Hidrolika Saluran
Hidrolika Saluran Hidrolika Saluran
Hidrolika Saluran Kuliah 6
- Page 2 and 3: Analisa Hidrolika Terapan untuk Per
- Page 4 and 5: Walaupun pada umumnya perencanaan s
- Page 6 and 7: Luas Luas penampang ( (area area) L
- Page 9 and 10: Bentuk penampang trapesium bentuk y
- Page 11 and 12: Elemen geometri penampang memanjang
- Page 13 and 14: adalah elevasi atau jarak vertikal
- Page 15 and 16: Dalam hal aliran di dalam saluran t
- Page 17 and 18: dari suatu penampang aliran bukan m
- Page 19 and 20: (4) Z = = A A D A T adalah perkalia
- Page 21: Tabel 1. Unsur-unsur geometris pena
- Page 24 and 25: Debit aliran adalah volume air yang
- Page 26 and 27: Kecepatan aliran (V) dari suatu pen
- Page 28 and 29: Gambar 6. Pembagian kecepatan (velo
- Page 30 and 31: Aliran tetap (steady flow) merupaka
- Page 32 and 33: Aliran seragam (uniform flow) merup
- Page 34 and 35: Aliran disebut berubah lambat laun
- Page 36 and 37: (c) Laut Air balik (backwater) (b)
- Page 38 and 39: Gangguan tersebut dapat merupakan b
- Page 40 and 41: Reservoir zona transisi Kemiringan
- Page 42 and 43: Untuk aliran seragam if = iw = i0 i
- Page 44 and 45: Harga C tergantung pada kekasaran d
- Page 46 and 47: Manning mengembangkan rumus : 1, 49
- Page 48 and 49: Faktor-faktor yang mempengaruhi har
- Page 50 and 51: Aliran Saluran terbuka Di dalam pra
<strong>Hidrolika</strong> <strong>Saluran</strong><br />
Kuliah 6
Analisa <strong>Hidrolika</strong> Terapan untuk<br />
Perencanaan Drainase Perkotaan dan<br />
Sistem Polder<br />
Seperti yang perlu diketahui, air mengalir dari<br />
hulu ke hilir (kecuali ada gaya yang<br />
menyebabkan aliran ke arah sebaliknya) sampai<br />
mencapai suatu elevasi permukaan air tertentu,<br />
misalnya:<br />
• permukaan air di danau<br />
atau<br />
• permukaan air di laut
Tendensi/kecenderungan ini ditunjukkan oleh<br />
aliran di saluran alam yaitu sungai.<br />
Tempat perjalanan air dapat juga ditambah oleh<br />
bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia,<br />
seperti :<br />
saluran irigasi<br />
pipa<br />
gorong - gorong (culvert), dan<br />
saluran buatan yang lain atau kanal (canal).
Walaupun pada umumnya perencanaan<br />
saluran ditujukan untuk karakteristik<br />
saluran buatan, namun konsep<br />
hidrauliknya dapat juga diterapkan sama<br />
baiknya pada saluran alam.
Apabila saluran terbuka terhadap<br />
atmosfer, seperti sungai, kanal, gorong-gorong,<br />
maka alirannya disebut aliran saluran terbuka<br />
(open channel flow) atau aliran permukaan<br />
bebas (free surface flow).<br />
Apabila aliran mempunyai penampang<br />
penuh seperti aliran melalui suatu pipa, disebut<br />
aliran saluran tertutup atau aliran penuh (full<br />
flow).
Luas Luas penampang ( (area area)<br />
Lebar Lebar Permukaan ( (top top width width)<br />
Keliling Keliling Basah ( (Wetted Wetted Parimeter Parimeter) ) dan<br />
Jari Jari-jari jari Hydraulik (Hydraulic ( Hydraulic Radius Radius).<br />
Yang dimaksud dengan penampang<br />
saluran (channel cross section) adalah<br />
penampang yang diambil tegak lurus arah aliran,<br />
sedang penampang yang diambil vertical disebut<br />
penampang vertikal (vertical section).
Dengan demikian apabila dasar<br />
saluran terletak horizontal maka penampang<br />
saluran akan sama dengan penampang<br />
vertikal.<br />
<strong>Saluran</strong> buatan biasanya<br />
<strong>Saluran</strong> buatan biasanya<br />
direncanakan dengan penampang beraturan<br />
menurut bentuk geometri yang biasa<br />
digunakan,
Bentuk penampang trapesium bentuk yang<br />
biasa digunakan untuk<br />
saluran-saluran irigasi<br />
atau<br />
saluran-saluran saluran-saluran drainase<br />
karena menyerupai bentuk saluran alam,<br />
dimana kemiringan tebingnya<br />
menyesuaikan dengan sudut lereng alam<br />
dari tanah yang digunakan untuk saluran<br />
tersebut.
Bentuk penampang persegi empat atau<br />
segitiga merupakan penyederhanaan dari<br />
bentuk trapesium yang biasanya digunakan<br />
untuk saluran-saluran drainase yang melalui<br />
lahan-lahan yang sempit.<br />
Bentuk penampang lingkaran biasanya<br />
digunakan pada perlintasan dengan jalan;<br />
saluran ini disebut gorong-gorong<br />
(culvert).
Elemen geometri penampang memanjang<br />
saluran terbuka dapat dilihat pada Gb.1.<br />
berikut ini:<br />
Penampang melintang<br />
y<br />
d<br />
Datum<br />
Gambar 1 Penampang memanjang<br />
dan penampang melintang aliran saluran terbuka<br />
θ<br />
Datum
dengan notasi d adalah kedalaman dari<br />
penampang aliran, sedang kedalaman y<br />
adalah kedalaman vertikal (lihat Gb.1),<br />
dalam hal sudut kemiringan dasar saluran<br />
sama dengan θ maka :<br />
d<br />
y<br />
=<br />
y cosθ<br />
atau<br />
=<br />
d<br />
cosθ<br />
(1)
adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan air<br />
di atas suatu datum (bidang persamaan).<br />
adalah lebar penampang saluran pada permukaan<br />
bebas bebas. Notasi atau simbol yang digunakan untuk<br />
lebar permukaan adalah T, dan satuannya adalah<br />
satuan panjang.<br />
panjang
mengacu pada luas penampang melintang dari<br />
aliran di dalam saluran. Notasi atau simbol yang<br />
digunakan untuk luas penampang ini adalah A,<br />
dan satuannya adalah satuan luas.<br />
suatu penampang aliran didefinisikan sebagai<br />
bagian/porsi dari parameter penampang aliran<br />
yang bersentuhan (kontak) dengan batas benda<br />
padat yaitu dasar dan/atau dinding saluran saluran.
Dalam hal aliran di dalam saluran terbuka<br />
batas tersebut adalah dasar dan<br />
dinding/tebing saluran seperti yang tampak<br />
pada Gb. 2. di bawah ini.<br />
Notasi atau simbol yang digunakan untuk<br />
keliling basah ini adalah P, dan satuannya<br />
adalah satuan panjang.
T<br />
B<br />
Luas penampang<br />
Keliling basah<br />
Gambar 2. Parameter Lebar Permukaan (T),<br />
Lebar Dasar (B), Luas Penampang dan<br />
Keliling basah suatu aliran
dari suatu penampang aliran bukan merupakan<br />
karakteristik yang dapat diukur langsung, tetapi<br />
sering sekali digunakan didalam perhitungan.<br />
Definisi dari jari jari hydraulik adalah luas<br />
penampang dibagi keliling basah, dan oleh<br />
karena itu mempunyai satuan panjang; notasi<br />
atau simbul yang digunakan adalah R, dan<br />
satuannya adalah satuan panjang.
Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari-jari<br />
hydraulik sering kali dapat dihubungkan langsung<br />
dengan parameter geometrik dari saluran.<br />
Misalnya, jari-jari hydraulik dari suatu aliran penuh<br />
Misalnya, jari-jari hydraulik dari suatu aliran penuh<br />
di dalam pipa (penampang lingkaran dengan<br />
diameter D) dapat dihitung besarnya jari-jari<br />
hydraulik sebagai berikut:
(4)<br />
Z =<br />
=<br />
A<br />
A<br />
D<br />
A<br />
T<br />
adalah perkalian dari luas<br />
penampang aliran A dan<br />
akar dari kedalaman<br />
hydraulik D. Simbol atau<br />
notasi yang digunakan<br />
adalah Z.
adalah perkalian dari<br />
luas penampang aliran<br />
A dan pangkat 2/3 dari<br />
jari-jari hydraulik :<br />
AR 2/3<br />
Persamaan / rumus elemen geometri dari<br />
berbagai bentuk penampang aliran dapat<br />
dilihat pada table 1.
Tabel 1. Unsur-unsur geometris penampang saluran
adalah suatu penampang saluran terbuka yang<br />
lebar sekali dimana berlaku pendekatan sebagai<br />
saluran terbuka berpenampang persegi empat<br />
dengan lebar yang jauh lebih besar daripada<br />
kedalaman aliran B >> y, dan keliling basah P<br />
disamakan dengan lebar saluran B. Dengan<br />
demikian maka luas penampang A = B . y ;<br />
P = B sehingga :<br />
A B.<br />
y<br />
R = = =<br />
P B<br />
y
Debit aliran adalah<br />
volume air yang<br />
mengalir melalui<br />
suatu penampang<br />
tiap satuan waktu,<br />
simbol/notasi yang<br />
digunakan adalah<br />
Q.<br />
Apabila hukum<br />
ketetapan massa<br />
diterapkan untuk aliran<br />
diantara dua penampang<br />
seperti pada Gb.3 dan<br />
dengan menggunakan<br />
Pers.1.
maka didapat persamaan sebagai berikut:<br />
untuk kerapatan tetap ρ 1 = ρ 2, sehingga<br />
persamaan tersebut menjadi<br />
m = ρ ρ . A . V = m = ρρ<br />
. A . V<br />
1<br />
1<br />
1<br />
1<br />
2<br />
Persamaan tersebut di atas disebut persamaan<br />
kontinuitas.<br />
A 1 .<br />
V1<br />
= A2<br />
. V 2 =<br />
2<br />
Q<br />
2<br />
2
Kecepatan aliran (V) dari suatu penampang aliran<br />
tidak sama diseluruh penampang aliran, tetapi<br />
bervariasi menurut tempatnya.<br />
Apabila cairan bersentuhan dengan batasnya<br />
(didasar dan dinding saluran) kecepatan<br />
alirannya adalah nol<br />
Hal ini seringkali membuat kompleksnya<br />
analisis, oleh karena itu untuk keperluan<br />
praktis biasanya digunakan harga rata-rata<br />
dari kecepatan di suatu penampang aliran
Kecepatan rata-rata ini didefinisikan<br />
sebagai debit aliran dibagi luas penampang<br />
aliran, dan oleh karena itu satuannya<br />
adalah panjang per satuan waktu.<br />
Q<br />
V = (7)<br />
(7)<br />
A<br />
Dimana:<br />
V = Kecepatan rata – rata aliran (ft/s atau m/s)<br />
Q = Debit aliran (ft 3 /s atau m 3 /s )<br />
A = Luas penampang aliran (ft 2 atau m 2 )
Gambar 6.<br />
Pembagian kecepatan<br />
(velocity distribution) di<br />
arah vertikal<br />
Gambar 6<br />
menunjukkan<br />
pembagian<br />
kecepatan<br />
diarah vertical<br />
dengan<br />
kecepatan<br />
maksimum di<br />
permukaan air<br />
dan kecepatan<br />
nol pada dasar.
Misalnya kecepatan aliran di suatu titik<br />
adalah v dan kecepatan rata rata aliran<br />
adalah V maka debit aliran adalah :<br />
= = v A V Q .<br />
. (8)<br />
∫<br />
A dA<br />
Kecepatan rata-rata dapat ditentukan dari<br />
Pers.(8) tersebut diatas<br />
V<br />
=<br />
∫A<br />
v<br />
.<br />
A<br />
dA<br />
(9)
Aliran tetap (steady flow) merupakan<br />
salah satu jenis aliran; kata “tetap”<br />
menunjukkan bahwa di seluruh analisis<br />
aliran diambil asumsi bahwa debit alirannya<br />
tetap. Apabila aliran melalui saluran<br />
prismatis maka kecepatan aliran V juga<br />
tetap, atau kecepatan aliran tidak berubah<br />
menurut waktu.<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
∂V<br />
∂t<br />
⎞<br />
= 0⎟<br />
⎠
sebaliknya<br />
apabila<br />
kecepatan<br />
aliran berubah<br />
menurut waktu,<br />
aliran disebut<br />
aliran tidak<br />
tetap (unsteady<br />
flow)<br />
⎛ ∂V<br />
⎜<br />
⎝ ∂ t<br />
⎞<br />
≠ 0 ⎟<br />
⎠
Aliran seragam (uniform<br />
flow) merupakan jenis<br />
aliran yang lain; kata<br />
“seragam” menunjukkan<br />
bahwa kecepatan aliran<br />
disepanjang saluran adalah<br />
tetap, dalam hal kecepatan<br />
aliran tidak tergantung pada<br />
tempat atau tidak<br />
berubah menurut<br />
tempatnya.<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
∂V<br />
∂s<br />
⎞<br />
= 0⎟<br />
⎠<br />
sebaliknya apabila<br />
kecepatan<br />
berubah menurut<br />
tempat maka<br />
aliran disebut<br />
aliran tidak<br />
seragam<br />
(nonuniform<br />
flow).<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
∂V<br />
∂s<br />
≠<br />
0<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠
Aliran seragam dan tetap disebut aliran<br />
beraturan<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
∂V<br />
∂t<br />
∂V<br />
= 0dan<br />
∂s<br />
= 0<br />
Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi :<br />
o aliran berubah lambat laun<br />
(gradually varied flow)<br />
o aliran berubah dengan cepat<br />
(rapidly varied flow)<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠
Aliran disebut berubah lambat laun<br />
apabila perubahan kecepatan terjadi secara<br />
lambat laun dalam jarak yang panjang,<br />
sedangkan aliran disebut berubah dengan<br />
apabila perubahan terjadi pada jarak yang<br />
pendek.<br />
Untuk saluran prismatis jenis aliran<br />
tersebut diatas juga dapat dinyatakan dalan<br />
perubahan kedalaman aliran seperti<br />
ditunjukkan dalam persamaan-persamaan<br />
sebagai berikut :
Aliran<br />
Aliran<br />
Tetap<br />
:<br />
∂h<br />
∂t<br />
Seragam<br />
:<br />
=<br />
0<br />
∂h<br />
∂s<br />
,<br />
=<br />
0<br />
Contoh dari perubahan kedalaman air<br />
disepanjang aliran dapat dilihat pada Gb.7<br />
dibawah ini.<br />
h 1<br />
Aliran<br />
,<br />
Aliran<br />
(a)<br />
Tidak<br />
Tetap<br />
:<br />
TidakSerag<br />
∂h<br />
∂t<br />
≠<br />
am<br />
0<br />
:<br />
∂h<br />
∂s<br />
≠<br />
0
(c)<br />
Laut<br />
Air balik (backwater)<br />
(b)<br />
Laut<br />
Gambar 1.7. Perubahan kedalaman air<br />
(a. aliran seragam; b. aliran berubah lambat laun; c.<br />
aliran berubah dengan cepat) disepanjang aliran
Aliran seragam merupakan aliran yang tidak<br />
berubah menurut tempat. Konsep aliran seragam<br />
dan aliran kritis sangat diperlukan dalam peninjauan<br />
aliran berubah dengan cepat atau berubah lambat<br />
laun.<br />
Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman<br />
normal sangat penting untuk menentukan perubahan<br />
permukaan aliran akibat gangguan pada aliran.
Gangguan tersebut dapat merupakan bangunanbangunan<br />
air yang memotong aliran sungai.<br />
Pembahasan aliran kritis dan kedalaman kritis<br />
diuraikan dalam modul 2, dan di dalam modul ini akan<br />
dibahas aliran seragam dan kedalaman normal.<br />
Agar mahasiswa memahami penggunaan<br />
persamaan-persamaan aliran seragam, di akhir suatu<br />
pokok bahasan diberi contoh soal dan latihan yang<br />
berupa pekerjaan rumah dan dibahas pada awal kuliah<br />
berikutnya.
Reservoir<br />
zona<br />
transisi Aliran<br />
Seragam<br />
Kemiringan landai (mild slope)<br />
i o < i c<br />
(a)
Reservoir<br />
zona<br />
transisi<br />
Kemiringan kritis (critical slope)<br />
i o = i c<br />
(b)
Reservoir<br />
zona<br />
transisi<br />
Kemiringan curam (steep slope)<br />
i o > i c<br />
(c)<br />
Gambar 3.2. Terjadinya aliran seragam di dalam saluran<br />
dengan kondisi kemiringan yang berbeda - beda
Untuk aliran seragam if = iw = i0 iw = kimiringan permukaan air<br />
i0 = kemiringan dasar saluran<br />
Persamaan tersebut menyatakan bahwa kecepatan<br />
aliran tergantung pada jenis hambatan (C), geometri<br />
saluran (R) dan kemiringan aliran<br />
⎛ ∆<br />
⎜ = H ⎛ ∆H<br />
⎜ i<br />
=<br />
⎝ L<br />
dimana ∆H adalah perbedaan tinggi energi di hulu<br />
dan di hilir.<br />
Persamaan tersebut dikembangkan melalui<br />
penelitian di lapangan.<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠
Pada awal tahun 1769 seorang insinyur<br />
Perancis bernama Antonius Chezy mengembangkan<br />
mungkin untuk pertama kali perumusan kecepatan<br />
aliran yang kemudian dikenal dengan rumus Chezy<br />
yaitu :<br />
V = C Ri<br />
f<br />
(3.10)<br />
V = kecepatan rata–rata (m/det)<br />
R = jari – jari hidrolik (m)<br />
i f = kemiringan garis energi (m/m)<br />
C = suatu faktor tahanan aliran yang disebut<br />
koefisien Chezy (m 2 /det)
Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran<br />
dan kedalaman aliran atau jari–jari hidrolik.<br />
Berbagai rumus dikembangkan untuk memperoleh<br />
harga C antara lain :<br />
Ganguitlef aunt Kutter (1869)<br />
dimana :<br />
0,<br />
00281 1,<br />
811<br />
41 , 65 + +<br />
C=<br />
3 n<br />
⎛ 0,<br />
0281⎞<br />
n<br />
1+<br />
⎜41,<br />
65+<br />
⎟<br />
⎝ S ⎠ R<br />
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran<br />
R = jari–jari hidrolik<br />
S = kemiringan dasar saluran<br />
(3.11)
Bazin pada tahun 1897 melalui penelitiannya<br />
menetapkan harga C sebagai berikut :<br />
dimana,<br />
C<br />
, 6<br />
=<br />
1+<br />
m<br />
R<br />
m = koefisien Bazin<br />
R = jari-jari hidrolik<br />
157 (3.12)<br />
Masih banyak rumus-rumus yang lain untuk menetapkan<br />
harga koefisien C melalui penelitian-penelitian di lapangan<br />
dimana semua menyatakan bahwa besarnya hambatan<br />
ditentukan oleh bentuk kekasaran dinding dan dasar saluran,<br />
faktor geometri dan kecepatan aliran.
Manning mengembangkan rumus :<br />
1, 49 2 3 1 2<br />
R i<br />
n<br />
V =<br />
f<br />
atau<br />
1 2 3 1 2<br />
V = R i f<br />
n<br />
( EU )<br />
( SI<br />
V = kecepatan aliran (m/det)<br />
n = angka kekasaran Manning<br />
R = Jari – jari hidrolik (m)<br />
i f<br />
= kemiringan garis energi (m/m)<br />
)<br />
(3.13)<br />
(3.14)
Apabila dihubungkan Persamaan Chezy dan<br />
Persamaan Manning akan diperoleh hubungan<br />
antara koefisien Chezy (C) dan koefisien Manning (n)<br />
sebagai berikut :<br />
V C R i f =<br />
=<br />
C =<br />
1<br />
R<br />
n<br />
1<br />
6<br />
1<br />
n<br />
R<br />
2<br />
3<br />
i<br />
1<br />
2<br />
(3.16)
Faktor–faktor yang mempengaruhi harga kekasaran<br />
manning n adalah :<br />
a. Kekasaran permukaan dasar dan dinding saluran<br />
b. Tumbuh – tumbuhan<br />
c. Ketidak teraturan bentuk penampang<br />
d. Alignment dari saluran<br />
e. Sedimentasi dan erosi<br />
f. Penyempitan (adanya pilar-pilar jembatan)<br />
g. Bentuk dan ukuran saluran<br />
h. Elevasi permukaan air dan debit aliran
Dari hasil penelitiannya Manning membuat suatu<br />
tabel angka kekasaran (n) untuk berbagai jenis<br />
bahan yang membentuk saluran antara lain<br />
sebagai berikut :<br />
Tabel 3.1. Harga n untuk tipe dasar dan dinding saluran<br />
Tipe <strong>Saluran</strong> Harga n<br />
1. <strong>Saluran</strong> dari pasangan batu tanpa plengsengan 0,025<br />
2. <strong>Saluran</strong> dari pasangan batu dengan pasangan 0,015<br />
3. <strong>Saluran</strong> dari beton 0,017<br />
4. <strong>Saluran</strong> alam dengan rumput 0,020<br />
5. <strong>Saluran</strong> dari batu 0,025<br />
Pengambilan harga n tersebut tergantung pula pada<br />
pengalaman perencana
Aliran <strong>Saluran</strong> terbuka<br />
Di dalam praktek sering dijumpai saluran<br />
melintas jalan raya. Dalam memecahkan masalah<br />
perlintasan ini pada umumnya dibuat suatu<br />
bangunan perlintasan yang disebut gorong–gorong<br />
(culvert). Bangunan tersebut dapat berpenampang<br />
lingkaran atau persegi empat yang dikenal dengan<br />
istilah box culvert . Bentuk gorong–gorong adalah<br />
saluran tertutup tetapi alirannya adalah aliran<br />
terbuka.<br />
Karena bentuknya yang tetap maka untuk<br />
memudahkan perhitungan dapat dibuat suatu kurva–<br />
kurva tidak berdimensi agar dapat berlaku umum.
Penampang Lingkaran<br />
Apabila angka n diambil tetap atau tidak<br />
tergantung pada variasi kedalaman air, maka dapat<br />
dibuat kurva hubungan antara Q dan Q0 serta V dan<br />
V0 dimana harga–harga tersebut merupakan harga<br />
perbandingan antara debit Q dan kecepatan V untuk<br />
suatu kedalaman aliran y terhadap debit Q 0 dan<br />
kecepatan V 0 dari kondisi aliran penuh.<br />
Dari persamaan Manning :<br />
V =<br />
1<br />
n<br />
R<br />
2<br />
3<br />
i<br />
1<br />
2
Gambar 3.3. Kurva hubungan antara y/d 0 dan Q/Q 0, V/V 0,<br />
AR 2/3 , A 0R 0 2/3 dan R 2/3 /R0 2/3
Dari kurva-kurva tersebut tampak bahwa baik<br />
harga Q/Q0 maupun harga V/V0 mempunyai harga<br />
maksimum yang terjadi pada kedalaman 0,938 d0 untuk Q/Q0 dan kedalaman 0,81 d0 untuk V/V0. Dari<br />
gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa pada<br />
kedalaman lebih besar dari pada 0,82 d 0<br />
dimungkinkan untuk mempunyai dua kedalaman<br />
berbeda untuk satu debit, satu diatas 0,938 d 0 dan<br />
yang satu lagi antara 0,82 d 0 sampai 0,938 d 0.
Demikian juga dengan kurva V/V 0 yang menunjukkan<br />
bahwa untuk kedalaman melebihi 0,5 d 0 terdapat dua<br />
kemungkinan kedalaman untuk satu harga<br />
kecepatan V yaitu satu diatas 0,81 d 0 dan yang satu<br />
diantara 0,81 d 0 dan 0,5 d 0. Penjelasan tersebut<br />
diatas adalah untuk asumsi harga n konstan.<br />
Di dalam praktek ternyata didapat bahwa pada<br />
saluran dari beton maupun lempung terjadi kenaikan<br />
harga n sebesar 28% dari 1,00 d 0 sampai 0,25 d 0<br />
yang tampaknya merupakan kenaikan maksimum<br />
kurva untuk kondisi ini seperti ditunjukkan pada garis<br />
putus–putus.
Kedalaman air untuk aliran seragam ditulis<br />
dengan notasi yn yaitu kedalaman normal. Salah<br />
satu cara perhitungan untuk menentukan kedalaman<br />
normal suatu aliran dengan debit tertetu dapat<br />
digunakan beberapa cara seperti pada contoh soal<br />
berikut ini :
C. Cara Grafis<br />
Cara grafis seringkali digunakan dalam hal<br />
penampang saluran yang sulit. Di dalam prosedur ini<br />
dibuat suatu grafik hubungan antara y dan AR 2/3 .<br />
Setelah grafik selesai maka hasil perhitungan :<br />
2 3<br />
A R =<br />
nQ<br />
diplot pada grafik dan dicari harga y yang sesuai.<br />
Dengan menggunakan perhitungan pada tabel 3.2<br />
dibuat suatu grafik suatu berikut :<br />
i
y<br />
1,2<br />
1,1<br />
1,015<br />
1<br />
0,9<br />
0,8<br />
0,7<br />
0,6<br />
0,5<br />
0,4<br />
0,3<br />
0,2<br />
0,1<br />
0<br />
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9<br />
6,864<br />
AR2/3<br />
Gambar 3.4 Grafik hubungan antara kedalaman air y dan<br />
faktor penampang AR 2/3 contoh soal 3.1
D. Cara perhitungan dengan menggunakan Design Chart<br />
(dari Ven Te Chow)<br />
Pada sekumpulan kurva untuk menentukan<br />
kedalaman normal yang tersedia (Ven Te Chow<br />
gambar 6.1) dapat dicari harga y dengan menghitung<br />
lebih dulu harga AR2/3 lebih dulu harga AR dan persamaan Manning<br />
dimana :<br />
A R<br />
A R<br />
B<br />
2 3<br />
2 3<br />
8 3<br />
=<br />
=<br />
nQ<br />
i<br />
=<br />
6,<br />
875<br />
8 3 ( 6 )<br />
0,<br />
025×<br />
11<br />
=<br />
=<br />
0,<br />
0016<br />
0,<br />
058<br />
Dari kurva didapat y n/B = 0,18<br />
y n = 0,17 x 6 = 1,02 m<br />
6,<br />
875
Values of y/b and y/d o<br />
10<br />
8<br />
6<br />
4<br />
2<br />
1<br />
0.8<br />
0.6<br />
0.4<br />
0.2<br />
0.17<br />
0.01<br />
0.08<br />
0.06<br />
0.04<br />
0.02<br />
0.01<br />
0.0001<br />
0.001<br />
y<br />
d0<br />
ALIRAN SERAGAM<br />
Circular<br />
0.01 0.058<br />
0.1<br />
2/3 8/3 2/3 8/3<br />
Values of AR /b and AR /d o<br />
1<br />
2<br />
b<br />
z = 0 (Rectangular)<br />
y<br />
z = 0.5<br />
z = 1.0<br />
z = 1.5<br />
z = 2.0<br />
z = 2.5<br />
z = 3.0<br />
z = 4.0<br />
1 10
Di dalam praktek sering dijumpai kondisi<br />
dimana kekasaran dinding tidak sama di sepanjang<br />
keliling basah, misalnya saluran terbuka yang<br />
dasarnya dari tanah asli sedang dindingnya dari<br />
pasangan batu atau saluran berbentuk persegi<br />
empat yang dasarnya dari pelat beton sedang<br />
dindingnya dari kayu.
- Untuk saluran yang mempunyai penampang<br />
sederhana dengan perbedaan kekasaran<br />
tersebut perhitungan kecepatan rata–ratanya<br />
tidak perlu harus membagi luas penampang<br />
menurut<br />
tersebut.<br />
harga n yang berbeda–beda<br />
Dalam menerapkan Persamaan Manning untuk<br />
saluran seperti tersebut diatas perlu dihitung<br />
harga n ekivalen untuk seluruh keliling basah,<br />
Ada beberapa cara untuk menghitung harga n<br />
ekivalen tersebut.
- Horton dan Einstein<br />
Untuk mencari harga n diambil asumsi tiap<br />
bagian luas mempunyai kecepatan rata–rata<br />
sama, berarti V 1 = V 2 ; …= V 2 = V. Dengan<br />
dasar asumsi ini harga n ekuivalen dapat<br />
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :<br />
n<br />
⎡<br />
⎢<br />
= ⎢<br />
⎢<br />
⎢<br />
⎣<br />
n<br />
∑<br />
1<br />
2 3<br />
( ) 1,<br />
5<br />
P ( )<br />
n nn<br />
⎥<br />
1,<br />
5 1,<br />
5<br />
1,<br />
5<br />
P n + P n + ... + P n<br />
P<br />
⎤<br />
⎥<br />
⎥<br />
⎥<br />
⎦<br />
=<br />
1<br />
1<br />
2<br />
P<br />
2 3<br />
n<br />
n<br />
2 3<br />
(3.17)
- Parlovskii dan Miill Lofer dan Einstein serta<br />
Banks<br />
Mengambil asumsi bahwa gaya yang<br />
menghambat aliran sama dengan jumlah<br />
gaya–gaya yang menghambat aliran yang<br />
terbentuk dalam bagian–bagian penampang<br />
saluran. Dengan asumsi tersebut angka n<br />
ekivalen dihitung dengan persamaan sebagai<br />
berikut :<br />
n<br />
=<br />
⎡<br />
⎢<br />
⎢<br />
⎢<br />
⎢<br />
⎣<br />
n<br />
∑<br />
1<br />
( ) 2<br />
P n<br />
P<br />
n<br />
1 2<br />
n<br />
⎤<br />
⎥<br />
⎥<br />
⎥<br />
⎥<br />
⎦<br />
1 2<br />
=<br />
( )<br />
2 2<br />
2<br />
P n + P n + ... + P n<br />
1<br />
1<br />
2<br />
2<br />
P<br />
1 2<br />
n<br />
n<br />
1 2<br />
(3.18)
☺ Aliran seragam mempunyai kedalaman<br />
air dan kecepatan aliran yang sama<br />
disepanjang aliran.<br />
Kedalaman aliran disebut<br />
kedalaman normal.<br />
☺ Aliran seragam terbentuk apabila<br />
besarnya hambatan diimbangi oleh gaya<br />
gravitasi.
☺ Perhitungan kedalaman normal pada<br />
aliran seragam dapat dilakukan dengan<br />
menggunakan persamaan manning atau<br />
persamaan chezy dengan cara aljabar dan<br />
cara grafis.<br />
☺ Faktor hambatan adalah kekasaran<br />
saluran.<br />
☺ Penampang gabungan suatu saluran<br />
terdiri dari penampang saluran utama dan<br />
penampang banjir.
Untuk suatu saluran yang mengalirkan banjir<br />
Untuk suatu saluran yang mengalirkan banjir<br />
dimana kondisi geometri penampang hilir tidak sama<br />
karena debit aliran yang sampai ke hilir tidak lagi<br />
sama dengan debit di hulu karena tambahan air<br />
banjir, perlu pendekatan aliran seragam untuk<br />
perhitungan kemampuannya.
Suatu cara untuk menghitung besarnya debit<br />
banjir yang dapat dialirkan oleh suatu saluran adalah<br />
cara Luas Kemiringan (Slope area method). Cara ini<br />
pada dasarnya menggunakan konsep aliran seragam<br />
dengan persamaan Manning.<br />
u<br />
L<br />
Q<br />
Gambar 3.11. Suatu penampang memanjang saluran untuk<br />
penampang banjir<br />
d<br />
F<br />
Laut
Misalnya suatu saluran digunakan untuk<br />
menampung dan mengalirkan debit banjir<br />
mempunyai dimensi yang berbeda antara hulu<br />
(up stream) dan hilir (down stream).<br />
Untuk menghitung debit banjir melalui saluran<br />
tersebut perlu dilakukan prosedur sebagai berikut :<br />
1. Dari harga–harga A, R dan n yang diketahui,<br />
hitung faktor penghantar K u dan K d.<br />
2. Hitung harga K rata–rata.<br />
u K K K . =<br />
d
3. Diambil asumsi bahwa tinggi kecepatan dapat<br />
diabaikan, kemiringan garis energi sama dengan<br />
selisih tinggi muka air di hulu dan di hilir F dibagi<br />
panjang saluran.<br />
i =<br />
4. Dengan asumsi tersebut hitung perkiraan<br />
pertama debit aliran.<br />
Q =<br />
F<br />
L<br />
K<br />
i
5. Ambil asumsi bahwa debit aliran sama dengan<br />
perkiraan pertama Q dan hitung harga.<br />
2<br />
2<br />
V d<br />
α u<br />
2g<br />
dan<br />
αV<br />
2g<br />
Dengan harga–harga tersebut maka kemiringan<br />
garis energi<br />
i<br />
=<br />
h<br />
f<br />
L
dimana :<br />
( V 2g<br />
V 2g<br />
)<br />
2<br />
2<br />
α −α<br />
hf = F + k u u<br />
d u<br />
V u d<br />
< V ; k =<br />
V u<br />
d<br />
> V ; k =<br />
1,<br />
0<br />
0,<br />
5<br />
Ulangi perhitungan tersebut sampai diperoleh<br />
harga Q yang tetap.<br />
Untuk memperdalam penguasaan materi ini lihat<br />
contoh soal sebagai berikut :
Efek dari gaya gravitasi pada<br />
suatu aliran ditunjukkan dalam<br />
perbandingan atau rasio antara gaya<br />
inersia dan gaya gravitasi. Rasio<br />
antara gaya-gaya tersebut dinyatakan<br />
dalam angka Froude, yaitu :<br />
F =<br />
R<br />
V<br />
g . L<br />
(11)
Dimana:<br />
F R = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak<br />
mempunyai satuan)<br />
V = kecepatan rata-rata aliran ( ft/s atau m/s )<br />
L = panjang karakteristik (dalam ft atau m)
Dalam aliran saluran terbuka panjang karakteristik<br />
disamakan dengan kedalaman hydraulik D.<br />
Dengan demikian untuk aliran saluran terbuka<br />
angka Froude adalah:<br />
F R<br />
=<br />
V<br />
g . D<br />
(12)<br />
Apabila angka F sama dengan satu maka Pers..10<br />
menjadi:<br />
V =<br />
g .<br />
D<br />
(13)
Dimana:<br />
g.<br />
D<br />
Adalah kecepatan rambat<br />
gelombang (celerity), dari<br />
gelombang gravitasi yang<br />
terjadi dalam aliran dangkal.<br />
c =<br />
gD
Dalam hal ini aliran disebut dalam kondisi<br />
kritis, and aliran disebut aliran kritis (critical flow).<br />
Apabila harga angka F R lebih kecil daripada satu atau<br />
V 〈 g.<br />
D<br />
aliran disebut aliran sub-kritis (subcritical flow).<br />
Dalam kondisi ini gaya gravitasi memegang<br />
peran lebih besar; dalam hal ini kecepatan aliran lebih<br />
kecil daripada kecepatan rambat gelombang dan hal ini<br />
ditunjukkan dengan lairannya yang tenang.
Sebaliknya apabila harga F R lebih besar<br />
daripada satu atau<br />
V 〉 g .<br />
aliran disebut Aliran super-kritis (supercritical flow).<br />
Dalam hal ini gaya-gaya inersia menjadi<br />
dominan, jadi aliran mempunyai kecepatan besar;<br />
kecepatan aliran lebih besar daripada kecepatan rambat<br />
gelombang yang ditandai dengan alirannya yang deras.<br />
D
Suatu kombinasi dari efek viskositas<br />
dan gravitasi menghasilkan salah satu dari<br />
empat regime aliran, yang disebut:<br />
(a) subkritis-laminer (subcritical-laminer),<br />
dan Re apabila FR lebih kecil daripada satu<br />
berada dalam rentang laminer;
(b) superkritis-laminer (supercritical-laminer),<br />
apabila F R lebih besar daripada satu dan<br />
R e berada dalam rentang laminer;<br />
(c) superkritis-turbulent (supercritical-turbulent),<br />
apabila FR lebih besar daripada satu dan<br />
Re berada dalam rentang laminer;<br />
(d) subkritis-turbulen (subcritical-turbulent),<br />
apabila F R lebih kecil daripada satu dan R e<br />
berada dalam rentang turbulen.
dh<br />
dx<br />
dy<br />
dx<br />
< 0<br />
> 0<br />
A 3<br />
A 2<br />
dy<br />
dx<br />
> 0<br />
Pintu air<br />
A 3<br />
dh<br />
dx<br />
< 0<br />
A 2<br />
(c)<br />
Contoh praktek aliran melalui<br />
pintu bukaan bawah<br />
Bendung<br />
(b)<br />
Contoh praktek aliran<br />
melalui bendung<br />
Gambar 4.2. Sket definisi dan contoh aliran berubah<br />
lambat laun pada dasar saluran negatif<br />
(saluran menanjak di arah aliran)
dh<br />
dx<br />
< 0<br />
H 2<br />
(a)<br />
Teori<br />
H 3<br />
(c)<br />
dh<br />
dx<br />
<<br />
Pintu air<br />
H 3<br />
0<br />
(b)<br />
Contoh Praktek<br />
H 2<br />
Terjunan<br />
Gambar 4.3. Sket definisi dan contoh aliran berubah<br />
lambat laun pada dasar horizontal
y c<br />
M 1<br />
y n<br />
i b < i c<br />
i b < i c<br />
(c)<br />
M 2<br />
(d)<br />
y<br />
C<br />
C<br />
C<br />
C
i b < i c<br />
(e)<br />
M 2<br />
C<br />
C
y c<br />
y n<br />
i b < i c<br />
i b > i c<br />
y<br />
M 2<br />
(a)<br />
S 2<br />
(b)<br />
M 2<br />
C 1<br />
C 1<br />
y n<br />
y<br />
i b > i c<br />
i b > i c<br />
C 2<br />
y c<br />
C 2
y c<br />
y yn y n<br />
i b > i c<br />
I b < i c<br />
(d)<br />
C<br />
(c)<br />
C<br />
M 2<br />
M 3<br />
M 1<br />
M2<br />
y c<br />
i b < i c<br />
y n<br />
Alternatif 3<br />
Alternatif 2<br />
Alternatif 1
y n1<br />
a. Kemiringan landai<br />
`q 1 q 2< q 1 q 3< q 1<br />
M 2<br />
y c1 y y n2<br />
y n y c<br />
C<br />
C<br />
S 2<br />
y n<br />
(a) Denah<br />
y c2<br />
i b < i c<br />
(b)<br />
M 1<br />
ib > ic (c)<br />
y<br />
C<br />
C<br />
S 3<br />
y c3= y c1 y n3 =<br />
y n1<br />
y c y n y c<br />
Gambar 4.11.<br />
Perubahan profil<br />
aliran aliran dalam dalam<br />
saluran saluran yang yang<br />
mengalami<br />
perubahan lebar
Suatu penampang saluran dapat terdiri dari<br />
beberapa bagian yang mempunyai angka<br />
kekasaran yang berbeda–beda. Sebagai contoh<br />
yang paling mudah dikenali adalah saluran banjir.<br />
<strong>Saluran</strong> tersebut pada umumnya terdiri saluran<br />
utama dan saluran samping sebagai penampang<br />
debit banjir.
Penampang tersebut adalah sebagai berikut :<br />
n 3<br />
I II III<br />
n 2<br />
n 1<br />
n 1<br />
Gambar 3.9. Penampang gabungan dari suatu saluran<br />
n 1<br />
n 2<br />
n 3
Penampang tersebut mempunyai kekasaran<br />
yang berbeda–beda, pada umumnya harga n di<br />
penampang samping lebih besar daripada di<br />
penampang utama. Untuk menghitung debit aliran<br />
penampang tersebut dibagi menjadi beberapa<br />
bagian penampang menurut jenis kekasarannya.<br />
Pembagian penampang dapat dilakukan menurut<br />
garis–garis vertikal (garis putus–putus seperti pada<br />
gambar diatas) atau menurut garis yang sejajar<br />
dengan kemiringan tebing (garis titik–titik seperti<br />
pada gambar).
Dengan menggunakan persamaan Manning<br />
debit aliran melalui setiap bagian penampang<br />
tersebut dapat dihitung. Debit toatal adalah<br />
penjumlahan dari debit di setiap bagian penampang.<br />
Kemudian kecepatan rata–rata aliran dihitung dari<br />
debit total aliran dibagi dengan luas seluruh<br />
penampang.<br />
Misalnya kecepatan rata–rata setiap bagian<br />
penampang adalah : V 1 , V 2 , ….V N dan koefisien<br />
energi dan koefisien momentum setiap bagian<br />
adalah : α 1 , α 2 , …α N dan β 1 , β 2 , ….β N . Kemudian,<br />
apabila luas penampang setiap bagian tersebut<br />
adalah ∆A 1 , ∆A 2 , …. ∆A N , maka :
V<br />
1<br />
1<br />
AR<br />
= n<br />
∆A<br />
2 3 1 2<br />
1<br />
i<br />
=<br />
K1<br />
∆A<br />
1<br />
i<br />
1 2<br />
dimana K 1 = 1/n A R ⅔ = faktor penghantar<br />
(conveyence) untuk penampang 1. dan :<br />
V<br />
K<br />
K<br />
2 1 2<br />
N 1 2<br />
2 = i .... V N = i<br />
∆ A A2 ∆ A AN<br />
Q = V A = V 1 ∆A 1 + V 2 ∆A 2 + ……… V 3 ∆A 3<br />
Q<br />
V<br />
=<br />
=<br />
( K + K + ... K )<br />
Q<br />
A<br />
1<br />
⎛<br />
⎜<br />
=<br />
⎝<br />
N<br />
1<br />
2<br />
∑<br />
K<br />
N<br />
A<br />
⎞<br />
⎟i<br />
⎠<br />
N<br />
1 2<br />
i<br />
1 2<br />
⎛<br />
= ⎜<br />
⎝<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
K<br />
N<br />
⎞<br />
⎟i<br />
⎠<br />
1 2<br />
(3.19)<br />
(3.20)
Dalam hal pembagian<br />
kecepatan tidak<br />
merata di penampang<br />
aliran maka di dalam<br />
perhitungan alirannya<br />
diperlukan koefisien<br />
energi α dan β<br />
tersebut dapat<br />
digunakan persamaan<br />
tersebut diatas. Dari<br />
persamaan (1.18) dan<br />
(1.24) yang telah<br />
dijelaskan di dalam<br />
modul 1.<br />
α =<br />
β<br />
=<br />
∑v 3<br />
∆A<br />
V<br />
V<br />
3<br />
A<br />
∑ v<br />
2<br />
∆A<br />
2<br />
A
memasukkan persamaan (3.20) ke persamaan ini<br />
α =<br />
β =<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
3<br />
3<br />
( α K ) ∆A<br />
∆A<br />
( α K )<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
N<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
N<br />
K<br />
N<br />
3<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠<br />
A<br />
N<br />
A<br />
2<br />
N<br />
=<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
N<br />
K<br />
N<br />
N<br />
3<br />
3<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠<br />
∆A<br />
A<br />
2<br />
3<br />
N<br />
3<br />
2<br />
3 3<br />
( ββ<br />
K ) ∆ A A ( αα<br />
K ) ∆ A<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
N<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
K<br />
N<br />
N<br />
N<br />
∆ N N ∑<br />
3<br />
⎞ 2<br />
⎟ A A<br />
⎠<br />
= 1<br />
⎛<br />
⎜<br />
⎝<br />
N<br />
∑<br />
1<br />
N<br />
K<br />
N<br />
N<br />
3<br />
⎞<br />
⎟<br />
⎠<br />
A<br />
2<br />
N<br />
(3.21)<br />
(3.22)<br />
Untuk memahami penerapan konsep penampang<br />
gabungan (compound section).<br />
Lihat contoh sebagai berikut :