outcome of<br />

this research to discover relation of grean tea and decrease of plasma leve lL-1 (main<br />

pathophisiology of rheumatoid) induced adjivant arthritis rat.<br />

Method: This researh is true experimental with post test control group design,<br />

sample choise by simple random sampling. 25 sample defide 5 group, each group<br />

assigned 5 sample of rat (ratus novergicus strain wistar), experiment group intervent<br />

with grean tea and adjuvant arthritis induced. Group A intervent 110mg green tea,<br />

group B intervent 24omggreen tea, group C intervent 550mg green tea. Group D<br />

induced adjuvant arthritis onlyto perform positive controlgroup.group E is normal<br />

sample to perform negative control group. Mesured variable is interleukin-l with<br />

elisa (enzim linke imuno serbant assay)method.<br />

Result and conclusion: Green tea decreased plasma level of lnterleukin-l induced<br />

adjuvant artritis rat, but the decreased of lL-1 not signMcant perforrn by P value:<br />

0.134. the conclusion of this research is green tea decoc do not decreased plasma<br />

level of induced adjuvant arthritis rat. Based on this research, we propagate to the<br />

next reseach need to measured the sinovial liquid level lL-1<br />

Keyword : Green tea, Rheumatoid arthritis, lnterleuikin -1<br />

PENDAHULUAN<br />

Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi kronis pada sendiyang belum<br />

diketahui penyebabnya (John Hopkins university,2005). RheumotoidArthritisdapat<br />

menyebabka n deformitas pada sendi dan gangguan furgsi y.arg seringdisertaidengan<br />

nyeri, sulit pengobatannya apabila sudah terjadi deformitos kecuali dengan<br />

*) Eko Mulyadi, S.Kep.,Ns: Pembantu Dekan 1 Fikes Unija furnenep Madura<br />

M


emralneretunryrmqfu,t/eldirra.<br />

pemMahan {Koopman, 2000}. Meskipun penyakit<br />

ini dapat rnenyerang pada semua umur dan sernua<br />

jenis kelamin, namun lebih banyak d$urnpai pada<br />

wanita dengan perbandingan antara pria dan<br />

wanita 3:1, terutama pada usia subur {Anderson,<br />

1999! dengan helnuensi sekitar 5O0 lcasus pertahun<br />

per tr juta penduduk (Anderson, 1 999).<br />

Tanaman teh termasuk dalam genus Comefio<br />

srhensrt pada awalnya kebiasan rninum teh berasal<br />

dari Cina dan lndia, kernudian berkernbang ke<br />

Jepang lalu ke Eropa, dan pertarna kali masuk ke<br />

lndonesia dibawa oNeh seorangJerman pada tahun<br />

1684, pada tahun 1910 pertebunan teh pertama<br />

kali dibangun di Gambang Jawa Barat, seiak itulah<br />

teh mulai berkembang di lndonesia (PTPK<br />

Garnbang 2fi)51 dan menjadi minurnan yang dikenal<br />

luas di masyanakat (Fuller" 20(B). Saat ini maryrakat<br />

nnernpercayai dengan rninum teh hiiau dapat<br />

mencegah penyakit rheurnotaid arthtitis (Kompas<br />

cyber media, 20051. Namun belurn jelas bagaimana<br />

mekaisme teh hijau sehingga dapat mencegah<br />

terjadinya freumatoid arthritis, karena penelitan<br />

tentang rheum otoid afthrtfi s saat ini masih banyak<br />

pertentangan satu sama lain, dan tak ada bukti<br />

epidemologi yang jelas menyebutkannya {Kmpma4<br />

2m01.<br />

Dengan minum teh 3-5 gelas perhari, tnenunjukkan<br />

insiden terjadinya stroke dan serangan<br />

jantung lebih rendah dari pada yang tidak minurn<br />

teh (Dinkes propinsi.,20o5). Polifenol teh hijau<br />

secara signifikan mereduksi insidensi dan keparahan<br />

ar$rritis" ekspresi mediator inflamatori yang meliputi<br />

siklooksigenose-Z, interferon getnmo, dan IJVFalpho<br />

lebihrendah pada sendi arfh ritik dari mencit<br />

yang diberi poliphenol teh hijau. {Kompas cyber<br />

media,2(F5)<br />

Dan temyata kadar poliphenolyang terkandung<br />

dalam teh lndonesia yang merupakan kornponen<br />

aktif dari teh hijau ternyata 1.34 kali lebih tinggi<br />

dibanding negara lain {PTPN |V,2005}. pengobatan<br />

rheumatoid arthritits adalah dengan mengharnbat<br />

inteleukin-7 dan trNF g, s€cora bersama sama<br />

sehingga rnencegah tejadinya perusakan sendi,<br />

resorbsi tulang osteopenia dan proses inflamasi,<br />

akivitas inteleukin-7 merupakan patogenesa utama<br />

tl5<br />

dari rfi eurratoid orthritis, narnun menghambat<br />

interlewki*I saja masih merupakan problematika<br />

dan rnasih dalarn penelitian, hal tersebut karena<br />

banyak qytokin yangserupa yang mempunyai efek<br />

sinergi seperti TIllFg flohn Hopkins university, 2fl)5<br />

Dari uraian diatas diketahui bahnn rhemotaid<br />

arthrtitis rnerupakan penyakit yang sukar<br />

disembuhkan, sangat rnenggangu aktivitas dan<br />

merupakan penyakit urnum banyak terjadi di<br />

masyarakat. Selain masyarakat banyak mempercayai<br />

teh hijau dapat menyembuhkan penyakit<br />

rheumataid arthftitis,teh merupaka minuman yang<br />

mudah didapat dan harganya relatif terjangkau<br />

untuksemua kalangan masyaraka! namum belum<br />

ada penelitian yang secara jelas menyebutkan<br />

pengaruh teh hijau terha dap rheumotoid arthtritis,<br />

sehingga hal tersebut menjadi perhatian pada<br />

penelitian ini.<br />

BAHAN DAI{ CARA PENETMAN<br />

Fenelitian ini merupakan penelitian eksperirnerp<br />

tal mumi dengan metode ran€ng post test control<br />

group design yang terdiri dari 25 tikus wistar yang<br />

dipilih secarasimple random sampling yang dibagi<br />

menjadi 5 kelompokpitu:<br />

Kelompok A : dipapar arthritis adjwant dan diberi<br />

teh hijau dengan dosis 110 rng/kgBB<br />

Kelompok B : dipapar arthritis adjurnnt dan diberi<br />

teh hijau dengan dosis 24O mg/kgBB<br />

Kelornpok C : dipapar arthritis adjuvant dan diberi<br />

teh hijau dengan dosis 550 rngftgBB<br />

Kelompok D : Kontrol + : dipapar adjwant arthritis<br />

tanpa diberiteh hijau<br />

Kelornpok E : Kontrol - : tak dipaparadjuvant arthritis<br />

takdiberiteh hijau<br />

Dengan masing rnasing kelompok 5 tikus, penelitian<br />

ini dilaksanakan selarna 4 minggu yang setelah hari<br />

terahir tikus akan dibunuh untuk diperika kadar<br />

interleukin-l. Secara singkat digambarkan dalam<br />

bagan 1.


46 lurnal Kesehatan lAllraraja Medika'<br />

Idfrrq ecoterlutd bllru (Hp A!,C) tu 2f bd<br />

pcoguhruII-6<br />

Bagan 1: Desain penelitian pengaruh teh hijau<br />

terhadap kadar interleukin-2 pada tikus<br />

yang diinduksi adjuvant arthritis<br />

Analisa data dilakukan dengan cara melihat<br />

perbedaan teh hijau dengan berbagai dosis (dosisl:<br />

3,3gr/kgBB, dosis 2:5,5grlkg9B, dosis 3:13,2gr/<br />

kgBB) diuji dengan tehnik statistik anova, dengan<br />

derajat kepercayaan 95Yo, s, = 0,05, bermakna bila<br />

p


turnal Kesehatan'Wi raraJa Medikd' 47<br />

Tabel 2 : Hasil uji ll-l dengan One WayAnova<br />

Variable Mean 5D 95% Cl P value<br />

A<br />

B<br />

c<br />

D<br />

E<br />

s'<br />

es<br />

*.<br />

$sl<br />

.9.<br />

t"[<br />

.2<br />

rx :t<br />

qs<br />

$<br />

3.888<br />

4.720<br />

3.480<br />

4.180<br />

3.I88<br />

Dari hasil tersebut dapat diagambarkan<br />

dengan grafik 1.<br />

4.23M8<br />

1.09920<br />

7.87877<br />

5.5294<br />

1.4676/-<br />

*B: su&<br />

3.36274.41328<br />

3.355r&6.0M84<br />

2.s01724.45828<br />

3.493434.86657<br />

8,52162-5.52284<br />

0.134<br />

Grafik 1 : hasil uji lL-l dengan One Way Anova<br />

Keterangan:<br />

A. kelompok sample dengan induksi adjuvant<br />

arthritis + dosis teh hijau 110m9/kgbb<br />

B. kelompok sample dengan induksi adjuvant<br />

arthritis + dosis teh hijau 240m9/kebb<br />

C. kelompok sample dengan induksi adjuvant<br />

arthritis + dosis teh hijau 550m9/kgbb<br />

D. kelompok sample dengan induksi adjuvant<br />

arthritis<br />

E. kelompoksampletikussehat<br />

Dari grafik tersebut tampak perbedaan secara<br />

deskriptif barwa teh hijau. mempenguhi kadar /[-I,<br />

yang digambarkan dengaan kadar lL-I pada<br />

kelompokAdan Cyang lebih rendah darikelompok<br />

D sebadai kontrol positif, walaupun pada kelompok<br />

B kadar /1.-1 lebih tinggi dari kelompok D. Dari grafik<br />

diatas dapat diketahui bahwa dosis 550mg<br />

(kelompok.C) merupakan dosis yang paling efektif<br />

untuk menurunkan lL-1<br />

Namun setelah dilakukan pengolahan data<br />

dengan u1i one way anovo (analysis of variance) 5P55<br />

77 for window ternyata perbedaan tersebut tak<br />

signifi kan yang ditunjukkan dengan p value 0.134 lebih<br />

besar dari nilai cr 0.05. yang terlihat pada table 2'<br />

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan<br />

penurunan antara berbagai variasi dosis dilakukan<br />

analisa data dengan post hoc test dengan multiple<br />

comparisons pada spss 11 for windows.<br />

Tabel 3: Multiple Comparisons<br />

Perlakuan (l) Perlakuan(J) significant<br />

Klp A (dosis<br />

110mgr4


uji tSD multiple comparisons SPSS 11for windows<br />

dengan nilai pvolue 0.120 yang dapat dilihat pada<br />

tabel 5.3. Usia daritikus sampelyang diduga sangat<br />

bervariasi juga dimungkinkan mempengaruhi<br />

perbedaan ini menjadi tak signifikan. Ketidakbermaknaan<br />

penurunan tersebut dimungkinkan<br />

karena adanya beberapa faktor, berat badan rata-<br />

rata yang berbeda antara kontrol positif (1169r) dan<br />

kontrol negatif (106) juga dimungkinkan mempengaruhi<br />

halini.<br />

2. Pengaruh Teh Hijau Seduh Terhadap<br />

Penurunan Kadar lL-l pada Berbagai<br />

Dosis<br />

Pada tikus kelompokAyaitu kelompok perlakuan<br />

dengan dosis teh hijau sebesar 110mg, dengan nilai<br />

mean lL-7 sebesar 3.888 lebih rendah dari kontrol<br />

positif yaitu 4.180, secara deskriptif ini membuktikan<br />

bahwa teh hijau mempengaruhi kadar lL-1, Teh hijau<br />

mempunyai ef ek chon drioprotective dan mencegah<br />

degradasiproteoglikan dan kolagen type ll dengan<br />

menurunkan pro inflamasi sitokin lL-L dan TNF<br />

(Adcock et al, 2001 ), namun ternyata perbedaan<br />

tersebut tak signifikan setelah diuji dengan uji<br />

statistik one way anova.<br />

Nilaimeon dari kadar/l-J pada tikus kelompok B<br />

yang merupakan kelompok tikus dengan induksi<br />

adjuvant arthritis dan pemberian seduhan teh hijau<br />

dosis 240mgBb yaitu sebesar 4.720, justru lebih<br />

tinggi dari kelompok kontrol positif (tikus yang di<br />

induksi adjuvont arthritis tanpa diberi seduhan teh<br />

hijau) yaitu sebesar 4.180. Hal ini mungkin terjadi<br />

karena kadar inteleukin-7 yangdiukur pada serum<br />

darah secara sistemik bukan pada lokal cairan sendi,<br />

dan mungkin terdapat perbedaan antara kadar/[-I<br />

di sendi dan di plasma, karena penelitian yang<br />

menyebutkan bahwa epigallo catechin gailote (zat<br />

aktif dari catechin) menghambat /l-l adalah di<br />

condrocyte sendi, dan tak disebutkan bagaimana<br />

dengan kadar /l-l di plasma darah (Tariq M<br />

Haqqi.2002), teh hijau mempunyai efek chondrioprotective<br />

pada dan mencegah degradasi proteoglikon<br />

dan kolagen type ll dengan menurunkan pro<br />

inflamasi sitokin lL-7 dan INF (Adcock et al, 2001)<br />

sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya<br />

perlu di ukurjuga kadar lL-7 pada cairan sendi.<br />

Hal ini mungkin terjadi karena pemberian<br />

seduhan teh hijau pada tikus kelompok A, B, C,<br />

diberikan dengan sonde yang dibuat dari jarum<br />

I urna I Kesehata n'Wi ra raja Medi ka,<br />

suntik (terbuat dari besi) yang ujungnya dibuat<br />

tumpul melalui mulut, meskipun sonde ini telah<br />

dibuat tumpul ujungnya namun sonde tersebut kaku<br />

karena dibuat dari besi sehingga tetap akan<br />

merangsang proses terjadinya inflamasi karena<br />

terpaparnya tenggorokan tikus dengan sonde yang<br />

dilakukan setiap hari, sehingga meningkatkan kadar<br />

interleukin-7 pada plasma karena /[-I merupakan<br />

mediator inflamasi, sedang pada kelompok kontrol<br />

tak dilakukan sonde dan ini sesuai dengan teoriHeat<br />

Shock Protein (HSpl adalah sekelompok protein<br />

berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh<br />

sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress.<br />

telah diketahui terdapat hubungan antara HSp dan<br />

sel T pada pasien rheumatoid arthritis, meskipun<br />

mekanisme hubungan ini belum diketahuidengan<br />

jelas. (John Hopkins university, 2OO5), disarankan<br />

untuk penelitian selanjutnya penggunaan sonde<br />

dibuat dari plastik yang lentur sehingga meminimal_<br />

kan gesekan pada saat menyonde.<br />

Perbedaan ini mungkin terjadi karena pem_<br />

berian teh hijau dengan seduhan, sehingga semua<br />

zat aktif yang terlarut akan ikut dalam seduhan dan<br />

mungkin bereaksi satu sama lain. Teh hijau me_<br />

ngandungpo liphenol,yang merupakan zat ahif dari<br />

teh hijau. Kunci utama dari ktrasiatteh berada pada<br />

komponen bioaktifnya y artu fiiphend,yang secara<br />

optimal terkandung ddan del'! tefi yang masih<br />

muda dan utuh, cofedrir #r seqawa dominan<br />

dari polifenol, dan ter&i M qidrltecin, catechin<br />

g a I I a t, e p i g I I o cotechin, epgnnoote ch i n g a I I a t,<br />

catechin dan gollot, catedfu -{rteh senyawa larut<br />

air yang memberikan rasa p*dt pada teh dan<br />

astringensi alias ket*-{R.fu. An5}. Sedang pada<br />

penelitian yang dilahbr dr T-it M Haqqi hanya<br />

menggunakan epg*ocdr Ernote yang meru_<br />

pakan zat aktif dari fulF erEan proses ekstrak<br />

(Tariq M Haqqi et {2fix2| Frmakokinetik dari<br />

katekin yang menrp&i qprc paling dominan<br />

dari poliphend bef"nr eTanftf fuhui, katekin<br />

a ka n d ia bsorbsi dari sefi,,rarr tastroi ntesti n a I<br />

mengikuti proses p€noenrEll, jbnrfdh katekin dalam<br />

darah masih d,ap*fl,ftr*rrcp bap jumlah yang<br />

diabsorbsi, terd*rihli frl6**me dan dieks_<br />

kresibelum dil(dai F*rE. p:lhr pada manusia<br />

menunjukkan pade etr hijau banyak<br />

ditemukan pada b.rlrdr png tinggi lipo_<br />

protein, juga padr b q gryrotein (Chad<br />

bradsdaw, 2()ffil- Scl+-a dlnrankan untuk


twffi I Kerehsta n %lremla Medlk{ 49<br />

penelitan selaiutnrla rnenggunakan ekstrakteh hijau<br />

dengan zat aktif spesitik Vang dipilih<br />

Ferbedaan tersebut mungkin terjadi karena<br />

belum diketahuinya dosis efehif teh hijau yang dapat<br />

menurunkan kadar l[-1 pada plasma tikus yang<br />

diindtrksi adiuvant orthritis, peneliti hanya rnengkonversidosis<br />

efektif teh hijau pada manusia ketikus<br />

dan penelititak melakukan eksplorasi dosis efektif<br />

teh hijau karena ketebatasan waktu, sehingga<br />

disarankan untu k penelitian selanjutnya dila kukan<br />

dulu ekplorasi dosis teh hijau yang efektif pada tikus.<br />

Pada tikus kelompok Cyaitu kelompok perlakuan<br />

dengan dosis teh hijau 550mg, nilal mean sebesar<br />

3.480lebih kecil dari kelompok D (kontrol posit0<br />

yaitu 4.180, pada kelompok C merupakan kelompok<br />

sampel dengan kadar t[-1 terendah diantara<br />

kelompok perlakuan A, B, C. ini membuktikan secara<br />

deskriptif teh hijau dengan dosis 550 merupakan dosis<br />

paling efektif untuk menurunkan kadar IL'7, Palyphenoldari<br />

teh hijau merupakan zat antioksidan<br />

yang potensial,teh hijau juga meningkatkan enzymenzym<br />

antioksidan, dalam studi pada tikus yang<br />

diberiteh hijau selama 30 hariditemukan peningkatan<br />

aktivitas dari glutothione peroxidase, gluta'<br />

thione reductase, glutothione S'transferase,<br />

cota I ose, dan qu i n on e red ucfose ( meru pa ka n e nzym<br />

antioksidan dan detoksifoing) pada usus halus dan<br />

paru-paru. (Chad bradsdaw, 2000), namun setelah<br />

dilakukan perhitungan dengan uji statistik o ne wdy<br />

onovo perbedaan tersebut tidak bermakna dibuktikan<br />

dengan nilai P value O.L34, berarti lebih besar<br />

dari 6 yaitu 0.05.<br />

Setelah dilakukan analisa dengan multiple<br />

comparisons maka dapat diketahui terdapat<br />

perbedaan yang signifikan antara klp B dengan klp C<br />

dengan tingkat signifikansi0.044. hal ini menunjukkan<br />

bahwa efek teh hijau pada dosis kelompok C<br />

mempunyai pengaruh yang paling besar sehingga<br />

bisa disimpulkan dosis 550me/kgbb teh hijau<br />

merupakan dosis yang paling efekif untuk menurunkan<br />

kadar lL-l.Juga terdapat perbedaan yang<br />

signifikan antara klp B dengan kontrol (-) dengan<br />

tingkat signifikansi 0.21. Hali ini membuktikan juga<br />

bahwa dosis 240m9/kgbb mempunyai pengaruh<br />

terhadap penurunan kadal lL-1 dengan pernbanding<br />

kontrol (-). meskipun bila dibandingkan dengan<br />

kontrol positif menjadi tidak signifikan.<br />

Kesimpulan<br />

KESIMPULAN DAH SARAN<br />

fth hijau tidak mempengaruhi penurunan kadar<br />

lntedeukin-I fll-tl pada tikus yang diinduksi dengan<br />

odjuvont arthritis.<br />

Saran<br />

Ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini<br />

dan untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan:<br />

1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya perlu<br />

di ukurjuga kadar lL-1 pada cairan sendi<br />

2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya penggunaan<br />

sonde dibuat dari plastik yang lentur<br />

sehingga meminimalkan gesekan pada saat<br />

menyonde.<br />

3. Disarankan untuk penelitan selajutnya menggunakan<br />

ekstrak teh hijau dengan zat aktif<br />

spesifik yang dipilih<br />

4. Disarankan untuk penelitan selajutnya ekplorasi<br />

dosisteh hijau sebelum melakukan penelitian<br />

KEPUSTAKAAN<br />

1. Adcock, C, Collin, P, Buntle, DJ, 2001. Cotechin<br />

from Green Tea (Camellia Sinensis)<br />

lnhibit Bovine and Humon Cortilage<br />

Proteoglycon and Type ll Collagen<br />

Degradation in Vitro.J Nutr.132:34 1-<br />

346(CD-ROM: Medical Proquest,<br />

200s).<br />

2. Arikunto Sunarsimi.2O02 Prosedur Penelition<br />

Suatu Pendekotan Prakek edisi revisi<br />

V, Jakarta Rineka Cipta<br />

3. Bathon, Joan, 2003.Rheumatoid Artritis<br />

Pothophysiology. Page: ;1.14i(htIp:l /<br />

www.the john Hopkinns University.edu.on<br />

behalf of its division.<br />

diakses tanggal 24 agustus 2005)<br />

4. Chad bradsdaw, Nguyen, A, Surles, J, t997,<br />

Green tea caamelia sinensis (nttp;l/<br />

www.Geocities.com, diakses 29<br />

Agustus 2005)


50 turnal Ke*haton nilIramJo Medlka'<br />

5. Darmansjah, t99S.DasarTokikologiHubungan 11. M,Haqqi,t, D,Anthony,D, Gupta,S,.Ahmad,N,<br />

ontara Hewan Cobo dengan Monusia.<br />

Farmakologi dan Terapi. Fakultas<br />

Kedokteran lndonesia<br />

5. Dinkes Propinsi., Efek Pemberian Teh Hijau.<br />

(http;//www. Depkes.Org.diakses 28<br />

agustus 2005)<br />

7 . Fuller, Stephe n. 2O04. Kh a si ot Te h H ij o u.Jakarta:<br />

Prestasi Pustaka Publisher<br />

8. Guyton and Hall, 2000.Fisiologi Kedokteron,<br />

Jakarta:EGC<br />

9. Kompas.2005. Khosiat Teh Hijau.(http:/l<br />

www.Kompas Cyber Media, Diakses<br />

28 agustus 2005)<br />

10. Koopman, William, 20OO.Arthritis dnd Allied<br />

Condition a Text Book ol<br />

Rheumdtology 73'h edition, Pensylvania:<br />

Rose Tree Corporate Center<br />

Lee,M,S, Kumar,G;K, Mukhtar,H.<br />

L999.Prevention of Collog e n-i nd uced<br />

Arthritis in Mice by a Potyphenolic<br />

Fraction from Green Tea.452&4529<br />

(Online) (http://www.pnas.org,<br />

diakses 2 September 2005)<br />

12. Price, A.S .7996.Patofi siologi edisi 4, lakarta : EGC<br />

13. PTPK20O5 Penelitian Teh don penelitian Kina<br />

PTPK Ga m ba n g,(http: I lwww. pTpK.<br />

Org, diakes 25 Agustus 2005)<br />

14. PTPN lV 2005. Pe*ebunon leh. (http://www.<br />

PTPN.ina. Diakes 20 agustus 2005)<br />

15. Sjaifoellah, Noer. L999. Buku Ajar llmu penyokit<br />

Dolam Jilid 7, Edisi ke-3.Jakarta:Balai<br />

penerbit FKUI<br />

15. Sutanto Priyo Hastono.2001. Modul Analisis<br />

Doto.Fakuhas Kesehatan Masyara kat<br />

Univensitas lndonesia.


PERBEDAANI PRE STASI BEI.AJAR<br />

IVIAFIASI SWA DIII KEBIDAI\ANT MAI.ANIG SE.<br />

MESTER rr TAHUN AJARAN 2005/2009 yAr\rc<br />

DITERII\,IA MEI-ALUI JALUR PMDP DAhI<br />

JALUR SELEI$I TES UJI TULIS DI PROGRAM<br />

STUDI DIII KEBIDAI\AIN POLTEKKES<br />

DEPKES I\,IAI.AI{G<br />

Oleh:<br />

IVA GAMAR DIAN PRATIWI-)<br />

ABSTRAK<br />

Background: Achievement learn is a result obtained in activity learn the goodness in<br />

the form of number assessment and also words assessment periodically. New student<br />

Acceptance system in some Polytechnic of Health do not is only relied on by a test<br />

value write like college school of generally, but some Poltekkes have the new policy<br />

by enhancing new student acceptance band that is with the achievement band.<br />

since teaching year 20og / 2009 New student Acceptance system in Dlll program<br />

The Unlucky Midwifery study do not is only passed bythrough tes write, but with the<br />

achievement band also. lntention of this research is to know the achievement<br />

difference learn among student accepted with the band of PMDP and selection band<br />

test to write at Unlucky student Dlll Midwifery of semester of Unlucky ll Poltekkes<br />

Depkes of Teaching Year 2008 | 2009.<br />

Method: This Desain Research use the analytic desain of komparasi. population<br />

used in research is all unlucky student Dlll Midwifery of semester ll in Unlucky<br />

Poltekkes Depkes ofTeaching Year 2008 I 2oog as much 100 people. sum up the<br />

sampel as much 78 people. Technics of sampling used by that is technique of<br />

proportional random sampling . Processing and analyse the data in this research use<br />

the test t- test by signifikasi = 0, 05 constructively computer.<br />

Result and conclusslon: Result of research indicate that Most responder in band<br />

PMDP have the value IPK in category very gratifying that is as much 73,6gyo, mostly<br />

responder in selection band test the test write to have the value lpK in categoryvery<br />

gratifoing that is as much 79,66%, and after conducted by a data analysis by using<br />

test t test, got by conclusion that there no Achievement Difference Learn The Unlucky<br />

student Dlll Midwifery of semester of ll of teaching Year 2008 / 2oo9 Accepted by<br />

*) lva Gamar Dian Pratiwi, S.ST: Dosen Prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong><br />

Madura<br />

51


52 I umal Ke se hatu n aili rd raia Medi ka"<br />

Through band.of PMDP and also Selection TesTestto Write in Program of Studyof Dlllof Unlucky Midwifery<br />

Poltekkes Depkes. ls so that expected by seluru student of both for accepted bythroughband of PMDP and<br />

also selection test the test write remain to can Jnaintain and improve the this achievement mereka.Desain<br />

Research use the analytic desain of komparasi. Population used in research is all Unlucky student Dlll<br />

Midwifery of semester ll in Unlucky Poltekkes Depkes of Teaching Year 2008 / 2OO9 as much 100 people.<br />

Sum up the sampel as much 78 people. Technics of sampling used by that is technique of proportional<br />

random sampling . Processing and analyse the data in this research use the test t- test by signifikasi = 0, 05<br />

constructively com puter.<br />

l(ata Kunci : Achievement Learning, PMDB selection test the test write.<br />

PENDAHUTUAN<br />

Menghadapi percepatan pencanangan<br />

Millenium Development Gools (era pasar bebas atau<br />

globalisasi sebagai era persaingan mutu atau<br />

kualitas), yang semula dicanangkan tahun 2020<br />

dipercepat menjadi 20L5, maka pembangunan<br />

Sumber Daya Manusia (SDM ) berkualitas merupakan<br />

suatu yang tidak bias ditawar lagi. Hal ini mutlak<br />

diperlukan karena akan menjadi penopang utama<br />

dalam pembangunan yang mandiri dan berkeadilan<br />

(Mulyasa,2OO2l.<br />

Pendidikan sekarang ini sudah menjadi sangat<br />

penting. Setiap orangyang ingin diakui masyarakat,<br />

bahkan untuk mempunyai kehidupan yang lebih<br />

layak sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya.<br />

Maka pendidikan yang berkualitas dengan hasilyang<br />

memuaskan sangat diharapkan oleh seluruh peserta<br />

didik. Dan jurusan yang paling banyak diminati saat<br />

ini yaitu kedokteran. Bidang ini tidak pernah sepi<br />

darilapangan kerja. Bukan cuma kedokteran umum<br />

tapi juga keperawatan dan kebidanan. (Dinkes,<br />

20071.<br />

Pendidikan tinggi kesehatan diselenggarakan<br />

untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota<br />

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik<br />

dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan<br />

dan menciptakan ilmu pengetahuan dan<br />

teknologi. Salah satu satuan pendidikan penyelenggara<br />

pendidikan tinggi yang menghasilkan<br />

tenaga kesehatan adalah Politeknik Kesehatan yang<br />

memiliki program studi kebidanan. (Dinkes, 2007)<br />

Sistem Penerimaan siswa Baru (PSB}di beberapa<br />

Politeknik Kesehatan tidak hanya didasarkan pada<br />

nilai ujian tulis seperti Sekolah Perguruan Tinggi pada<br />

umumnya, tetapi beberapa Poltekkes mempunyai<br />

kebijakan baru dengan menambahkan jalur peneri-<br />

maan siswa baru yaitu dengan jalur prestasi. Prestasi<br />

belajar siswa merupakan cerminan dari keberhasilan<br />

dari kegiatan belajarnya. Prestasi belajar siswa<br />

meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek<br />

psikomotor, dan aspek afektif. Tinggi rendahnya<br />

prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak hal, baik<br />

dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Faktor<br />

dari luar siswa diantaranya adalah jalur penerimaan<br />

siswa baru yang dilaluinya. (Diknas, 2OO7l.<br />

Peneriman mahasiswa baru diantaranya yaitu<br />

melalui seleksites ujitulis atau lebih dikenal seleksi<br />

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)<br />

dan jalur prestasi. SNMPTN adalah kegiatan seleksi<br />

calon mahasiswa untuk memasuki Perguruan Tinggi<br />

Negeri di tingkat Nasional dengan Pola ujian tulis<br />

dan ujian keterampilan khusus bagi Program Studi<br />

tertentu. Penyelenggaraan seleksi ini dilaksanakan<br />

oleh Panitia SNMPTN dan ditempatkan di kota-kota<br />

yang strategis dimana Perguruan Tinggi Negeri<br />

berada. (shiro,2008)<br />

Untuk bisa mengikutiSNMPTN dan jalur prestasi,<br />

Depdiknas menjadikan nilai UN sebagai pertimbangan.<br />

Dan sistem penilaian kelulusan/ penilaian<br />

hasil belajar SMU dilakukan oleh pendidik, satuan<br />

pendidikdan pemerintah. Penilaian hasil belajaroleh<br />

Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional.<br />

UN didukungoleh sistem yang menjamin mutu dan<br />

kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman,<br />

jujur, dan adil. Dalam rangka penggunan hasil UN<br />

untuk pemetaan mutu Program atau satuan<br />

pendidikan Pemerintah menganalisis dan membuat<br />

peta daya serap hasil UN. Penilaian hasil belajar oleh<br />

pendidik dilakukan secara berkesinambungan,<br />

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan<br />

belajar peserta didik serta untuk meningkatkan


I a r nsl ttescflof;a n' Wir*@ Medik{ 53<br />

efektivitas kegiatan pem belaja rran. Sedangkan<br />

penilaian fiasil belajar oleh satuan pendidikan<br />

dilakulcan untuk r,nenilai pencapalan kompetensi<br />

peserta didik pada sern ua mata pelaiaran" Kegiata n<br />

penllaian untuk penilaian yang dilakukan oleh<br />

pendidik dan satuan pendidik, tentunya tiap Sekolah<br />

Menengah Urnum mempunyai perbedaan yang<br />

sernuanya dilakukan dengan melalui rapat Dewan<br />

Pendidik sesuai dengan kriteria- kriteria yang telah<br />

ditetapkan. (Diknas, 2007).<br />

Sejak tah un ajaran 20082009 sistern Penerimaan<br />

Mahasiswa Baru (PSB) di Dlll Program Studi<br />

Kebidanan Malang tidak hanya dilalui rnelalui tes<br />

tulis, tetapi dengan jalur prestasi juga. Untuk calon<br />

mahaslswa baru yang berminat rnelaluijaltrr prestasi<br />

harus memenuhi persyaratan yaitu nilai prestasi<br />

akademik untuk mata a.!ar Fisika, Kimia, Biologi,<br />

maternatika, dan Bahasa lnggris minirnal75 (tuiuh<br />

lima), ajar lain minimal nilai 7O (tujuh puluh) dari<br />

sernester 1-5, memiliki prestasi nonakademik<br />

selama di bangku SLTA di tingkat sekolah/lokaU<br />

regionaUnasional, dinyatakan lulus dalam Ujlan<br />

Akhlr Nasional {bila sudah diterima}. Program Studi<br />

Dlll Kebidanan Malang terdiri dari tiga prodi yaitu<br />

Prodi Kebidanan Malang, Kediri, danJember. Untuk<br />

Prodi Kebidanan Malangyang diterima melalui jalur<br />

prestasi sebanyak 24orangdan tes tulis sebanyak<br />

76 orang. (Poltekkes Depkes Malang 2W71.<br />

BAHAN DAN CARA PENELNNN<br />

Desain penelitian adalah uraian tentang metode<br />

atau cara yang akan digunakan dalam penelitian.<br />

(Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan desain<br />

analitik kom parasi yaitu mengetahui perbedaan dua<br />

variabel independent, sehingga penelitian ini<br />

bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Prestasi<br />

Belajar Mahasiswa Dlll Kebidanan Malang semester<br />

ll Tahun ajaran 200q2009 Yang Diterima Melalui<br />

jalur PMDP dan SeleksiTes UjiTulis di Prognm Studi<br />

Dlll Kebidanan Poltekkes Depkes Malang.<br />

Pendekatan yang digunakan adalah cross<br />

sectional, dimana pengukuran/ observasi dari<br />

variabeldilakukan hanya satu kali, tidak ada follow<br />

up/ kegiatan ulangan. (Nursalam, 2003). Pengolahan<br />

dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan<br />

uji t- test dengan signifikasi c = 0,05<br />

dengan bantuan komputer.<br />

HASIT PENELITIAN DAfrT PEMSAHASAN<br />

1. Hasil Penelitian<br />

a. Sistem rnasuk responden ke Program Studi<br />

Kebidanan Poltekkes Depkes Malang.<br />

Distrihusi frekuensi Sistem masuk responden<br />

ke Prograrn Studi Kebidanan Poltekkes Depkes<br />

Malang pada bulan agustus 2009 dapat dilihat<br />

sebagai berikut:<br />

Tabel l: Distribusi Frekuensi Sistem masuk<br />

responden ke Program Studi Kebidanan<br />

Poltekkes Depkes Malang tahun 200fl<br />

2009<br />

No Sistem ltlasuk lumlah Prceentase<br />

1. PMDP 19 24,35%<br />

2. SelekiTest Uji<br />

tulis<br />

59 75,Molo<br />

Iumlah 78 10006<br />

Sumber data sekunder diolah, 2009<br />

Dari tabel 1 diketahui bahwa prosentase<br />

terbesar yaitu responden yang masuk melalui<br />

seleksitest ujitulis yaitu sebesar 75,64%.<br />

b. Hasil nilai lndeks Prestasi Belajar mahasiswa<br />

yang masuk dengan jalur PMDP<br />

Distribusi frekuensi nilai lndeks Prestasi<br />

Komulatif responden yang masuk dengan jalur<br />

PMDP pada bulan agustus 2009 dapat dilihat<br />

sebagai berikut:<br />

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi nilai IPK mahasiswa<br />

yang masuk dengan jalur PMDP tahun<br />

20094009<br />

No Prestasi Belaiar lumlah Prosentase<br />

1 Memuaskan 1 5,27%<br />

2. Sangat<br />

Memuaskan<br />

14 73,68%<br />

3. Dengan pujian 4 21,O5%<br />

Jumlah 19 100%<br />

Sumber data sekunder diolah, 2009


54 t u m a l Keseh ata n'Wi ra rajo Me dlka"<br />

Dari tabel 2 diketahui bahwa prosentase<br />

terbesar yaitu responden mempunyai nilai IPK<br />

dalam kategori sangat memuaskan yaitu seba-<br />

nyak73,68%o.<br />

c. Hasil nilai lndeks Prestasi Belajar mahasiswa<br />

yang masuk dengan jalur SeleksiTest UjiTulis.<br />

Distribusi frekuensi nilai lndeks Prestasi<br />

Komulatif responden yang masuk dengan jalur<br />

Seleksi Test Uji Tulis pada bulan agustus 2009<br />

dapat dilihat sebagai berikut:<br />

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi nilai IPK mahasiswa<br />

yang masuk dengan jalur SeleksiTest Uji<br />

TulisTahun 2OO8|2OO9<br />

No Prestasi Belajar lumlah Prosentase<br />

1 Memuaskan 2 3,39o1"<br />

2. Sangat<br />

Memuaskan<br />

47 79,66"1"<br />

3. Dengan pujian 10 16,95%<br />

Jumlah 59 100%<br />

Sumber data sekunder diolah, 2009<br />

Dari tabel 3 diketahui bahwa prosentase<br />

terbesar yaitu responden mempunyai nilai IPK<br />

dalam kategorisangat memuaskan yaitu sebanyak79,66/o.<br />

d. Analisis perbedaan Prestasi Belajar Mahasiswa<br />

Dlll Kebidanan Malang semester llTahun ajaran<br />

, 2OO82OO9 Yang Diterima Melaluijalur PMDP<br />

dan Seleksi Tes Uji Tulis di Program Studi Dlll<br />

Kebidanan Poltekkes Depkes Malang.<br />

Tabel 4: Tabel silang Perbedaan Prestasi Belajar<br />

Mahasiswa Dlll Kebidanan Malang semester<br />

ll Tahun Jaran 20O812009 yang<br />

diterima melaluijalur PMDP dan seleksi<br />

tes ujitulis di Program studi Dlll Kebidanan<br />

Poltekkes Depkes Malang.<br />

Nilai IPK semester<br />

I dan semester ll<br />

Selehi Masuk<br />

PMDP Seld


lumal Kesehaton'Wi rorata Medikd' 55<br />

dari jalur PMDP masuk dengan menggunakan<br />

sehksi nilai akademik dan non akademik mereka<br />

darisemester 1-5. Dan untuk penilaian darisetiap<br />

sekolah pun berbeda- beda, karena setiap<br />

sekolah memiliki sistem yang berbeda- beda<br />

dalam memberikan penilaian terhadap siswanya,<br />

yang semuanya tersebut ditetapkan dan<br />

disusun berdasarkan rapat koordinasi dsekolah<br />

tersebut masing- masing . Jadi seorang siswa<br />

yang terbaik disekolah tersebut belum tentu<br />

menjadi yang terbaik pada waktu berada di<br />

kampus Kebidanan, semua tersebut hanya bisa<br />

dilihat melalaui proses pembelajaran.<br />

Menurut Diknas (2007) sistem penilaian<br />

kelulusan/ penilaian hasil belajar SMU dilakukan<br />

oleh pendidik, satuan pendidik dan pemerintah"<br />

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan<br />

dalam bentuk Ujian Nasional. Penilaian hasil<br />

belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,<br />

bertujuan untuk memantau<br />

proses dan kemajuan belajar peserta didik serta<br />

untuk meningkatkan efektivitas kegiatan<br />

pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar<br />

oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai<br />

pencapaian kompetensi peserta didik pada<br />

semua mata pelajaran. Kegiatan penilaian untuk<br />

penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan<br />

satuan pendidik, tentunya tiap Sekolah Menengah<br />

Umum mempunyai perbedaan yang<br />

semuanya dilakukan dengan melalui rapat<br />

Dewan Pendidik sesuai dengan kriteria- kriteria<br />

yang telah ditetapkan.<br />

b. PrestasiBelajar Mahasiswa Dlll Kebidanan Malang<br />

semester llTahun Jaran 20082009 yang diterima<br />

Melalui Jalur Seleki Test Uji Tulis<br />

Untuk mahasiswa yang masuk melaluijalur<br />

seleksi test uji tulis didapatkan hasil penelitian<br />

bahwa sebagian besar yaitu 79,66Yo responden<br />

mempunyai nilai IPK dalam kategori sangat<br />

memuaskan, sebagian kecilyaitu 3,39% mempunyai<br />

nilai IPK dalam kategori memuaskan.<br />

Sama halnya dengan jalur PMDP berarti proses<br />

belajar mengajar dikelas telah berjalan dengan<br />

baik, serta adanya faktor pendukung lain yang<br />

baik yang ikut mempengaruhi proses pembelajaran,<br />

seperti dosen, fasilitas, tempat dan<br />

materi. Tetapi tidak hanya itu saja jika kita lihat<br />

secara keseluruhanpun nilai IPK yang diperoleh<br />

mahasiswa yang masuk melaluijalur seleksites<br />

uji tulis, hasilnya lebih bagus dari pada mahasiswa<br />

yang darijalur PMDP, Mahasiswa yang diterima<br />

melaluijalur seleksi tes uji tulis lebih benar- benar<br />

tersaring dan lebih ketat, karena mereka harus<br />

bersaing dengan sekian ribu peminat yang lain.<br />

Mereka masuk dengan mengikutites bersama<br />

yang dilakukan serentak oleh Departemen<br />

Kesehatan. Sehingga bisa diketahui mana saja<br />

calon mahasiswa yang benar- benar memiliki<br />

prestasi dan minat yang besar.<br />

Menurut Dinkes (2009) Pendidikan tenaga<br />

kesehatan merupakan keterpaduan dari Sistem<br />

Pendidikan Nasional dan Sistem Kesehatan<br />

Nasional. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor<br />

25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah<br />

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah<br />

Otonom, pada Bab ll Pasal 2 disebutkan bahwa<br />

bidang pendidikan dan kebudayaan tentang<br />

penetapan persyaratan penerimaan, perpin-<br />

dahan, sertifikasi siswa dan mahasiswa menjadi<br />

kewenangan Pemerintah (Pemerintah Pusat).<br />

Sehingga dengan demikian, kegiatan Seleksi<br />

Fenerimaan Siswa/Mahasiswa Baru Pendidikan<br />

Tenaga Kesehatan (Sipensimaru Diknakes) baik<br />

teknis dan administrasi keuangan diselenggarakan<br />

oleh Pemerintah Pusat, yaitu Badan Pengembangan<br />

dan Pemberdayaan SDM<br />

Kesehatan (BPPSDM Kes) melalui mekanisme<br />

kemitraan dengan Dinas Kesehatan Propinsi,<br />

Kopertis, Poltekkes dan lnstitusi Diknakes non<br />

Depkes. Dan instistusijuga di beri kewenangan<br />

untuk mengadakan penelusuran bakat atau<br />

psikotes<br />

Bagi institusi yang mernerlukan informasi<br />

mengenai minat, bakat dan tingkat kemampuan<br />

belajar calon peserta didik dapat menyelenggarakan<br />

tes penelusuran bakat atau psikotes.<br />

Penetapan institusi penyelenggara tes tersebut<br />

dilakukan oleh panitia tingkat propinsi.<br />

Hasil psikotes tersebut dapat dijadikan<br />

pertim bangan dala m penetapa n kel ulusan siswa/<br />

mahasiswa atau menjadi dokumen/informasi<br />

dalam pembinaan siswa/mahasiswa dalam<br />

proses belajar mengajar. (Dinkes, 2009)<br />

c. Ferbedaan Prestasi Belajar Mahasiswa Dlll<br />

Kebidanan Malang semester llTahun ajann 200V<br />

2009 Yang Diterirna Melaluijalur PMDP dan Seleki<br />

Tes Uji Tulis di Program Studi Dlll Kebidanan<br />

Poltekkes Depkes Malang.


56 t u rnal Kesehatan \li ra roja Medika'<br />

Dari hasilpenelitian dapat kita lihat bahwa<br />

sebagian besar nilai IPK responden yang diterima<br />

melalui jalur PMDP dan seleksi test uji tulis<br />

mempunyai nilai IPK dalam kategori sangat<br />

memuaskan dan sebagian kecildalam kategori<br />

memuaskan. Setelah dilakukan analisis data<br />

dengan menggunakan uji t test di simpulkan<br />

bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar pada<br />

mahasiswa Dlll Kebidanan Malang semester ll<br />

Tahun ajaran 200q2009 baik yang diterima<br />

melaluijalur PMDP dan SeleksiTes UjiTulis.<br />

Meskipun mereka masuk Program Studi<br />

Kebidanan Poltekkes Malang dengan jalur yang<br />

berbeda, tetapi bukan suatu kendala bagi mereka<br />

untuk berpacu mendapatkan prestasi yang baik.<br />

Baik mahasiswa yang masuk melaluijalur PMDP<br />

ataupun tes ujitulis sama- sama mempunyai nilai<br />

IPK yang bagus. Sehingga keberhasilan seorang<br />

siswa di dalam proses belajar mengajar sangat<br />

tergantung dari bagaimana seorang dosen<br />

mengajar, tempat, waktu dan fasilitas yang<br />

tersedia di kampus tersebut.<br />

Menurut Hasibuan (2008) komponehkomponen<br />

dalam proses pembelajaran diantaranya<br />

yaitu siswa, guru, materi, waktu, tempat<br />

dan fasilitas. Siswa adalah inti dari proses belajar<br />

mengajar. Untuk mendorong keterlibatan itu<br />

sendiri. Selain siswa, faktor penting dalam proses<br />

belajar mengajar adalah guru. Guru sangat<br />

berperan penting dalam menciptakan kelas yang<br />

komunikatif. Peran guru adalah sebagai fasilitator<br />

dalam proses yang komunikatif, bertindak<br />

sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak<br />

sebagai pengamat.<br />

Ruang kelas adalah tempat dimana proses<br />

belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan<br />

jumlah siswa akan berdampak pada penerapan<br />

teknik dan metode mengajar yang berbeda.<br />

Dalam hal mendorong dan meningkatkan<br />

keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan<br />

suasana yang nlraman di kelas. Alokasi waktu<br />

untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar<br />

mengajar juga menentukan teknik dan metode<br />

yang akan diterapkan oleh guru, kaitannya<br />

dengan waktu yang tersedia, guru perlu mela-<br />

kukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai<br />

sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi<br />

siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur<br />

waku yang baik untuk memastikan bahwa setiap<br />

siswa mendapat kesempatan yang sama untuk<br />

terlibat dalam proses pembelajaran. Fasilitas<br />

dibutuhkan untuk mendukung proses belajar<br />

mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan<br />

pembelajaran, guru menggunakan media<br />

pembelajaran. (Hasibuan, 2008)<br />

1. Kesimpulan<br />

KESIMPUTAN DAI{ SARAN<br />

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan<br />

dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh beberapa<br />

kesimpulan sebagai berikut:<br />

1. Sebagian besar respondm dalam jalur PMDP<br />

mempunyai nilai IPK dalam kategori sangat<br />

memuaskan ya itu sebanyakT 3,ffi%.<br />

2. Sebagian besar res,ponden dalam jalur seleksi<br />

test ujitulis mempunttai niiai IPK dalam kategori<br />

sangat m em uaskan faitu sebany ak 7 9,660/o.<br />

3. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan<br />

ujittest, Oigp*an kesimpulan bahwa<br />

tidak ada Perbedaan Prestasi Belajar Mahasiswa<br />

Dlll Kebidanan Malang semester llTahun<br />

ajaran 2@8[2W Yarg Diterima Melalui jalur<br />

PMDP maupun Sehksi Tes UjiTulis di Program<br />

Studi Dlll Kebldananr Poltelftes Depkes Malang.<br />

2. Saran<br />

Peneliti ingin rnernberi beberapa saran yaitu<br />

sebagai berikut:<br />

1. Bagi lnstitusi s€ba€ai lahan penelitian<br />

Sebaiknya sistenr rnasuk ke Poltekkes Depkes<br />

Malang hantlra rndaln1ijalur seleksi tes uji tulis.<br />

Karena pada kenyataa,nnya hasil nilai prestasi<br />

untuk mahasiswa yarg diterima melaluijalur<br />

seleksi tes uji tr.llis lebih bagus daripada<br />

mahasiswa yang cFterina melaluijalur pMDp.<br />

2. Bagimahasiswa<br />

Mahasiswa png rnendapatkan nilai IPK dengan<br />

kategori sargat rranuaskan dan dengan pujian<br />

diharapkan tetap bisa mempertahankan<br />

nilainya dergan baik dan harus tetap bisa<br />

menin,glcakl" rnes*ipun masuk ke program<br />

Studi Ketixlansr Fottekkes Depkes Malang<br />

dengan jakr yarg berbda, bukanlah suatu<br />

halangan rrm.* @ menjadi yang terbaik.


I w nal Ke srihsta n aN I rc roic Medika' 57<br />

KEPUSTAKAAN<br />

Arikunto, S.( 2006'l'. Frosedur Penelitian Sustu<br />

Pendekatan Fraktek edlsi revisi Vl,<br />

Rineke Cipta : Jakarta.<br />

Abdullah.(2@81. lndikotar Prestasi Eelojar.<br />

Diakses tanggal 20 Md 2009. {htlpfl<br />

www-searcengines. com )<br />

Diknas.{2@7}. .Sisfem P e ne ri maa n M ohasiswa<br />

Baru. 22 Mei 2009 (httP://<br />

www.Diknas^corn.)<br />

Dinkes. POA7\. Geliat Progrdm Studi Kebidsnan.<br />

22 Mei 2009 (httP://<br />

www.Pusdiknakes.com)<br />

Fauzan.(2005 l. Psikalogi Pe ndi dika n,PPPG I PS<br />

dan PMP: Malang.<br />

Hasibuan. (2008). Proses Belajar Mengaior,<br />

Rosda karya : Yogyakarta.<br />

Mulyasa.(2002I. Kurikulum Berbdsis<br />

Kompetensi, Rosda Karya: Bandung.<br />

8. Nursalam, (2002I Manajemen Keperawotan:<br />

Aplikasi Dolam praktek Keperawotqn<br />

Profesionol, Salemba Medika :<br />

Jakartapoltekkes Depkes Malang.<br />

(2OA7l.Sistem<br />

g. Penerimaan Mahasiswo Boru. ZZ Mei 2009.<br />

{http:l/www. poltekkes Depkes<br />

Malang.com)<br />

10. Poltekkes Depkes Malang.(20OTl.panduan<br />

Akademik, Poltekkes Depkes Malang<br />

11. Roestiyah,NK.( 2001 ) Strategi Belajar<br />

Mengajor, Rineka Cipta: Jakana<br />

12. Shiro.(20081. Tttik akhir Penyelesaion SpMB. 22<br />

Mei 2009 (httpzll<br />

www.gunadarma.ac.id/i ndex.php?.)<br />

13. SNMPTN.(2009). lnfo Penyelenggoraan<br />

SNMPTN .22 Mei 2009 (http:ll<br />

www.SNMPTN.com)<br />

14. Sugiyono. (2008). Stotr'stik Untuk penelitian,<br />

Alfabeta: Bandung.


li<br />

HUBUNGAI\ PERII-AKU<br />

CUCI TANIGAI\ PAI(AI SABUN DENGAI\T<br />

KEJADIAI\ DIARE PADA BALITA DI DESA<br />

SUMBEREJO KE CA1VIA IAN NGASEM<br />

I(ABUPATEN KEDIRI TA}IUN 2OO9<br />

Oleh:<br />

RATNA INDRIYANI1 dan SRI SUMARNI2<br />

ABSTRACT<br />

Background: According To WHO "Behavioral CTPS proven to represent the way of<br />

effective to strive the health preventive. Healthy Behavioral Clean The Hand Wear<br />

the Soap (lmportant CTPS) to prevent the contagion spreading like diarrhoea" (Depkes<br />

Rl, 2OO8). Diarrhoea is disease marked by increasing it frequenry defecate more<br />

than usually (3 or more per day) accompanied by the transformation and feces<br />

consistency from patient. Pursuant to data got by height of diarrhoea occurrence in<br />

Countryside of Sumberejo of Subdistrict Kediri 2009 Year, that is 53 (35,8%) Balita<br />

incurred by diarrhoea from 148 balita, caused by because behavior clean the hand<br />

wear the soap.<br />

Method: Research target Analyse the behavioral relation clean the hand wear the<br />

soapwiththe diarrhoea occurrence at balita in Countryside of Sumberejo of Subdistrict<br />

of Ngasem of Regency Kediri this 2009 research Year represent the analytic research<br />

type Correlation (correlationalstudy), by using approach of cross sectional. Population<br />

in this research is mother having balita in Countryside of Sumberejo of Subdistrict of<br />

Ngasem of Regency Kediri with the amount 148 people, and sample as much 108<br />

people. lntake Sampel atthis research is probability sampling with the technique of<br />

simple random sampling. Test the hypothesis done by hence test the analysis Mann-<br />

Whitney, because its variable have is scale to ordinal and nominal, by a 0,05.<br />

Result and Conclussion: From research result obtained by that is most 56 (51,8%)<br />

responder in Countryside of Sumberejo of Subdistrict of Ngasem of Regency Kediri do<br />

not always do to clean the hand wear the soap, almost semi 43 135,8/ol balita in<br />

Countryside of Sumberejo of Subdistrict of Ngasem of Regency Kediri 2009 Year<br />

experiencing of diarrhoea. And there is behavioral relation clean the hand wear the<br />

soap with the diarrhoea occurrence at balita in Countryside of Sumberejo of Subdistrict<br />

of Ngasem of Regency of Kediri 2009 Year. Considering height of diarrhoea<br />

occurrence, hence need the existence awareness to accustom the behavior clean<br />

1. Ratna lndriyani, S.ST: Dosen prodi D.lll Kebidanan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

2. Sri Sumarni, S.Kep,Ns: Dosen prodi S.1 Keperawatan Fikes Unija <strong>Sumenep</strong> Madura<br />

58


furnal ||csrltotorr .lffiruroia fffia" 59<br />

the hand wear the soap after tratrine, after cleaning hottorn child, before eating; bef,ore fueding cfiitd and<br />

before preparing to eat the child.<br />

lkymrd : Behavioral, Clean The Hand WearThe Soap, Dianrhea Omurrence, Ealita<br />

PEffNAHUTUAN<br />

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan<br />

bertanrhahnya frekuens6 herak lebih dari tfasanya {3<br />

atau lebih per hari) yang disertai pruhahan befttuk<br />

dan ftcnslEtensitir$a dari pen&rtta. (@


turnal Ke*hatan oltlirarajo Medilm' 61<br />

4. Data PerilakuCuciTangan PakaiSabun Pada lbu<br />

Yang Mempunyai Balita di Desa Sumberejo<br />

Kecarnatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun<br />

2009<br />

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan<br />

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di<br />

di Desa Sumberejo Kecamatan Ngasem<br />

Kabupaten Kediri Tahun 2009<br />

Cuci Tangan<br />

Pakai Sabun<br />

Frekwensi<br />

Persentage<br />

(%)<br />

Selalu 52 48,2<br />

Kadang-kadang 56 51,8<br />

Tidak Pemah 0 0<br />

Total 108 100<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2009<br />

Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar 55 orang (51,8%)<br />

responden kadang-kadang melakukan cuci<br />

tangan pakai sabun.<br />

5. Data Kejadian Diare Pada Balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009<br />

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan<br />

Kejadian Diare Pada Balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem<br />

Kabupaten Kediri Tahun 2009<br />

Keiadian Diare Frekwensi Persentase (%)<br />

Diare 43 39,8<br />

Tidak diare 65 64,2<br />

Total 108 100<br />

Sumber : Data Penelitian Tahun 2009<br />

Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan<br />

hampir setengahnya 43 orang (39,8%) balita<br />

mengalamidiare.<br />

6. Data TabulasiSilang Perilaku CuciTangan pakai<br />

Sabun Dengan Kejadian Diare pada Balita di<br />

Desa Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009<br />

Tabel 6 : Tabulasi Silang Distribusi Frekuensi<br />

Cuci Tangan<br />

Pakai Sabun<br />

Perilaku Cuci Tangan pakai Sabun Dengan<br />

Kejadian Diare Pada Balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem<br />

Kabupaten Kediri Tahun 2009<br />

Keiadian Diare<br />

Diare<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2009<br />

Iidak<br />

Diare<br />

Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan<br />

bahwa sebagian besar 56 oran g(57,9%ol ibu yang<br />

kadang-kadang cuci tangan pakai sabun, dan<br />

hampir setengahnya 38 balita (31,2yol terkena<br />

diare. Berdasarkan hasil analisis Mon n-Whitney<br />

diperoleh hasil Asymp Sig < c yaitu 0,000 <<br />

0,05, maka Ho ditolak dan H, diterima. Artinya<br />

ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun<br />

dengan kejadian diare pada balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009.<br />

B. Pembahasan<br />

1. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun<br />

Frekuemi<br />

F t ot<br />

x 6<br />

Selalu 5 4,6 47 43,5 52 48,1<br />

Kadangkadang 38 35,2 18 16,7 56 51,9<br />

Tidak Pemah 0 0 0 0 0 0<br />

Jumlah 43 39,8 65 60,2 r08 100<br />

P -0,000 7= 4,149<br />

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa<br />

sebagian besar (52 %) responden di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009 kadang-kadang melakukan<br />

cuci tangan pakai sabun. perilaku terbentuk<br />

karena berbagai pengaruh atau rangsangan<br />

yang berupa pengetahuan dan sikap,


pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana<br />

fisik. Faktor predisposisi merupakan faktor<br />

internal yang ada pada diri individu, keluarga,<br />

kelompok atau masyarakat yang mempermudah<br />

individu untuk berperilaku seperti pengetahuan,<br />

sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Faktor<br />

pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan<br />

individu berperilaku, karena tersedianya<br />

sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan<br />

keteram pilan. Faktor penguat merupakan faktor<br />

yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan<br />

keterampila n petugas kesehatan, teman sebaya,<br />

orang tua, dan majikan (Suliha, 2OO2l.<br />

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan<br />

suatu kebiasaan yang dilakukan secara rutin<br />

untuk mencuci tangan. Dalam hal ini perilaku<br />

cuci tangan pakai sabun perlu dilakukan pada<br />

waktu setelah ke jamban, setelah menceboki<br />

anak, sebelum makan, sebelum memberi makan<br />

anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Pada<br />

prinsipnya mencucitangan dengan air saja tidak<br />

cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya<br />

waktu cuci tangan, dengan menggosok<br />

jemari dengan sabun dapat menghilangkan<br />

kuman yang tidak tampak, minyak, lemak,<br />

kotoran di perm ukaan kulit, serta meninggalka n<br />

bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi<br />

dan perasaan segar merupakan hal positifyang<br />

diperoleh setelah menggunakan sabun (Depkes<br />

Rt, 2008 ).<br />

lbu yang tidak rutin cuci tangan pakai sabun<br />

disebabkan oleh karena ketidakbiasaan dan juga<br />

tidak tahu pentingnya cuci tangan pakai sabun,<br />

sehingga ibu menganggap cuci tangan pakai<br />

sabun itu adalah hal yang biasa. Bahkan ibu<br />

tersebut sudah beranggapan bahwa cuci tangan<br />

dengan air saja itu sudah cukup, padahal tidak<br />

demikian. Maka dari anggapan tersebut banyak<br />

ibu kadang-kadangtidak cuci tangan pakai sabun.<br />

Perilaku yang kurang higienis merupakan<br />

faktor penyebalo yang erat kaitannya dengan<br />

kesehatan biasanya terjadinya infeksi. Salah satu<br />

bentuk perilaku kurang higienis yaitu tidak rutin<br />

cuci tangan pakai sabun, padahal perilaku sehat<br />

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) penting untuk<br />

mencegah penyebaran penyakit menular seperti<br />

diare. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa<br />

kadang-kadang tidak cuci tangan pakai sabun<br />

yang dilakukan oleh ibu yang mempunyai balita<br />

turnol Kesehaton'Wiraraia Medika'<br />

akan mempengaruhi kesehatan pada balitanya,<br />

dan bisa terjadi penyakit yang disebabkan oleh<br />

bakteri atau kuman.<br />

2. Kejadian Diare Pada Balita<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan<br />

hampir setengahnya (39,8%) balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

KediriTahun 2009 mengalami diare.<br />

Diare adalah buang air besar lembek atau<br />

cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya<br />

lebih sering biasanya (biasanya 3 kali atau<br />

lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari<br />

14 hari. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi<br />

mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan<br />

parasit lainnya seperti jamur, cacing dan<br />

protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare<br />

adalah bakteri Escherichio Coli Enteropatogenik<br />

(EPEc ).<br />

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan<br />

dalam golongan 5 besar yaitu karena<br />

lnfeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno<br />

defisiensi, dan penyebab lain, tetapiyang sering<br />

ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah<br />

diare yang disebabkan infeksi bakteri, faktor<br />

penjamu (makanan dan minuman), lingkungan<br />

dan perilaku (sarana air bersih dan pembuangan<br />

tinja) (Amiruddin, 2007 ).<br />

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan<br />

diketahui bahwa masih banyak balita yang<br />

terkena diare, yaitu hampir setengah ibu yang<br />

mempunyai balita terkena diare. Dimana diare<br />

dapat disebabkan oleh beberapa fakor diantaranya<br />

lingkungan kurang bersih, makanan dan<br />

minuman yang terkontaminasi, dan juga perilaku<br />

yang kurang higienis seperti tidak rutin cuci<br />

tangan pakai sabun.<br />

3. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun<br />

Dengan Kejadian Diare<br />

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan<br />

pada 2 variabel dengan uji statistik M o nn W hitney<br />

dengan cr 0,05 (sistem komputerisasi/ SPSS 12)<br />

ternyata didapatkan bahwa ada hubungan<br />

perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian<br />

diare pada balita di Desa Sumberejo Kecamatan<br />

Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2009.<br />

Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta<br />

anak setiap tahunnya di Negara berkembang.


t urnol Kereh ato n'Wi mmia Medikf 63<br />

Anak yang tumbuh di daerah miskin beresiko<br />

meninggal 10 kali lebih besar dari pada mereka<br />

yang tinggal di daerah kaya. Tangah merupakan<br />

pembawa utama kuman penyakit, dan praktek<br />

CTPS dapat mencegah l juta kematian tersebut<br />

di atas. Praktek CTPS setelah ke jamban, setelah<br />

menceboki anak, sebelum makan, sebelum<br />

rnenberi makan anak, dan sebelum menyiapkan<br />

makan dapat menurunkan hampirseparuh kasus<br />

diare (Depkes Rl, 2008).<br />

Balita rentan terhadap penyakit diare<br />

disebabkan oleh rendahnya tingkat kekebalan<br />

tubuh balita dibandingkan orang dewasa. Oleh<br />

karena itu kebiasaan cuci tangan harus dibentuk<br />

sejak usia dini. Dalam pelaksanaan cucitangan<br />

tidak cukup hanya dengan air. Cuci tangan yang<br />

benar perlu sabun, selain air yang mengalir untuk<br />

membilasnya. Perlu pula sistematika mencuci<br />

tangan agar tidak ada bagian tangan yang tidak<br />

bebas kuman. Sejumlah buktiilmiah membenarkan<br />

hanya dengan cuci tangan yang benar yang<br />

mampu memutuskan penularan penyakit<br />

(Depkes R|,2008).<br />

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan<br />

cara yang paling sederhana untuk mencegah<br />

terjadinya diare, tetapi hal ini sangat penting<br />

dilakukan secara rutin setelah ke jamban, setelah<br />

menceboki anak, sebelum makan, sebelum<br />

memberimakan anak, dan sebelum menyiapkan<br />

makanan untuk mencegah kuman yang menyebabkan<br />

terjadinya diare. Namun ibu yang mempunyai<br />

balita kadang-kadang cuci tangan pakai<br />

sabun.<br />

Terjadinya diare biasanya banyak disebabkan<br />

oleh infeksibakteri, makanan dan minumanyang<br />

terkontaminasi. Maka tidak menutup kemungkinan<br />

bahwa kejadian diare pada balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009 disebabkan oleh ibu yang<br />

kadang-kadang cuci tangan pakai sabun, Hal ini<br />

dapat dibuktikan bahwa ibu yang selalu cuci<br />

tangan pakai sabun sedikit balita yang terkena<br />

diare, sedangkan ibu yang kadang-kadangtidak<br />

cuci tangan pakai sabun balitanya banyak yang<br />

terkena diare. Dengan demikian dapat dinyatakan<br />

bahwa ada hubungan antara perilaku cuci<br />

tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada<br />

balita.<br />

KESIMPUTAN DAN SARAN<br />

A Kesimpulan<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat<br />

disimpulkan bahwa :<br />

1. Sebagian besar responden kadang-kadang cuci<br />

tangan pakai sabun di Desa Sumberejo<br />

Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun<br />

2009.<br />

2. Hampirsetengahnya balita mengalami diare di<br />

Desa Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009.<br />

3. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun<br />

dengan kejadian diare pada balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

Kediri Tahun 2009.<br />

B. Saran<br />

1. Bagimasyarakat<br />

Dalam kehidupan sehari - hari hendaknya<br />

masyarakat lebih sering dan teratur untuk<br />

malakukan cuci tangan pakai sabun mengingat<br />

akan pentingnya perilaku cuci tangan pakai<br />

sabun untuk mengurangi bahaya yang akan<br />

ditimbulkan seperti mencegah kejadian deiare.<br />

2. Bagi tempat penelitian.<br />

Sebagai objek penelitian perangkat desa<br />

hendaknya bisa bekerja sama dengan peneliti<br />

untuk memberikan data yang valid dan<br />

seobjektif mungkin demi keberhasilan suatu<br />

penelitian.<br />

KEPUSTAKAAN<br />

!, Arikunto S, 2006 Prosedur penelition<br />

Pendekatan Praktek Edisi V. Jakarta :<br />

Rineka Cipta.<br />

2. Andew. 2003 Diare Akut Disebabkan Bakteri;<br />

Available from : wwwlibrary.usu.ac.id<br />

[Diakses tanggal 28 Januari 2009].<br />

3. Amiruddin, Ridwon. 2007.Current lssue<br />

Kemation Anak (Penyakit Diare).<br />

Fakultas Kesehatan Masyarakat<br />

Jurusan Epidemiologi <strong>Universitas</strong><br />

Hasanuddin Makassar.


PETUNJUK PENULISAN NASKAH PUBLIKASI<br />

J U RNAL KESE HATAN''WI RARAJA M E DI KA'' YOGYAKARTA<br />

Jurnal kesehatan "<strong>Wiraraja</strong> Medika" merupakan salah satu jurnal ilmiah yang<br />

mempunyai tujuan menerbitkan, menyebarluaskan serta mendiskusikan<br />

berbagai tulisan ilmiah guna untuk meningkatkan derajad kesehatan dari<br />

masyarakat. Jurnal ini menerima naskah dari para peneliti dan kemudian akan<br />

dilakukan penyaringan untuk keaslian dan relevansinya.<br />

1. Tulisan yang dikirim kepada redaksi merupakan tulisan sendiri yang belum<br />

pernah dipublikasikan di tempat lain dalam bentuk cetakan, maksimal tahun<br />

penelitian 3 tahun kebelakang .<br />

2. Tulisan diketik dengan memakai komputer dengan menggunakan<br />

perangkat lunak yang umum dipakai (MS Word). Diserahkan dalam bentuk<br />

CD (1 buah) serta print out (rangkap 3).<br />

3. Tulisan diketik dengan memakai font Arial 11, spasi 1,5 dengan kertas<br />

quarto tidak bolak balik, maksimal 15 halaman<br />

4. Judul tulisan tidak lebih dari 16 kata, judul yang panjang diharapkan dipecah<br />

menjadi anak judul<br />

5. Nama penulis tidak disertai dengan gelar, ditulis dibawah judul, diberi nomor<br />

untuk pemberian nama serta alamat kerja yang jelas.<br />

6. Semua tulisan disertai abstrak dalam bahasa inggris. Ditulis dalam bentuk<br />

terstruktur (Background, Method, Result, Conclusion serta key word I kata<br />

kunci)<br />

7. Alur penulisan naskah terdiri dari (Pendahuluan, Bahan dan Cara<br />

Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran,<br />

Ucapan terimakasih, Kepustakaan)<br />

8. Penulisan singkatan tanpa penjelasan hanya untuk unit pengukuran, selain<br />

itu harus meyebutkan kepanjangannya pada saat pertamakali singkatan<br />

tersebut dituliskan.<br />

9. Tabel dan ilustrasi harus diberijudul dan keterangan yang cukup, sehingga<br />

tidak tergantung pada teks. Judul tabel diletakkan diatas tabel, sedangkan<br />

judul gambar diletakkan dibawah gambar.<br />

10. Penulisan rujukan berdasarkan sistem nomor (Vancouver Style)<br />

berdasarkan urutan tampilan dalam naskah.<br />

Contoh: ....dalam ilmu kebidanan merupakan1 ....<br />

.....Menurut Martin, S 2<br />

.....(Robert, 2009)3<br />

11. Pernyataan terimakasih diletakkan diatas kepustakaan. Nama-nama yang<br />

diutarakan dalam pernyataan harus disertai dengan gelar, jabatan dan<br />

alamat kerja.<br />

12. Penulis harus mencantumkan nama, alamat instansi, telepon, HP, serta email<br />

dan dianjurkan untuk mengikuti alur dan ketentuan dari redaksi Jurnal<br />

<strong>Wiraraja</strong> Medika.


ISSN AEAA-I+15X<br />

ililililt1<br />

15087

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!