19.04.2013 Views

DIENAR FITRI PRATAMI.pdf - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DIENAR FITRI PRATAMI.pdf - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DIENAR FITRI PRATAMI.pdf - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ANALISIS CEMARAN DAGING BABI<br />

PADA PRODUK BURGER SAPI YANG BEREDAR<br />

DI WILAYAH CIPUTAT MELALUI AMPLIFIKASI DNA<br />

MENGGUNAKAN REAL-TIME PCR<br />

SKRIPSI<br />

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk<br />

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far)<br />

Oleh:<br />

<strong>DIENAR</strong> <strong>FITRI</strong> <strong>PRATAMI</strong><br />

NIM : 107102000215<br />

PROGRAM STUDI FARMASI<br />

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH<br />

JAKARTA<br />

2011<br />

i


LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI<br />

NAMA : <strong>DIENAR</strong> <strong>FITRI</strong> <strong>PRATAMI</strong><br />

NIM : 107102000215<br />

JUDUL : ANALISIS CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK<br />

BURGER SAPI YANG BEREDAR DI WILAYAH CIPUTAT<br />

MELALUI AMPLIFIKASI DNA MENGGUNAKAN REAL-<br />

TIME PCR<br />

Pembimbing I<br />

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt<br />

NIP. 1956010619851010001<br />

Menyetujui,<br />

Mengetahui,<br />

Ketua Program Studi Farmasi FKIK<br />

<strong>UIN</strong> <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong><br />

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt<br />

NIP. 1956010619851010001<br />

ii<br />

Pembimbing II<br />

Zilhadia, M.Si, Apt<br />

NIP. 197308222008012007


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI<br />

Skripsi dengan judul<br />

ANALISIS CEMARAN DAGING BABI<br />

PADA PRODUK BURGER SAPI YANG BEREDAR<br />

DI WILAYAH CIPUTAT MELALUI AMPLIFIKASI DNA<br />

MENGGUNAKAN REAL-TIME PCR<br />

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji oleh<br />

Pembimbing:<br />

Dienar Fitri Pratami<br />

NIM 107102000215<br />

Menyetujui,<br />

1. Pembimbing I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ........................<br />

2. Pembimbing II Zilhadia, M.Si, Apt ........................<br />

Penguji:<br />

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ........................<br />

2. Anggota Penguji I Prof. Dr. H. Chairul, M.Sc, Apt ........................<br />

3. Anggota Penguji II Lina Elfita, M.Si, Apt ........................<br />

4. Anggota Penguji III Ofa Suzanti B, M.Si, Apt ........................<br />

Mengetahui,<br />

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan<br />

<strong>UIN</strong> <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong><br />

Tanggal lulus : 20 Desember 2011<br />

Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And<br />

iii


LEMBAR PERNYATAAN<br />

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-<br />

BENAR KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI<br />

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU<br />

PADA LEMBAGA MANAPUN.<br />

iv<br />

<strong>Jakarta</strong>, Desember 2011<br />

<strong>DIENAR</strong> <strong>FITRI</strong> <strong>PRATAMI</strong>


KATA PENGANTAR<br />

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan<br />

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan<br />

penulisan skripsi dengan judul Analisis Cemaran Daging Babi Pada Produk<br />

Burger Sapi Yang Beredar Di Wilayah Ciputat Melalui Amplifikasi DNA<br />

Menggunakan Real-Time PCR. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada<br />

junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang<br />

senantiasa istiqomah mengikuti sunnah-Nya.<br />

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai<br />

gelar Sarjana Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran<br />

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong>.<br />

Keberhasilan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari<br />

bantuan dan dorongan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,<br />

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-<br />

besarnya kepada:<br />

1. Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas<br />

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan <strong>UIN</strong> <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong>.<br />

2. Bapak Drs. Muhammad Yanis Musdja, M.Sc, Apt, selaku Ketua Program<br />

studi Farmasi FKIK <strong>UIN</strong> <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong> sekaligus pembimbing 1<br />

yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulisan skripsi ini .<br />

3. Ibu Zilhadia M.Si, Apt, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,<br />

semangat, ilmu, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.<br />

4. Kedua orang tua, Ayahanda Eko Priyono dan Ibunda Siti Kundari yang selalu<br />

memberikan kasih sayang, doa yang tidak pernah putus di tiap tengadah<br />

tangan dan dukungan baik moril maupun materil. Tiada apapun di dunia ini<br />

yang dapat membalas semua kebaikan, cinta dan kasih sayang yang telah<br />

kalian berikan.<br />

5. Untuk adikku tersayang Danar Riko Al-Harits meskipun tidak terjun langsung<br />

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tawamu adalah<br />

inspirasiku.<br />

v


6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga<br />

penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK <strong>UIN</strong> <strong>Syarif</strong><br />

<strong>Hidayatullah</strong> <strong>Jakarta</strong>.<br />

7. Kak Yopi, Pak Aris, Kak Melinda, Kak Shely, dan Kak Yos, teman belajar<br />

yang menyenangkan dan sangat membantu penulis memahami hal-hal sulit<br />

dalam bioteknologi.<br />

8. Para staf dan karyawan program studi Farmasi. Staf Administrasi Farmasi<br />

yang telah banyak membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi.<br />

9. Nur Sriati, the best partner sekaligus teman seperjuangan uji DNA terimakasih<br />

untuk tawa dan ceria yang selama ini menutupi penatnya penelitian.<br />

10. Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2007, terutama para Naftaleners<br />

terimakasih untuk kebersamaan, dukungan, saran dan kritiknya. Kebersamaan<br />

kita akan selalu terkenang di dalam hati sanubari.<br />

11. Teman-temanku satu atap yang setia menemani cerita suka dan duka selama<br />

penelitian, my best ai rosyi, my best choka asoka, neta, ulin, koprek dan esha.<br />

Dan untuk my best arief rahman, terima kasih untuk dukungan yang tiada<br />

henti.<br />

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut<br />

membantu menyelesaikan skripsi ini.<br />

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.<br />

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis<br />

harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.<br />

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil<br />

penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi<br />

mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.<br />

vi<br />

<strong>Jakarta</strong>, Desember 2011<br />

Penulis


DAFTAR ISI<br />

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i<br />

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... ii<br />

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii<br />

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv<br />

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v<br />

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii<br />

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix<br />

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x<br />

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi<br />

ABSTRAK ........................................................................................................... xii<br />

ABSTRACT ........................................................................................................ xiii<br />

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1<br />

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1<br />

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3<br />

1.3 Hipotesis .......................................................................................... 3<br />

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4<br />

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4<br />

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5<br />

2.1 Daging Babi ..................................................................................... 5<br />

2.2 Organel Sel ...................................................................................... 5<br />

2.3 Protein dan Asam Nukleat ............................................................... 7<br />

2.4 DNA................................................................................................. 8<br />

2.4.1 Struktur dan Sifat Kimia DNA .............................................. 8<br />

2.4.2 Sifat Fisika DNA .................................................................. 10<br />

2.4.3 Fungsi DNA .......................................................................... 10<br />

2.4.4 Isolasi DNA .......................................................................... 10<br />

2.5 DNA Mitokondria........................................................................... 12<br />

2.6 PCR ................................................................................................. 14<br />

2.6.1 Komponen PCR .................................................................... 15<br />

2.6.2 Tahapan PCR ........................................................................ 19<br />

2.7 Real-time PCR ................................................................................ 21<br />

2.8 Elektroforesis Gel ........................................................................... 23<br />

2.9 Daging Burger ................................................................................ 26<br />

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 27<br />

3.1 Alur Penelitian ................................................................................ 27<br />

3.2 Waktu dan Tempat .......................................................................... 27<br />

3.3 Alat dan Bahan ............................................................................... 28<br />

3.3.1 Alat ....................................................................................... 28<br />

3.3.2 Bahan .................................................................................... 28<br />

3.4 Tahapan Penelitian ......................................................................... 29<br />

3.5 Prosedur Kerja ................................................................................ 29<br />

vii<br />

Halaman


3.5.1 Pengumpulan Sampel ........................................................... 29<br />

3.5.2 Isolasi DNA dengan DNA Purification ................................ 29<br />

3.5.3 Elektroforesis ........................................................................ 30<br />

3.5.4 Dokumentasi Gel .................................................................. 31<br />

3.5.5 Amplifikasi PCR dengan real time PCR .............................. 31<br />

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 33<br />

4.1 Hasil ................................................................................................ 33<br />

4.1.1 Isolasi Genom ....................................................................... 33<br />

4.1.2 Uji Cemaran DNA Babi pada Sampel .................................. 34<br />

4.2 Pembahasan .................................................................................... 35<br />

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 43<br />

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43<br />

5.2 Saran ............................................................................................... 43<br />

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44<br />

LAMPIRAN ......................................................................................................... 49<br />

viii


DAFTAR TABEL<br />

Tabel 1. Perbandingan sel eukariotik dan prokariotik ......................................... 6<br />

Tabel 2. Kisaran umum ukuran DNA ................................................................. 24<br />

Tabel 3. Susunan basa primer dan probe untuk sapi dan babi ............................ 28<br />

Tabel 4. Program amplifikasi PCR ..................................................................... 32<br />

Tabel 5. Campuran reaksi mastermix ................................................................. 55<br />

ix


DAFTAR GAMBAR<br />

Gambar 1. Sel eukariotik dan prokariotik ........................................................... 6<br />

Gambar 2. Struktur basa nitrogen purin dan pirimidin. ...................................... 8<br />

Gambar 3. Struktur double helix DNA. .............................................................. 9<br />

Gambar 4. Struktur mtDNA. .............................................................................. 13<br />

Gambar 5. Siklus PCR. ...................................................................................... 21<br />

Gambar 6. Bentuk kurva pada real-time PCR. ................................................... 22<br />

Gambar 7. Interkalasi etidium bromida pada DNA. .......................................... 26<br />

Gambar 8. Skema alur penelitian. ...................................................................... 27<br />

Gambar 9. Hasil elektroforesis DNA yang diisolasi dari kontrol pembanding<br />

dan sampel. ...................................................................................... 33<br />

Gambar 10. Kurva Real-time PCR yang menunjukkan hasil amplifikasi<br />

menggunakan primer spesifik sapi. ................................................. 34<br />

Gambar 11. Kurva Real-time PCR yang menunjukkan hasil amplifikasi<br />

menggunakan primer spesifik babi. ................................................. 34<br />

Gambar 12. BLAST primer dan probe sapi. ........................................................ 50<br />

Gambar 13. BLAST primer dan probe babi. ........................................................ 50<br />

Gambar 14. Pengaturan subset editor................................................................... 57<br />

Gambar 15. Pengaturan sample editor. ................................................................ 57<br />

Gambar 16. Hasil abs.quant real-time PCR menggunakan primer dan probe<br />

spesifik sapi. .................................................................................... 58<br />

Gambar 17. Hasil abs.quant real-time PCR menggunakan primer dan probe<br />

spesifik babi. .................................................................................... 58<br />

Gambar 18. Satu set alat DNA Purification. ........................................................ 61<br />

Gambar 19. Satu set alat elektroforesis. ............................................................... 61<br />

Gambar 20. Gel Documentation. ......................................................................... 61<br />

Gambar 21. Satu set alat real-time PCR............................................................... 61<br />

Gambar 22. Alat-alat dispossible. ........................................................................ 62<br />

Gambar 23. Mikro pipet. ...................................................................................... 62<br />

Gambar 24. Timbangan analitik. .......................................................................... 62<br />

Gambar 25. Spetrofotometer Nano Drop. ............................................................ 62<br />

x


DAFTAR LAMPIRAN<br />

Lampiran 1. Hasil konsentrasi dan kemurnian DNA kontrol dan DNA sampel . 49<br />

Lampiran 2. Hasil BLAST berdasarkan informasi database NCBI melalui<br />

software Geneious 4.6.1 ................................................................ 50<br />

Lampiran 3. Hasil alignment primer yang digunakan dengan berbagai spesies<br />

babi melalui software Geneious 4.6.1 ........................................... 51<br />

Lampiran 4. Membuat larutan induk primer dan probe ...................................... 54<br />

Lampiran 5. Campuran reaksi master mix untuk amplifikasi DNA ................... 55<br />

Lampiran 6. Perhitungan temperatur annealing .................................................. 56<br />

Lampiran 7. Pengaturan subset editor dan sample editor ................................... 57<br />

Lampiran 8. Tampilan software Light Cycler 480® SW 1,5 .............................. 58<br />

Lampiran 9. Tampilan report analysis PCR dengan primer spesifik babi .......... 59<br />

Lampiran 10. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian .................................... 61<br />

xi


ABSTRAK<br />

JUDUL : ANALISIS CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK<br />

BURGER SAPI YANG BEREDAR DI WILAYAH CIPUTAT<br />

MELALUI AMPLIFIKASI DNA MENGGUNAKAN REAL-<br />

TIME PCR<br />

Kehalalan merupakan isu yang menjadi perhatian utama industri<br />

makanan dan diantara isu tersebut adalah cemaran daging babi pada<br />

beberapa produk makanan. Penelitian ini dilakukan untuk<br />

mengidentifikasi cemaran daging babi pada produk daging sapi<br />

menggunakan real-time PCR. DNA genom babi, sapi dan enam sampel<br />

burger sapi diisolasi dengan mesin purifikasi DNA kemudian<br />

diamplifikasi menggunakan sepasang primer spesifik DNA babi dan<br />

sapi pada daerah mitokondria sitokrom b. Amplifikasi dilakukan<br />

sebanyak 40 siklus dengan suhu denaturasi 95 0 C selama 15 detik dan<br />

annealing pada suhu 60 0 C selama 1 menit. Hasil kurva amplifikasi<br />

real-time PCR menggunakan primer spesifik babi, menunjukkan<br />

bahwa kontrol positif teramplifikasi dengan nilai CP 15,17 sedangkan<br />

kontrol negatif dan enam sampel burger sapi tidak teramplifikasi.<br />

Kata kunci: Halal, burger sapi, purifikasi DNA, real-time PCR.<br />

xii


ABSTRACT<br />

TITLE : ANALYSIS CONTAMINATION OF PORK IN BEEF BURGER<br />

WHICH DISTRIBUTED IN CIPUTAT AREA THROUGH<br />

AMPLIFICATION DNA USING REAL-TIME PCR<br />

Halal authenticity is an issue of major concern in the food industry and<br />

it is related to the porcine contamination at such of food productions.<br />

This study was conducted to identify the contamination of pork in beef<br />

meats product using real-time PCR. Genomic DNA of pork, beef and<br />

six beef burgers samples were isolated by DNA purification machines<br />

then amplification is worked by using pair of porcine and bovinespecific<br />

primers which in the area of mitochondrial DNA cytochrome<br />

b. The amplification processed 40 cycles with denaturation of 95 0 C<br />

in 15 minutes and 1 minute of 60 0 C annealing. The result of real-time<br />

PCR amplification curve using specific primers porcine showed that<br />

the positive control was amplified with the value of CP 15.17 while the<br />

negative control and 6 samples of beef burgers are unamplified.<br />

Keyword: Halal, beef burger, DNA purification, real-time PCR.<br />

xiii


1.1 Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Babi merupakan hewan yang secara keseluruhan diharamkan untuk<br />

dikonsumsi oleh umat Islam (Q.S Al-Baqarah : 173, Al-An’am : 145, Al-<br />

Maidah : 3 dan An-Nahl : 115). Indonesia merupakan negara dengan<br />

mayoritas masyarakat beragama Islam sehingga menjadi kewajiban negara<br />

untuk memperhatikan kehalalan makanannya dari campuran daging babi.<br />

Pada era perdagangan global, dimungkinkan terjadinya impor bahan<br />

makanan dalam bentuk olahan atau mentah dari negara lain ke Indonesia<br />

tanpa melalui pengujian. Sejumlah produk telah disertifikasi halal oleh<br />

MUI termasuk produk pangan daging. Namun masih ditemukan beberapa<br />

kasus pencampuran daging babi pada produk daging sapi olahan. Tujuan<br />

pencampuran tersebut untuk menghasilkan produk akhir dengan harga<br />

yang relatif lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan aslinya,<br />

mengingat harga daging sapi terus meningkat (Margawati, 2010).<br />

Pada September 2009 ditemukan kasus pencampuran daging babi<br />

dalam daging sapi di pasar tradisional Ibuh, kota Payakumbuh, Sumatera<br />

Barat (Sholeh, 2009). Kandungan daging babi juga ditemukan dalam<br />

dendeng sapi di kota Malang dan Jawa Timur (Irawati, 2009). Selain<br />

beredar di Kota Malang, lima produk dendeng sapi yang mengandung babi<br />

juga beredar di Bogor, Bandung, Surabaya, dan Bali (Sucipto, 2009;<br />

1


Muslichan, 2009). Hal tersebut tentunya sangat meresahkan penduduk<br />

Indonesia yang sebagian besar adalah muslim.<br />

Dewasa ini kemajuan teknologi telah mengalami peningkatan di<br />

bidang biologi molekuler. Teknologi tersebut dapat diaplikasikan dan<br />

mempermudah pengujian akan adanya kontaminasi bahan lain diluar<br />

bahan aslinya. Seperti halnya pengujian cemaran daging babi dalam<br />

berbagai produk daging olahan seperti daging burger dapat dideteksi<br />

melalui amplifikasi PCR. Endang Tri Margawati (2010) telah melakukan<br />

pengujian pencemaran campuran daging babi pada produk bakso. Begitu<br />

juga Calvo et al, (2001) yang melakukan identifikasi daging babi pada<br />

produk makanan olahan dan mentah melalui amplifikasi PCR.<br />

Keberhasilan isolasi DNA dan amplifikasi PCR dari sampel daging yang<br />

terkontaminasi daging babi juga telah dibuktikan oleh Alaraidh pada tahun<br />

2008 di pasar Saudi. Sistem TaqMan real-time PCR dengan probe Minor<br />

Groove Binding (MGB) juga telah digunakan pada pendeteksian<br />

kuantifikasi DNA sapi, babi, domba, ayam, kalkun dan burung onta pada<br />

sampel yang kompleks (Andreo et al, 2005).<br />

Metode analisis dengan menggunakan DNA memiliki beberapa<br />

keuntungan, yaitu DNA dapat ditemukan di semua tipe sel pada suatu<br />

individu dengan informasi genetik yang identik, DNA merupakan molekul<br />

yang stabil dalam proses ekstraksi, dan analisis DNA sangat mungkin<br />

dikerjakan dari beberapa tipe sampel yang berbeda (Jain, 2004). Dengan<br />

demikian upaya mendeteksi adanya campuran daging babi dalam produk<br />

daging sapi olahan dapat dilakukan.<br />

2


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ada atau tidaknya<br />

kandungan daging babi pada produk daging sapi olahan. Sampel yang<br />

digunakan pada penelitian ini adalah burger sapi. Pengujian dilakukan<br />

melalui amplifikasi DNA menggunakan real-time PCR. Real-time PCR<br />

merupakan metode terkini untuk amplifikasi DNA. Pada real-time PCR<br />

jumlah DNA yang diamplifikasi bisa langsung diamati secara real-time<br />

sehingga tidak memerlukan analisis dengan elektroforesis gel untuk<br />

mengetahui produk PCR. Real-time PCR lebih dikenal sebagai<br />

quantitative PCR karena kemampuan analisanya yang akurat, sensitif dan<br />

spesifik sehingga mengurangi kesalahan pada hasil (Burns et al, 2005).<br />

1.2 Rumusan Masalah<br />

1. Bagaimana kondisi optimal amplifikasi DNA menggunakan primer<br />

spesifik babi dan sapi dengan real-time PCR?<br />

2. Apakah burger sapi yang beredar di wilayah Ciputat tercemar daging<br />

babi?<br />

1.3 Hipotesis<br />

1. Real-time PCR dapat mengamplifikasi DNA menggunakan primer<br />

spesifik babi dan sapi.<br />

2. Burger sapi yang beredar di wilayah Ciputat ada yang tercemar daging<br />

babi.<br />

3


1.4 Tujuan Penelitian<br />

1. Menentukan kondisi optimal amplifikasi DNA menggunakan primer<br />

spesifik babi dan sapi dengan real-time PCR.<br />

2. Mendeteksi adanya kandungan babi dalam burger sapi yang dijual di<br />

wilayah Ciputat melalui amplifikasi DNA menggunakan real-time<br />

PCR.<br />

1.5 Manfaat Penelitian<br />

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada<br />

masyarakat tentang keamanan dan kehalalan produk burger sapi yang<br />

beredar di wilayah Ciputat. Hal ini dilakukan sebagai dharma <strong>UIN</strong><br />

terhadap masyarakat sekitar, sehingga masyarakat lebih berhati-hati dan<br />

bijaksana dalam mengkonsumsi produk olahan daging seperti burger sapi.<br />

4


2.1 Daging Babi<br />

BAB II<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan<br />

berhidung ceper pemakan daging maupun tumbuh-tumbuhan dan<br />

merupakan hewan yang berasal dari Eurasia (Wijaya, 2009).<br />

Daging babi merupakan daging yang sangat sulit dicerna karena<br />

banyak mengandung lemak. Meskipun empuk dan terlihat begitu enak dan<br />

lezat, namun daging babi sulit dicerna. Babi juga memiliki lemak<br />

punggung yang tebal dan bersifat oxidative rancidity, sehingga secara<br />

struktur kimia sudah tidak layak dikonsumsi. Penelitian ilmiah modern di<br />

dua negara yaitu Cina dan Swedia menyatakan bahwa daging babi<br />

merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Babi banyak<br />

mengandung parasit, bakteri, bahkan virus yang berbahaya sehingga<br />

dikatakan sebagai Reservoir Penyakit (Wijaya, 2009).<br />

2.2 Organel Sel<br />

Sel merupakan unit terkecil yang menunjukkan semua sifat yang<br />

dihubungkan dengan kehidupan. Suatu sel harus memperoleh energi dari<br />

luar untuk digunakan dalam proses-proses vital seperti pertumbuhan,<br />

perbaikan dan reproduksi. Semua reaksi kimiawi dan fisika yang terjadi<br />

didalam sel untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut disebut metabolisme.<br />

Reaksi metabolik dikatalisis oleh enzim. Enzim merupakan molekul<br />

5


protein yang dapat mempercepat terjadinya reaksi biokimiawi tanpa<br />

diubah secara permanen maupun dikonsumsi dalam proses tersebut.<br />

Struktur tiap enzim dikodekan oleh suatu segmen asam deoksiribonukleat<br />

(DNA) yang disebut gen (Stansfield et al, 2006).<br />

Organisme yang hidup saat ini dibagi dalam dua kelompok besar,<br />

yaitu prokariot dan eukariot.<br />

Sel Eukariotik Sel Prokariotik<br />

Gambar 1. Sel eukariotik dan prokariotik (Raven et al, 2005)<br />

Contoh dari prokariot adalah bakteri (dan eubactericae<br />

archaebactericae). Dan yang termasuk eukariot adalah jamur, tumbuh-<br />

tumbuhan dan hewan. Berikut adalah perbandingan antara prokariot dan<br />

eukariot menurut Koolman et al, 1994 dalam bukunya yang berjudul<br />

”Atlas Berwarna dan Teks Biokimia”:<br />

Tabel 1. Perbandingan sel eukariotik dan prokariotik (Koolman et al,<br />

1994)<br />

Prokariotik Eukariotik<br />

Bentuk organisasi :<br />

Bersel satu Bersel satu atau banyak<br />

6


Organel, sitoskelet, alat pembelahan sel :<br />

Ada Ada namun rumit dan terspesialisasi<br />

DNA :<br />

Kecil, sirkular, tidak ada intron Besar, dalam inti sel, banyak intron<br />

RNA : sintesis dan pematangan :<br />

Mudah, didalam sitoplasma Rumit, didalam inti sel<br />

Sederhana, terangkai dengan<br />

sintesis RNA<br />

Anaerobik atau aerobik, sangat<br />

mampu menyesuaikan diri<br />

2.3 Protein dan Asam Nukleat<br />

Protein : sintesis dan pematangan :<br />

Metabolisme :<br />

Endositosis dan eksositosis :<br />

Rumit, dalam sitoplasma dan<br />

retikulum endoplasma berbintil<br />

Kebanyakan aerobic<br />

Tidak Ya<br />

Protein dan asam nukleat merupakan senyawa polimer utama yang<br />

terdapat dalam sel (Gaffar, 2007). Protein merupakan polipeptida yang<br />

memiliki berbagai macam fungsi seperti katalisator reaksi-reaksi biokimia<br />

dalam sel, pengangkut molekul-molekul kecil dan ion, komponen sistem<br />

kekebalan tubuh, pengatur ekspresi genetik, penerus implus saraf dan<br />

sebagai komponen pendukung kekuatan-regang (Yuwono, 2009).<br />

Sedangkan asam nukleat berfungsi menyimpan dan mentransmisikan<br />

informasi genetik dalam sel (Gaffar, 2007).<br />

Sel mempunyai dua jenis molekul asam nukleat yaitu asam<br />

deoksiribonukleat (DNA) yang berfungsi sebagai penyimpan informasi<br />

dan asam ribonukleat (RNA) berperan sebagai ekspresi gen dan bio-<br />

7


2.4 DNA<br />

sintesis protein (Koolman et al, 1994). Semua asam nukleat dibentuk dari<br />

komponen-komponen nukleotida yang terdiri atas satu basa, satu gula dan<br />

satu residu fosfat. DNA dan RNA dapat dibedakan dari jenis gulanya dan<br />

pada salah satu dari basanya (Koolman et al, 1994).<br />

2.4.1 Struktur dan Sifat Kimia DNA<br />

DNA dan RNA merupakan polimer linier (polinukleotida) yang<br />

tersusun dari subunit atau monomer nukleotida. Komponen penyusun<br />

nukleotida terdiri dari tiga jenis molekul, yaitu gula pentosa (deoksiribosa<br />

pada DNA atau ribosa pada RNA), basa nitrogen, dan gugus fosfat. Basa<br />

nitrogen yang terdapat pada nukleotida adalah basa purin (adenine= A,<br />

guanine= G) dan basa pirimidin (cytosine= C, thymine= T, uracil= U).<br />

Timin terutama terdapat pada DNA sedangkan urasil hanya terdapat pada<br />

RNA. Monomer nukleotida mempunyai gugus hidroksil pada posisi<br />

karbon 3', gugus fosfat pada posisi karbon 5' dan basa pada posisi karbon<br />

1' molekul gula. Nukleotida satu dengan yang lainnya berikatan melalui<br />

ikatan fosfodiester antara gugus 5' fosfat dengan 3' hidroksil (Gaffar,<br />

2007).<br />

Gambar 2. Struktur basa nitrogen purin dan pirimidin (Yuwono, 2009).<br />

8


Pada tahun 1953, Watson dan Crick mengemukakan bahwa struktur<br />

molekul DNA merupakan rantai heliks ganda yang memutar kekanan<br />

(Gaffar, 2007). Struktur molekul DNA terdiri atas dua rangkaian<br />

nukleotida yang tersusun secara linier. Kedua rangkaian yang saling<br />

berikatan itu terbentuk seperti tali berpilin, sehingga molekul DNA<br />

dikatakan sebagai double helix (heliks ganda). Untuk membentuk<br />

rangkaian molekul DNA heliks ganda, basa nitrogen dari setiap nukleotida<br />

dalam satu rangkaian akan berpasangan dengan basa nitrogen dari setiap<br />

nukleotida pada rangkaian lainnya melalui ikatan hidrogen. Pengikatan<br />

basa nitrogen dari masing-masing nukleotida tersebut sangat spesifik. Basa<br />

A dari satu nukleotida selalu berikatan dengan basa T dari nukleotida<br />

lainnya, sedangkan basa G selalu berikatan dengan basa C. Pasangan A<br />

dan T terbentuk dengan dua ikatan hidrogen, sedangkan pasangan G dan C<br />

terbentuk dengan tiga ikatan. Oleh karena itu, pasangan G dan C lebih<br />

stabil daripada pasangan A dan T (Muladno, 2010).<br />

Gambar 3. Struktur double helix DNA (Gaffar, 2007)<br />

9


2.4.2 Sifat Fisika DNA<br />

DNA akan terpisah dari rantai komplemennya (denaturasi) pada<br />

suhu mendekati titik didih dan pH ekstrim (pH < 3 atau pH > 10) dan bisa<br />

bergabung kembali (renaturasi) pada suhu ± 60 0 C (Watson et al,1988).<br />

DNA menyerap sinar UV pada panjang gelombang 260 nm (Sambrook et<br />

al, 1989).<br />

2.4.3 Fungsi DNA<br />

DNA adalah dasar kimiawi hereditas dan penyusun gen yang<br />

menjadi unit fundamental informasi genetik. Informasi genetik yang<br />

disimpan dalam nukleotida berfungsi untuk memenuhi dua tujuan, yaitu<br />

sumber informasi bagi sintesis semua molekul protein pada sel serta<br />

organisme dan memberikan informasi yang diwariskan kepada anak atau<br />

generasi berikutnya (Granner, 1995).<br />

2.4.4 Isolasi DNA<br />

Semua organisme disusun oleh sel yang mengandung elemen genetik<br />

yang sama yaitu DNA yang terdapat dalam kromosom. Kromosom<br />

eukariot berbentuk linier sedangkan kromosom prokariot berbentuk<br />

sirkular. Selain itu prokariot juga mengandung satu atau lebih plasmid.<br />

Plasmid merupakan molekul DNA sirkuler dengan ukuran yang jauh lebih<br />

kecil dibanding kromosom (Gaffar, 2007).<br />

10


Prinsip isolasi DNA adalah memisahkan DNA dari komponen-<br />

komponen sel lain. Isolasi DNA dari organisme eukariot dilakukan melalui<br />

proses penghancuran membran sel (lisis), pemusnahan protein dan RNA,<br />

dan pemanenan DNA (Muladno, 2010). Membran sel dilisis dengan<br />

menambahkan bufer yang mengandung satu atau lebih deterjen, contohnya<br />

SDS (B), NP-40, atau Triton X-100 untuk membebaskan isinya. Kotoran<br />

sel yang ditimbulkan akibat pengrusakan oleh detergen tersebut<br />

dibersihkan dengan cara sentrifugasi Kemudian pada ekstrak sel tersebut<br />

ditambahkan proteinase yang berfungsi untuk mendegragasi protein dan<br />

RNAse yang berfungsi untuk mendegragasi RNA, sehingga tertinggal<br />

hanyalah DNA. Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan sampai suhu<br />

90 0 C untuk menginaktivasi enzim yang mendegradasi DNA (DNAse).<br />

Larutan DNA kemudian dipresipitasi dengan etanol dan bisa dilarutkan<br />

lagi dengan air (Gaffar, 2007).<br />

Namun, isolasi DNA kini lebih mudah dengan bantuan teknologi<br />

canggih yang disebut purifikasi DNA yang menghasilkan isolat DNA<br />

dengan kemurnian tinggi, hasil yang cepat, dan penggunaan yang mudah<br />

(Saiyed, 2008). Purifikasi DNA menggunakan seperangkat mesin dengan<br />

reagen kit pemurnian DNA yang bekerja secara otomatis, singkat dan<br />

efisien. Pemurnian DNA dapat dilakukan dari darah, sel-sel, dan sampel<br />

jaringan. Instrumen ini dapat memproses sampai dengan 16 sampel dalam<br />

waktu 30-45 menit. DNA yang telah dimurnikan dapat digunakan<br />

langsung dalam berbagai aplikasi termasuk PCR, restriksi oleh enzim<br />

endonuklease, dan elektroforesis gel agarosa. Instrumen ini dapat<br />

11


memproses sampel cair dan padat. Dilengkapi dengan cartridge yang<br />

berisi lysis buffer, MagnesiI ® PMPs dan wash buffer (Promega a , 2007).<br />

Pada mesin purifikasi DNA, sampel yang telah dilisis oleh bufer lisis,<br />

dicuci dengan wash buffer dan dielusi dengan elution buffer menggunakan<br />

bantuan MagnesiI ® PMPs (Promega a , 2007).<br />

2.5 DNA Mitokondria<br />

Mitokondria merupakan organel sel yang berfungsi sebagai<br />

penghasil energi. Fungsi penting mitokondria adalah menerima substrat<br />

untuk metabolisme energi (asam lemak, piruvat, kerangka karbon dan<br />

asam amino) dari sitoplasma dan menghancurkan secara oksidatif bahan-<br />

bahan tersebut menjadi CO2 dan H2O dan menghasilkan adenosin trifosfat<br />

(ATP). Dengan demikian mitokondria disebut ”pembangkit tenaga” bagi<br />

sel (Koolman et al, 1994).<br />

Keseluruhan mitokondria dalam satu sel mencapai hingga 25%<br />

volume sel. Mitokondria dikelilingi oleh dua membran yaitu membran<br />

dalam dan membran luar. Ruang antara membran dalam dan luar disebut<br />

ruang antar membran. Membran bagian dalam membentuk lipatan-lipatan<br />

yang disebut kristae dimana terdapat enzim-enzim oksidase. Membran<br />

dalam juga memiliki permukaan yang besar yang mengelilingi ruang<br />

matriks. Matriks ini mengandung DNA, RNA, ribosom, dan berbagai<br />

enzim yang berperan dalam oksidasi zat-zat makanan. (Koolman et al,<br />

1994).<br />

12


Mitokondria memiliki perangkat genetik sendiri yaitu DNA<br />

mitokondria atau sering disingkat mtDNA. Dengan bantuan DNAnya,<br />

mitokondria mempunyai kemampuan untuk mensintesis sendiri beberapa<br />

proteinnya. Namun bagian terbesar protein mitokondria disandi di dalam<br />

inti sel, kemudian disintesis pada ribosom yang bebas dalam sitoplasma<br />

dan diimpor ke dalam mitokondria (Koolman et al, 1994).<br />

Ukuran genom mitokondria minimum untuk berfungsinya<br />

mitokondria hewan multiseluler adalah 14000 pasang basa dari total<br />

ukuran yang berkisar hingga 39000 pasang basa. DNA mitokondria<br />

merupakan DNA rantai ganda yang berbentuk sirkuler. Ukuran DNA<br />

mitokondria relatif sangat kecil dibandingkan dengan ukuran genom<br />

intinya (Solihin, 1994).<br />

DNA mitokondria hewan secara umum memiliki jumlah dan jenis<br />

gen yang sama yaitu 13 daerah yang mengkode protein (URF1, URF2,<br />

URF3, URF4, URF5, URF6, URFA6L, URF4L, Cytochrome Oxidase unit<br />

I, Cytochrome Oxidase unit II, Cytochrome Oxidase unit III, Cytochrome<br />

b dan ATPase 6); 2 gen pengkode rRNA yaitu 12S rRNA dan 16S rRNA;<br />

dan 22 gen pengkode tRNA (Solihin, 1994).<br />

Gambar 4. Struktur mtDNA (Andaman, 1992)<br />

13


2.6 PCR<br />

DNA mitokondria bersifat khusus yang diturunkan melalui induk<br />

betina tanpa mengalami rekombinasi. Adanya sifat tersebut dapat<br />

digunakan untuk suatu rekonstitusi historik dari genealogi matrilinier suatu<br />

spesies maupun antar populasi yang ada. Beberapa hal yang mendukung<br />

penggunaan mtDNA sebagai penanda dalam studi keragaman genetik dan<br />

studi biologi populasi pada hewan yaitu (Solihin, 1994):<br />

1. DNA mitokondria terdapat dalam jumlah kopi yang tinggi. Jumlah<br />

kopi yang tinggi ini menjadikannya mudah diisolasi dan dipurifikasi<br />

untuk berbagai keperluan analisis genom.<br />

2. Ukuran DNA mitokondria relatif kecil (14-39 kb) sehingga dapat<br />

dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.<br />

3. Bagian-bagian dari genom mitokondria berevolusi dengan kecepatan<br />

yang berbeda.<br />

Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu teknik<br />

amplifikasi asam nukleat in vitro yang paling banyak dipelajari dan<br />

digunakan secara luas. Dalam waktu sembilan tahun sejak pertama kali<br />

dikemukakan oleh ilmuan dari Cetus Corporation, PCR telah berkembang<br />

menjadi teknik utama dalam laboratorium biologi molekuler, antara lain<br />

untuk transkripsi in vitro dari PCR template, PCR rekombinan, DNAse I<br />

footprinting, sequencing dengan bantuan phage promoters, dan sebagainya<br />

(Putra, 1999).<br />

14


PCR digunakan untuk menggadakan jumlah molekul DNA pada<br />

target tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang<br />

berkomplemen dengan molekul DNA target tersebut melalui bantuan<br />

enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu thermocycle.<br />

Panjang target DNA berkisar antara puluhan sampai ribuan nukleotida<br />

yang posisinya diapit sepasang primer. Primer yang berada sebelum<br />

daerah target disebut primer forward dan yang berada setelah daerah target<br />

disebut primer reverse. Enzim yang digunakan sebagai pencetak rangkaian<br />

molekul DNA yang baru dikenal disebut enzim polimerase. Untuk dapat<br />

mencetak rangkaian tersebut dalam teknik PCR, diperlukan juga dNTPs<br />

yang mencakup dATP (nukleotida berbasa Adenin), dCTP (sitosin), dGTP<br />

(guanin), dan dTTP (Timin) (Muladno, 2010).<br />

2.6.1 Komponen PCR<br />

Beberapa komponen penting yang dibutuhkan dalam reaksi PCR<br />

adalah template DNA, sepasang primer oligonukleotida, DNA polymerase,<br />

deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan larutan buffer (Muladno, 2010;<br />

Gaffar, 2007; Sulistyaningsih, 2007):<br />

1. Template DNA<br />

Template DNA adalah molekul DNA untai ganda yang<br />

mengandung sekuen target yang akan diamplifikasi. Ukuran DNA<br />

bukan merupakan faktor utama keberhasilan PCR, berapapun<br />

panjangnya jika tidak mengandung sekuen yang diinginkan maka tidak<br />

akan berhasil proses suatu PCR, namun sebaliknya jika ukuran DNA<br />

15


tidak terlalu panjang tapi mengandung sekuen yang diinginkan maka<br />

PCR akan berhasil (Sulistyaningsih, 2007).<br />

Konsentrasi DNA juga dapat mempengaruhi keberhasilan PCR.<br />

Jika konsentrasinya terlalu rendah maka primer mungkin tidak dapat<br />

menemukan target dan jika konsentrasi terlalu tinggi akan<br />

meningkatkan kemungkinan mispriming. Disamping itu perlu<br />

diperhatikan kemurnian template karena akan mempengaruhi hasil<br />

reaksi (Sulistyaningsih, 2007).<br />

2. Primer<br />

Susunan primer merupakan salah satu kunci keberhasilan PCR.<br />

Pasangan primer terdiri dari 2 oligonukleotida yang mengandung 18-<br />

28 nukleotida dan mempunyai 40-60% GC content. Sekuen primer<br />

yang lebih pendek akan memicu amplifikasi produk PCR non spesifik.<br />

Ujung 3' primer penting dalam menentukan spesifisitas dan sensitivitas<br />

PCR. Ujung ini tidak boleh mempunyai 3 atau lebih basa G atau C,<br />

karena dapat menstabilisasi annealing primer non spesifik. Disamping<br />

itu ujung 3' kedua primer tidak boleh komplementer satu dengan yang<br />

lain, karena hal ini akan mengakibatkan pembentukan primer-dimer<br />

yang akan menurunkan hasil produk yang diinginkan. Ujung 5' primer<br />

tidak terlalu penting untuk annealing primer, sehingga memungkinkan<br />

untuk menambahkan sekuen tertentu misalnya sisi restriksi enzim,<br />

start codon ATG atau sekuen promoter (Sulistyaningsih, 2007).<br />

Konsentrasi primer biasanya optimal pada 0,1-0,5 µM.<br />

Konsentrasi primer yang terlalu tinggi akan menyebabkan mispriming<br />

16


(penempelan pada tempat yang tidak spesifik) dan akumulasi produk<br />

non spesifik serta meningkatkan kemungkinan terbentuk primer-dimer,<br />

sebaliknya bila konsentrasi primer terlalu sedikit maka PCR menjadi<br />

tidak efisien sehingga hasilnya rendah (Sulistyaningsih, 2007).<br />

3. DNA polimerase<br />

DNA polimerase adalah enzim yang mengkatalisis polimerisasi<br />

DNA. Dalam perkembangannya, kini banyak digunakan enzim Taq<br />

DNA polymerase yang memiliki keaktifan pada suhu tinggi sehingga<br />

penambahan enzim tidak perlu dilakukan disetiap siklus dan proses<br />

PCR dapat dilakukan dalam satu mesin (Gaffar, 2007).<br />

Enzim Taq DNA polymerase terdiri atas dua macam yaitu enzim<br />

alami yang diisolasi dari sel bakteri Thermus aquaticus dan enzim<br />

rekombinan yang disintesis didalam sel bakteri Escherichia coli<br />

(Muladno, 2010). Enzim ini masih mempunyai aktivitas eksonuklease<br />

dari 5' ke 3' tetapi tidak mempunyai aktivitas eksonuklease dari 3' ke<br />

5'. Konsentrasi enzim yang dibutuhkan untuk PCR biasanya 0,5-2,5<br />

unit. Kelebihan jumlah enzim mengakibatkan akumulasi produk non<br />

spesifik, sedangkan jika terlalu rendah maka dihasilkan sedikit produk<br />

yang diinginkan (Sulistyaningsih, 2007).<br />

4. Deoxynucleotide Triphosphate (dNTP)<br />

Deoxynucleotide Triphosphate merupakan material utama untuk<br />

sintesis DNA dalam proses PCR yang terdiri dari dATP, dGTP, dCTP,<br />

dan dTTP. Konsentrasi dNTP masing-masing sebesar 20-200 µM<br />

17


dapat menghasilkan keseimbangan optimal antara hasil, spesifisitas<br />

dan ketepatan PCR. Konsentrasi masing-masing dNTP harus seimbang<br />

untuk meminimalkan kesalahan penggabungan. Deoxynucleotide<br />

Triphosphate akan menurunkan Mg 2+ bebas sehingga mempengaruhi<br />

aktivitas polimerase dan menurunkan annealing primer. Konsentrasi<br />

dNTP yang rendah akan meminimalkan mispriming pada daerah non<br />

target dan menurunkan kemungkinan perpanjangan nukleotida yang<br />

salah. Oleh karena itu spesifisitas dan ketepatan PCR meningkat pada<br />

konsentrasi dNTP yang lebih rendah (Sulistyaningsih, 2007).<br />

5. Larutan buffer<br />

Larutan buffer yang biasa digunakan untuk reaksi PCR<br />

mengandung 10 mM Tris-HCL pH 8,3, 50 mM KCl dan 1,5 mM<br />

MgCl2. Optimalisasi konsentrasi ion Mg 2+ merupakan hal yang<br />

penting. Konsentrasi ion ini mempengaruhi beberapa hal yaitu<br />

annealing primer, suhu pemisahan untai template dan produk PCR,<br />

spesifisitas produk, pembentukan primer-dimer serta aktivitas dan<br />

ketepatan enzim Taq Polymerase. PCR harus mengandung 0,5-2,5 µM<br />

Mg 2+ dari total konsentrasi dNTP. Konsentrasi yang lebih tinggi akan<br />

meningkatkan produk PCR tetapi menurunkan spesifisitasnya.<br />

Konsentrasi ion ini tergantung pada konsentrasi bahan-bahan yang<br />

mengikatnya seperti dNTP, EDTA dan fosfat (Sulistyaningsih, 2007).<br />

18


2.6.2 Tahapan PCR<br />

Berikut ini merupakan tahapan yang terjadi pada proses PCR<br />

(Muladno, 2010; Gaffar, 2007; Sulistyaningsih, 2007):<br />

1. Denaturasi<br />

Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka<br />

menjadi dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi<br />

yang tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa<br />

yang komplemen. Pada tahap ini, seluruh reaksi enzim tidak berjalan<br />

(Gaffar, 2007). Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90-95 0 C<br />

selama 3 menit untuk meyakinkan bahwa molekul DNA yang<br />

ditargetkan ingin dilipatgandakan jumlahnya benar-benar telah<br />

terdenaturasi menjadi untai tunggal. Untuk denaturasi berikutnya,<br />

waktu yang diperlukan hanya 30 detik pada suhu 95 0 C atau 15 detik<br />

pada suhu 97 0 C (Muladno, 2010).<br />

Suhu denaturasi dipengaruhi oleh sekuen target. Jika sekuen<br />

target kaya akan G-C maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Suhu<br />

denaturasi yang terlalu tinggi dan waktu denaturasi yang terlalu lama<br />

mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim Taq<br />

polymerase. Waktu paruh aktivitas enzim tersebut adalah >2 jam pada<br />

suhu 92,5 0 C, 40 menit pada 95 0 C dan 5 menit pada 97,5 0 C<br />

(Muladno, 2010 dan Sulistyaningsih, 2007).<br />

2. Penempelan primer<br />

Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju<br />

daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada<br />

19


proses annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer<br />

dengan urutan komplemen pada template. Proses ini biasanya<br />

dilakukan pada suhu 50-60 0 C. Spesifisitas PCR sangat tergantung<br />

pada suhu melting (Tm) primer, yaitu suhu dimana separuh jumlah<br />

primer menempel pada template. Temperatur penempelan yang<br />

digunakan biasanya 5 0 C di bawah Tm, dimana formula untuk<br />

menghitung Tm = 4 0 C (G+C) + 2 0 C (A+T). Semakin panjang ukuran<br />

primer, semakin tinggi temperaturnya (Muladno, 2010). Selanjutnya,<br />

DNA polimerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut<br />

akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali apabila<br />

dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya (Gaffar, 2007). Suhu dan<br />

lamamya waktu yang dibutuhkan untuk annealing primer juga<br />

tergantung pada komposisi basa, panjang, dan konsentrasi primer<br />

(Sulistyaningsih, 2007).<br />

3. Reaksi polimerisasi<br />

Umumnya reaksi polimerisasi (extension) atau perpanjangan<br />

rantai, terjadi pada suhu 72 0 C karena merupakan suhu optimum Taq<br />

polymerase. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami<br />

perpanjangan pada sisi 3'nya dengan penambahan dNTP yang<br />

komplemen dengan template oleh DNA polimerase (Gaffar, 2007).<br />

Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada<br />

suhu 72 0 C diperkirakan antara 35 sampai 100 nukleotida per detik,<br />

bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam, dan molekul DNA<br />

target. Dengan demikian, untuk produk PCR sepanjang 2000 pasang<br />

20


asa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap pemanjangan<br />

primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR, waktu yang digunakan untuk<br />

tahap ini diperpanjang sampai 5 menit, sehingga seluruh produk PCR<br />

diharapkan berbentuk DNA untai ganda (Muladno, 2010).<br />

2.7 Real-time PCR<br />

Gambar 5. Siklus PCR (Gaffar, 2007)<br />

Real-time PCR merupakan teknologi terkini untuk amplifikasi DNA.<br />

Pada real-time PCR jumlah DNA yang diamplifikasi bisa langsung<br />

diamati secara seketika sehingga tidak memerlukan analisis dengan<br />

elektroforesis gel untuk mengetahui produk PCR. Real-time PCR lebih<br />

dikenal sebagai quantitative PCR karena kemampuan analisanya yang<br />

sensitif, spesifik dan reproducibility sehingga mengurangi kesalahan pada<br />

hasil (Burns et al, 2005).<br />

Instrumen real-time PCR mendeteksi amplikon dengan mengukur<br />

peningkatan pewarna (dye) fluorescent yang berpendar ketika terikat<br />

dengan double-stranded DNA. Karena sifat inilah maka pertumbuhan<br />

fragment DNA hasil amplifikasi dapat diikuti secara seketika, semakin<br />

21


anyak DNA yang terbentuk semakin tinggi pula intensitas fluorescent<br />

yang dihasilkan. Quantitative PCR dimungkinkan dapat mendeteksi secara<br />

akurat konsentrasi DNA hingga hitungan pikogram atau setara dengan sel<br />

tunggal karena sensitifitas dye yang sangat tinggi. Hasil peningkatan<br />

fluorescent digambarkan melalui kurva amplifikasi yang menunjukkan<br />

tiga fasa yaitu fasa awal, fasa eksponensial atau puncak dan fasa plateau<br />

atau stabil (Vaerman, 2004).<br />

Gambar 6. Bentuk kurva pada real-time PCR (Bio-Rad, 2006)<br />

Instrument real-time PCR memiliki tiga komponen utama yaitu<br />

thermal block cycler sebagai akurasi data, optical system sebagai deteksi<br />

data, dan software sebagai analisis data. Real-time PCR juga dapat<br />

menganalisis banyak sampel dalam waktu bersamaan menggunakan<br />

multiwell plates (Roche b , 2008).<br />

22


2.8 Elektroforesis Gel<br />

Elektroforesis gel didasarkan pada pergerakan molekul bermuatan<br />

dalam media penyanggah matriks stabil dibawah pengaruh medan listrik.<br />

Media yang umum digunakan adalah gel agarosa atau poliakrilamid.<br />

Elektroforesis gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA<br />

yang berukuran lebih besar dari 100 pb dan dijalankan secara horizontal,<br />

sedangkan eletroforesis akrilamid dapat memisahkan 1 pb dan dijalankan<br />

secara vertikal. Elektroforesis poliakrilamid biasanya digunakan untuk<br />

menentukan urutan DNA atau sekuensing (Gaffar, 2007).<br />

Larutan DNA yang bermuatan negatif dimasukkan kedalam sumur-<br />

sumur yang terdapat dalam gel agarosa dan diletakkan di kutub negatif,<br />

apabila dialiri arus listrik dengan menggunkan larutan buffer yang sesuai<br />

maka DNA akan bergerak ke kutub positif. Laju migrasi DNA dalam<br />

medan listrik berbanding terbalik dengan massa DNA. Migrasi DNA<br />

terutama ditentukan oleh ukuran panjang dan bentuk DNA. Fragmen DNA<br />

yang berukuran kecil akan bermigrasi lebih cepat dibanding yang<br />

berukuran besar, sehingga elektroforesis mampu memisahkan fragmen<br />

DNA berdasarkan ukuran panjangnya. Untuk visualisasi maka<br />

ditambahkan larutan etidium bromida yang akan masuk diantara ikatan<br />

hidrogen pada DNA, sehingga pita fragmen DNA akan terlihat dibawah<br />

lampu UV. Panjang amplikon bisa diperkirakan dengan<br />

membandingkannya dengan pita DNA standar (Gaffar, 2007).<br />

Kecepatan migrasi DNA ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya<br />

(Muladno, 2010):<br />

23


1. Ukuran molekul DNA<br />

Migrasi molekul DNA berukuran besar lebih lambat daripada<br />

migrasi molekul berukuran kecil.<br />

2. Konsentrasi agarosa<br />

Migrasi molekul DNA pada gel berkonsentrasi lebih rendah lebih<br />

cepat daripada migrasi molekul DNA yang sama pada gel<br />

berkonsentrasi tinggi. Oleh karena itu, penentuan konsentrasi agarosa<br />

dalam membuat gel harus memperhatikan ukuran molekul DNA yang<br />

akan dianalisis.<br />

Tabel 2. Kisaran umum ukuran DNA (Muladno, 2010)<br />

Konsentrasi agarosa Efisiensi pemisahan<br />

(%)<br />

DNA (kb)<br />

0,3 5-60<br />

0,6 1-20<br />

0,7 0,8-10<br />

0,9 0,5-7<br />

1,2 0,4-6<br />

1,5 0,2-3<br />

2,0 0,1-2<br />

3. Konformasi DNA<br />

Konformasi atau bentuk rangkaian molekul DNA berukuran<br />

sama akan bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda.<br />

4. Voltase yang digunakan<br />

Dalam voltase, kecepatan migrasi DNA sebanding dengan<br />

tingginya voltase yang digunakan. Akan tetapi apabila penggunaan<br />

voltase dinaikkan, mobilitas molekul DNA meningkat secara tajam. Ini<br />

mengakibatkan pemisahan molekul DNA di dalam gel menurun<br />

dengan meningkatnya voltase yang digunakan. Penggunaan voltase<br />

24


yang ideal untuk mendapatkan separasi molekul DNA berukuran lebih<br />

besar 2 kb adalah tidak lebih dari 5 Volt per cm.<br />

5. Keberadaan etidium bromida di dalam gel<br />

Hal ini mengakibatkan pengurangan tingkat kecepatan migrasi<br />

molekul DNA linear sebesar 15%.<br />

6. Komposisi larutan buffer<br />

Apabila tidak ada kekuatan ion di dalam larutan, maka aliran<br />

listrik akan sangat minimal dan migrasi DNA sangat lambat.<br />

Sementara larutan buffer berkekuatan ion tinggi akan meningkatkan<br />

panas, sehingga aliran listrik menjadi sangat maksimal. Ada<br />

kemungkinan gel akan meleleh dan DNA dapat mengalami denaturasi.<br />

Untuk visualisasi maka ditambahkan larutan etidium bromida yang<br />

akan masuk di antara ikatan hidrogen pada DNA, sehingga pita fragmen<br />

DNA akan terlihat di bawah lampu UV (Gaffar, 2007). Larutan etidium<br />

bromida sangat berbahaya dan bersifat karsinogen. Semua larutan yang<br />

mengandung etidium bromida harus didekontaminasi sebelum dibuang<br />

(Muladno, 2010). Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh<br />

etidium bromida, maka dapat menggunakan larutan SYBR safe sebagai<br />

penggantinya. Menurut Sambrook dan Russel (2001) pewarna SYBR safe<br />

membuat DNA berpendar di bawah sinar UV. Pita DNA yang berpendar<br />

pada gel agarosa menunjukkan hasil positif bahwa terdapat DNA pada<br />

setiap lajur.<br />

25


Gambar 7. Interkalasi etidium bromida pada DNA (Nottebaum, 1999)<br />

2.9 Daging Burger<br />

Hamburger pertama kali muncul di Hamburg, Jerman pada abad<br />

pertengahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) hamburger<br />

adalah daging cacah (biasanya daging sapi, tetapi kadang-kadang juga<br />

daging lain) yang dibentuk bulat, kemudian dipipihkan dan digoreng<br />

dengan mentega atau dipanggang diatas bara, biasanya dimakan sebagai isi<br />

roti bulat, diberi selada, saus tomat, dan bumbu lainnya.<br />

Komposisi utama burger adalah daging, umumnya mencapai 80%.<br />

Daging burger sapi merupakan produk olahan daging sapi yang digiling<br />

dan dihaluskan, dicampur bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga<br />

tercampur rata. Syarat mutu burger murni adalah lemak sapi yang<br />

ditambahkan tidak boleh dari 49% serta ditambah dengan bahan pengikat<br />

dan bahan pengisi (Cory, 2009).<br />

26


3.1 Alur Penelitian<br />

3.2 Waktu dan Tempat<br />

BAB III<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Pengumpulan sampel burger sapi dari enam<br />

produsen berbeda<br />

Isolasi DNA sampel dan DNA kontrol<br />

Cek keberadaan DNA melalui elektroforesis<br />

dan gel didokumentasikan<br />

DNA terisolasi DNA tidak terisolasi<br />

Amplifikasi DNA<br />

menggunakan real-time PCR<br />

Hasil analisa<br />

Kesimpulan<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Halal Food and Drug<br />

Analysis, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam<br />

Negeri <strong>Syarif</strong> <strong>Hidayatullah</strong>, <strong>Jakarta</strong>. Waktu pelaksanaan dari bulan Juni<br />

2011 hingga November 2011.<br />

Optimasi kondisi PCR<br />

Gambar 8. Skema alur penelitian<br />

27


3.3 Alat dan Bahan<br />

3.3.1 Alat<br />

3.3.2 Bahan<br />

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah DNA purification<br />

[Maxwell®-Promega], pisau steril, pipet mikro [Edvotex], tips 10 µL, 100<br />

µL, 1000 µL, tube dan mikro tube, satu set alat elektroforesis [Bio-rad],<br />

gel documentation [ATTO], Spektrofotometer Nano Drop [ND-1000], dan<br />

mesin real-time PCR [LightCycler® 480.0-Roche]. Alat gelas yang<br />

digunakan adalah gelas ukur, gelas beaker [Pyrex] dan batang pengaduk.<br />

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi segar,<br />

daging babi segar, enam produk burger sapi yang beredar di wilayah<br />

Ciputat. Bahan lain seperti agarosa [Fermentas], buffer TBE [Fermentas],<br />

loading dye 6x [Fermentas], etidium bromida [Bio Basic INC], ddH2O<br />

[Roche], LC TaqMan Probe Master [Roche] yang terdiri: FastStart Taq<br />

DNA Polymerase, buffer, dNTP mix, MgCl2 6,4 mM. Dan primer-probe<br />

seperti pada tabel berikut:<br />

Tabel 3. Susunan basa primer dan probe untuk DNA sapi dan babi (Tanabe<br />

et al, 2007)<br />

Babi Forward 5'-CTTGCAAATCCTAACAGGCCTG-3'<br />

Reverse 5'-CGTTTGCATGTAGATAGCGAATAAC-3'<br />

Probe 5'-(FAM)-ACAGCTTTCTCATCAGTTAC-(BHQ1)-3'<br />

Sapi Forward 5'-CCCGATTCTTCGCTTTCCAT-3'<br />

Reverse 5'-CTACGTCTGAGGAAATTCCTGTTG-3'<br />

Probe 5'-(FAM)-CATCATAGCAATTGCC-(BHQ1)-3'<br />

28


3.4 Tahapan Penelitian<br />

1. Pengumpulan sampel<br />

2. Isolasi DNA sampel dan pembanding<br />

3. Pembuatan gel agarosa dan elektroforesis<br />

4. Dokumentasi gel<br />

5. Amplifikasi DNA menggunakan real-time PCR<br />

3.5 Prosedur Kerja<br />

3.5.1 Pengumpulan sampel<br />

Pengumpulan sampel dilakukan terhadap 6 sampel burger sapi<br />

dengan produsen berbeda yang beredar di wilayah Ciputat.<br />

3.5.2 Isolasi DNA dengan DNA Purification<br />

Sebanyak 50 mg daging segar (baik daging babi atau daging sapi)<br />

dan daging burger (sebagai sampel) dipotong-potong kemudian<br />

dimasukkan kedalam sumur 1 yang tersedia pada cartridge. Setiap sampel<br />

diletakkan pada cartridge yang berbeda (cartridge 1= daging sapi segar;<br />

cartridge 2= daging babi segar; cartridge 3-8= masing-masing sampel<br />

daging burger berbagai merek). Cartridge yang telah siap diletakkan pada<br />

cartidge holder yang tersedia pada instrumen dan membuka penutup yang<br />

ada pada cartridge, dengan posisi yang bergerigi menghadap ke arah<br />

depan atau pintu. Lalu plunger diletakkan pada sumur 7 dan begitu juga<br />

dengan blue elution tube pada elution tube slots dari masing masing<br />

29


cartidge. Kemudian elution buffer dimasukkan sebanyak 300 µL pada<br />

masing-masing blue elution tube. Protokol dan tipe sampel dipilih pada<br />

instrumen dengan sample type: DNA, dan protocol: cells, lalu OK. Setelah<br />

proses isolasi selesai, elution tube dipindahkan ke magnetic elution tube<br />

rack dan elution DNA sampel dipipet ke tube 1,5 mL. Cartridge sisa pakai<br />

dibuang beserta elution tube dan plungers.<br />

3.5.3 Elektroforesis<br />

1. Pembuatan buffer elektroforesis TBE 1x, 1 liter<br />

Sebanyak 100 mL TBE 10x dilarutkan dengan sedikit akuabides<br />

lalu ditambahkan 900 mL akuabides.<br />

2. Pembuatan gel agarosa 1,5%<br />

Sebanyak 0,75 gr agarosa dilarutkan dengan 50 mL TBE 1x, lalu<br />

dipanaskan diatas hotplate sampai larutan menjadi bening dan<br />

mendidih. Selanjutnya, larutan agarosa didiamkan 3 menit lalu<br />

dimasukkan 0,5 µL etidium bromida dan diaduk rata menggunakan<br />

tips. Kemudian larutan agarosa dituangkan pada gel caster dan comb<br />

disisipkan untuk membuat sumur, dibiarkan hingga mengeras. Setelah<br />

gel mengeras dan membentuk agar, gel diletakkan pada chamber<br />

electrophoresis dengan posisi sumur pada muatan negatif (warna<br />

hitam). Kemudian bufer TBE 1x dituang hingga gel terendam dalam<br />

chamber electrophoresis namun tidak melebihi garis batas maksimum<br />

buffer.<br />

30


3. Loading sample<br />

Parafilm atau plastic wrap direkatkan pada wadah mendatar<br />

sebagai tempat melakukan pencampuran sampel yang akan<br />

dielektroforesis. Untuk DNA kontrol digunakan 4 µL dan ditambah 2<br />

µL loading dye. Dan untuk sampel digunakan volume sebanyak 10 µL<br />

dan dicampur dengan 2 µL loading dye.<br />

4. Running sample<br />

Chamber elektroforesis yang telah tersedia ditutup rapat. Pada<br />

power supply, kabel merah (muatan positif) dipasangkan pada lubang<br />

merah dan kabel hitam (muatan negatif) dipasangkan pada lubang<br />

hitam. Kemudian pada tombol ON ditekan dan waktu diatur selama 45<br />

menit dengan voltase 95 V.<br />

3.5.4 Dokumentasi Gel<br />

Gel diletakkan pada GelDoc yang sudah dibungkus dengan plastic<br />

wrap. Tekan tombol ON pada saver, printer dan transluminator. Stand by<br />

LED dipilih untuk melihat posisi gel. Exposure time, focus dan aperture<br />

cahaya diatur. Setelah mendapatkan gambar yang bagus, data gambar di<br />

print untuk dijadikan dokumentasi.<br />

3.5.5 Amplifikasi PCR (Real-time PCR)<br />

Amplifikasi PCR dilakukan dengan campuran reaksi total PCR<br />

(Lampiran 5) dan dibuat dalam volume 20 µL. Subset dan sample editor<br />

31


diatur (Lampiran 7) serta program amplifikasi dibuat menggunakan<br />

software Light Cycler 480® SW 1,5 seperti pada tabel berikut:<br />

Tabel 4. Program amplifikasi PCR (Roche c , 2008)<br />

Setup<br />

Detection Format Block Type Reaction Volume<br />

Mono Color<br />

96 20 µL<br />

Hydrolysis Probe<br />

Programs<br />

Program<br />

Name<br />

Cycles<br />

Analysis<br />

Mode<br />

Pre-Incubation 1 None<br />

Amplification 40 Quantification<br />

Cooling 1 None<br />

Temperature Targets<br />

Target ( 0 C)<br />

Acquistion<br />

Mode<br />

Hold<br />

(hh:mm:ss)<br />

Ramp rate<br />

( 0 C/s)<br />

32<br />

Acquistion<br />

(per 0 C)<br />

Pre-Incubation<br />

95 None 00:10:00 4,4 -<br />

Amplification<br />

95 None 00:00:15 4,4 -<br />

60 Single 00:01:00 2,2 -<br />

Cooling<br />

40 None 00:00:10 1,5 -<br />

Setelah campuran reaksi total PCR dan program amplifikasi siap,<br />

campuran reaksi total PCR diletakkan pada multiwell plate yang ditutup<br />

menggunakan sealing foil, kemudian diletakkan pada mesin real-time<br />

PCR. Instrumen real-time PCR akan mengamplifikasi DNA secara<br />

otomatis dan langsung memberikan hasil amplifikasi melalui monitor<br />

dalam bentuk kurva.


4.1 Hasil<br />

4.1.1 Isolasi Genom<br />

BAB IV<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Isolasi genom dilakukan terhadap 6 sampel yang didapat dari pasar<br />

dan swalayan di wilayah Ciputat. Hasil isolasi tersebut divisualisasikan<br />

dengan elektroforesis yang dapat dilihat pada gambar 9 :<br />

Gambar 9. Hasil elektroforesis DNA yang diisolasi dari kontrol<br />

pembanding dan sampel: genom DNA sapi segar (S), genom DNA babi<br />

segar (B), genom burger no.1 (1), genom burger no.2 (2), genom burger<br />

no.3 (3), genom burger no.4 (4), genom burger no.5 (5), genom burger<br />

no.6 (6).<br />

33


4.1.2 Uji Cemaran DNA Babi pada Sampel<br />

Amplifikasi DNA dilakukan dengan real-time PCR dengan primer-<br />

probe spesifik (Tabel 4) dan program amplifikasi seperti pada tabel 5.<br />

Kurva yang dihasilkan real-time PCR ditampilkan seperti berikut :<br />

A3 daging sapi segar<br />

Gambar 10. Kurva real-time PCR yang menunjukkan hasil amplifikasi<br />

menggunakan primer spesifik sapi<br />

A3 daging babi segar<br />

Gambar 11. Kurva real-time PCR yang menunjukkan hasil amplifikasi<br />

menggunakan primer spesifik babi<br />

A6<br />

A4<br />

A5<br />

A8<br />

34<br />

A7<br />

A9<br />

A2 daging babi segar A1<br />

A2 daging sapi segar


4.2 Pembahasan<br />

Pendeteksian adanya cemaran daging babi dalam produk daging<br />

olahan seperti burger sapi dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk<br />

dengan amplifikasi DNA. Pada pengujian DNA terlebih dahulu dilakukan<br />

tahap isolasi menggunakan mesin purifikasi DNA. Isolasi DNA diawali<br />

dengan menghancurkan membran sel menggunakan bufer lisis. Setelah sel<br />

mengalami lisis, DNA dicuci dengan wash buffer dan dielusi dengan<br />

elution buffer menggunakan bantuan MagnesiI ® PMPs (Promega a , 2007).<br />

Magnesil TM Partikel Paramagnetik (PMPs) dilapisi oleh silicon dioxide<br />

(SiO2) yang memiliki kemampuan mengikat asam nukleat pada kondisi<br />

kaotropik atau garam yang tinggi dan akan terelusi pada kondisi garam<br />

yang lebih rendah (Saiyed, 2007; Otto, 2006; Collis, 1999).<br />

Wash buffer yang terdapat dalam reagen kit purifikasi DNA<br />

mengandung etanol, isopropanol, dan guanidin tiosianat (Promega b , 2007).<br />

Etanol dan isopropanol berfungsi untuk membersihkan DNA dari<br />

pengotor, serta guanidin tiosianat merupakan senyawa pendenatuasi<br />

protein (Argyros, 2000). Jika dibandingkan dengan konvensial, isolasi<br />

DNA menggunakan mesin purifikasi DNA sangat efisien karena dapat<br />

mengisolasi 16 sampel DNA secara bersamaan dalam waktu 45 menit<br />

(Promega a , 2007).<br />

Selanjutnya hasil isolasi DNA dielektroforesis dan gel hasil<br />

elektroforesis didokumentasikan. Elektroforesis dilakukan dengan<br />

konsentrasi agarosa 1,5% dan dijalankan dengan tegangan sebesar 95 Volt<br />

dan 400 mA selama 45 menit. Dalam pembuatan gel agarosa, ditambahkan<br />

35


etidium bromida yang berfungsi sebagai visualisasi gel. Etidium bromida<br />

akan masuk di antara ikatan hidrogen pada DNA (Gambar 7), sehingga<br />

pergerakan molekul DNA ditandai dengan berpendarnya etidium bromida<br />

dan pita fragmen DNA akan terlihat di bawah lampu UV (Gaffar, 2007).<br />

Etidium bromida yang digunakan sebagai visualisasi DNA pada gel harus<br />

dimasukkan saat gel sudah agak dingin. Jika gel masih panas, uap gel akan<br />

bercampur dengan etidium bromida dan jika terhirup akan berbahaya<br />

karena etidium bromida bersifat mutagenik.<br />

DNA yang akan dielektroforesis ditambahkan loading dye yang<br />

terdiri dari gliserol, bromphenol blue, dan xilena cyanol FF. Gliserol<br />

berfungsi sebagai pemberat yang membuat DNA berada di bawah sumur<br />

gel sedangkan bromphenol blue dan xilena cyanol FF berfungsi sebagai<br />

pewarna pada gel (Carson, 2006) sehingga proses migrasi DNA saat<br />

elektroforesis akan terlihat dan tidak melebihi batas gel.<br />

Hasil isolasi genom (Gambar 9) menunjukkan pita genom pada<br />

daging segar baik sapi maupun babi terlihat jelas dan tegas dibanding<br />

dengan genom burger. Hal ini disebabkan karena daging segar masih<br />

memiliki komponen daging yang utuh sehingga sel-selnya masih bagus<br />

dan DNA terisolasi dengan baik. Sedangkan sampel burger menghasilkan<br />

gambar yang smear karena tidak utuhnya genom yang terisolasi. Genom<br />

mengalami degradasi menjadi banyak fragmen yang berbeda ukuran dan<br />

tertahan pada gel sesuai dengan ukurannya. Hal ini mungkin disebabkan<br />

karena genom yang rusak akibat proses pengolahan daging.<br />

36


Selain dari hasil elektroforesis, genom hasil isolasi diukur<br />

konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer nano drop pada<br />

panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Pengukuran kuantitas<br />

(konsentrasi) dan kualitas (kemurnian) didasarkan pada prinsip penyinaran<br />

sinar ultra violet yang diserap oleh nukleotida dan protein dalam larutan<br />

(Muladno, 2010). Konsentrasi yang dihasilkan dari masing-masing sampel<br />

bervariasi antara 4,25 ng/µL sampai 54,75 ng/µL (Lampiran 1) yang<br />

didapat dari hasil isolasi sebanyak 50 mg. Berdasarkan hasil elektroforesis<br />

genom (Gambar 9) dan konsentrasi DNA (Lampiran 1), sampel nomer 5<br />

yang memiliki konsentrasi paling besar yaitu 54,75 ng/µL menghasilkan<br />

pita genom yang tebal dan jelas. Dan sampel nomer 1 dengan konsentrasi<br />

terendah yaitu 4,25 ng/µL menghasilkan pita yang paling tipis. Begitu juga<br />

dengan sampel lainnya yang memiliki konsentrasi lebih rendah dibanding<br />

sampel 5 menghasilkan pita yang tipis dan smear. Namun demikian,<br />

konsentrasi DNA yang didapat dari tiap sampel masih dapat dilanjutkan ke<br />

tahap amplifikasi DNA menggunakan real-time PCR karena batas<br />

konsentrasi minimal untuk melanjutkan real-time PCR adalah 0,03-0,80<br />

pg (Andreo et al, 2005).<br />

Perbandingan antara panjang gelombang 260 nm dan 280 nm<br />

merupakan nilai kemurnian DNA. Pita ganda DNA dapat menyerap<br />

cahaya UV pada panjang gelombang 260 nm, sedang protein akan<br />

menyerap cahaya UV pada panjang gelombang 280 nm. Sehingga<br />

kemurnian DNA dapat diukur dengan menghitung nilai absorbansi 260 nm<br />

dibagi dengan nilai absorbansi 280 nm (A260/A280), dan nilai kemurnian<br />

37


DNA berkisar antara 1,8-2,0 (Stephenson, 2003; Muladno, 2010;<br />

Sambrook, et al, 1989; Fatchiyah, 2010). Nilai kemurnian yang dihasilkan<br />

dari genom yang diperoleh memiliki nilai antara 1,2-2,5 (Lampiran 1).<br />

Sampel yang memiliki nilai kemurnian dibawah 1,8 sebanyak tiga sampel<br />

yang menunjukkan adanya kontaminasi protein. Sedangkan sampel yang<br />

memiliki nilai kemurnian diatas 2,0 sebanyak empat sampel yang<br />

menunjukkan adanya kontaminasi RNA.<br />

Setelah proses isolasi DNA, sampel di amplifikasi menggunakan<br />

real-time PCR. Primer dan probe yang spesifik (Tanabe et al, 2007)<br />

dianalisa secara in silico dengan cara BLAST berdasarkan informasi<br />

database NCBI melalui internet (Lampiran 2). Selain BLAST, primer dan<br />

probe diuji spesifikasinya dengan cara kedua primer dan probe digunakan<br />

untuk mengamplifikasi daging sapi segar dan daging babi segar (Gambar<br />

10 dan Gambar 11).<br />

Campuran reaksi total PCR (Lampiran 5) dibuat dalam volume<br />

20 µL dengan konsentrasi tiap primer forward dan reverse 0,8 µM dan<br />

untuk konsentrasi probe adalah 0,2 µM. Konsentrasi primer dan probe<br />

dibuat dari larutan induk 10 µM (Lampiran 4). Konsentrasi primer untuk<br />

PCR sebaiknya berkisar antara 0,3-1 µM dan untuk konsentrasi hydrolysis<br />

probe berkisar antara 0,05-0,2 µM (Roche c , 2008). Konsentrasi primer<br />

yang optimal adalah konsentrasi terendah yang dapat menghasilkan nilai<br />

CP awal dan kurva fluoresen yang baik, begitu juga dengan probe (Roche b ,<br />

2008).<br />

38


Probe merupakan primer yang dilabel oleh pewarna (reporter) dan<br />

peredam pewarna (quencher). Probe pada real-time PCR digunakan<br />

sebagai pewarna pendeteksi adanya sinar fluoresen yang ditangkap.<br />

Fluoresensi dari reporter akan dilepaskan ketika reporter dan quencher<br />

secara fisik terpisah melalui hibridisasi atau aktivitas nuklease (Johansson,<br />

2006). Format deteksi yang digunakan dalam penelitian yaitu FAM (6-<br />

carboxy-fluorescein) sebagai reporter dan BHQ1 (Black Hole Quencher)<br />

sebagai quencher. FAM merupakan hydrolysis probe yang memiliki<br />

gelombang eksitasi pada 483 nm dan gelombang emisi pada 533 nm<br />

(Roche a , 2008). Pada gelombang eksitasi, sumber cahaya akan memilih<br />

warna spesifik yang mengoptimasi absorpsi fluoresen kemudian warna<br />

spesifik tersebut akan dibaca oleh detektor pada gelombang emisi (Roche a ,<br />

2008). Black Hole Quencher atau BHQ1 merupakan quencher yang<br />

spesifik, memungkinkan identifikasi dan kuantifikasi berbagai biomolekul<br />

(Sigma, 2004).<br />

Selain primer dan probe, dibutuhkan juga MgCl2 untuk reaksi<br />

PCR. Konsentrasi ion ini perlu dioptimasi karena konsentrasi ion Mg 2+<br />

dapat mempengaruhi annealing primer, suhu pemisahan untai template<br />

dan produk PCR, spesifisitas produk, pembentukan primer-dimer serta<br />

aktivitas dan ketepatan enzim Taq Polymerase. Suatu reaksi PCR harus<br />

mengandung 0,5-2,5 µM Mg 2+ dari total konsentrasi dNTP<br />

(Sulistyaningsih, 2007). Konsentrasi MgCl2 yang digunakan pada<br />

penelitian ini yaitu 6,4 mM yang telah dioptimasi dan sudah dalam bentuk<br />

kit bersamaan dengan DNA Polimerase. Campuran reaksi dalam kit LC<br />

39


480 Probes Master ini dapat bekerja dengan hampir semua kombinasi<br />

primer (Roche c , 2008).<br />

Uji spesifikasi primer dan probe dijalankan dengan program<br />

amplifikasi sebanyak 40 siklus. Hasil uji terlihat pada gambar 10 dan 11<br />

yaitu primer dan probe sapi hanya mengamplifikasi sapi segar pada CP<br />

16,18 tetapi tidak mengamplifikasi babi (Gambar 10). Primer dan probe<br />

babi hanya mengamplifikasi babi segar pada CP 15,17 tetapi tidak<br />

mengamplifikasi sapi (Gambar 11). Hasil uji spesifikasi juga disertai<br />

dengan hasil absolute quantification pada software real-time PCR<br />

(Lampiran 8).<br />

Kenaikan kurva pada real-time PCR menandakan terjadinya<br />

amplifikasi DNA. Amplifikasi terjadi ketika terjadinya penempelan primer<br />

dan probe pada DNA template. Saat terjadi penempelan primer, DNA<br />

polimerase akan memperpanjang penempelan dNTP pada DNA template<br />

hingga bertemu dengan probe. Aktifitas nuklease akan memecah probe<br />

dan probe yang terpisah akan menyebabkan sinyal fluoresen reporter tidak<br />

lagi diredam, sehingga reporter akan memancarkan sinyal fluoresen saat<br />

tereksitasi lalu mengemisikan fluoresen dan masuk ke detektor untuk<br />

memberikan kurva (Roche a , 2008). Dalam reaksi amplifikasi, terdapat<br />

siklus dimana terjadinya kenaikan kurva yang disebut Crossing Points. CP<br />

adalah jumlah siklus dimana sampel mulai terbaca diatas Arbitrary<br />

Fluorescence Level (AFL) yang menunjukkan awal mulainya fase<br />

pertumbuhan eksponensial (Roche a , 2008).<br />

40


Seluruh sampel diuji menggunakan primer dan probe spesifik sapi<br />

dan babi. Hasil amplifikasi menggunakan primer spesifik sapi (Gambar<br />

10) terlihat adanya perbedaan kenaikan kurva dan CP pada tiap sampel.<br />

Kontrol positif memberikan CP lebih awal yaitu pada 16,18 meskipun<br />

dalam data konsentrasi DNA sapi segar hanya 5,55 ng/µL. Dan sampel<br />

nomor 5 memiliki konsentrasi paling besar yaitu 54,75 ng/µL hanya<br />

memberikan CP pada 25,16. Sedangkan sampel nomor 3 dengan<br />

konsentrasi lebih kecil dari nomor 5 yaitu 19,44 ng/µL dapat memberikan<br />

CP lebih awal yaitu pada 19,82. Perbedaan kenaikan kurva pada tiap<br />

sampel dipengaruhi oleh konsentrasi DNA dalam sampel (Roche a , 2008).<br />

Sampel dengan konsentrasi DNA yang tinggi membutuhkan siklus<br />

amplifikasi lebih sedikit untuk mencapai CP. Begitu juga dengan<br />

konsentrasi DNA yang rendah membutuhkan siklus amplifikasi lebih<br />

panjang untuk mencapai CP. Namun kenyataannya, konsentrasi DNA<br />

sampel yang besar membutuhkan siklus amplifikasi lebih panjang dengan<br />

memberikan nilai CP yang besar. Hal ini disebabkan hasil isolasi DNA<br />

sampel yang didapat bukan hanya pada DNA yang spesifik terhadap<br />

desain primer dan probe.<br />

DNA organisme eukariotik terdapat di dalam inti sel yang<br />

terbentuk sebagai kromosom (Stansfield et al, 2006) dan di dalam<br />

mitokondria atau yang biasa disebut mtDNA. Desain primer dan probe<br />

yang digunakan dalam penelitian ini hanya spesifik pada daerah<br />

mitokondria sitokrom b (Tanabe et al, 2007). Meskipun dengan<br />

konsentrasi DNA yang besar namun jika tidak mengandung sekuen DNA<br />

41


mitokondria sitokrom b, maka tidak akan terjadi amplifikasi. Pemilihan<br />

DNA mitokondria sebagai desain primer dan probe karena DNA<br />

mitokondria terdapat dalam jumlah kopi yang tinggi (Sholihin, 1994).<br />

Jumlah kopi yang tinggi ini menjadikannya mudah diisolasi dan<br />

dipurifikasi untuk berbagai keperluan analisis genom. Kemudian ukuran<br />

DNA mitokondria yang relatif kecil (14-39 kb) sehingga dapat dipelajari<br />

sebagai satu kesatuan yang utuh (Sholihin, 1994).<br />

Pada amplifikasi menggunakan primer spesifik babi (Gambar 11)<br />

terlihat kenaikan kurva hanya pada kontrol positif yaitu daging babi segar<br />

dengan CP 15,17. Sedangkan kontrol negatif dan seluruh sampel hanya<br />

memberikan garis lurus. Hal tersebut menandakan tidak terjadinya<br />

amplifikasi primer spesifik babi pada DNA sampel. Terbukti bahwa<br />

produk burger sapi yang diuji masih sesuai dengan bahan asal yang<br />

digunakan tanpa kontaminasi daging babi.<br />

Pendeteksian cemaran daging babi dengan amplifikasi DNA<br />

memang lebih efisien dibandingkan dengan teknik imunologi dan<br />

kromatografi yang menggunakan protein atau lemak. Karena protein dan<br />

aktifitas biologi lainnya akan berhenti setelah organisme tersebut mati<br />

kecuali karakteristiknya yang masih tersimpan didalam sel. Protein juga<br />

memiliki sifat termolabil sehingga untuk analisis identifikasi organisme<br />

lebih disarankan dengan pengujian DNA (Calvo, 2001).<br />

42


5.1 Kesimpulan<br />

5.2 Saran<br />

BAB V<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan<br />

sebagai berikut :<br />

1. Amplifikasi DNA menggunakan primer spesifik babi dan sapi dapat<br />

dilakukan dengan real-time PCR sebanyak 40 siklus dengan kondisi<br />

suhu denaturasi 95 0 C selama 15 detik dan annealing pada suhu 60 0 C<br />

selama 1 menit.<br />

2. Kurva amplifikasi real-time PCR menggunakan primer spesifik babi<br />

menunjukkan bahwa kontrol positif teramplifikasi dengan nilai CP<br />

15,17 sedangkan kontrol negatif dan enam sampel burger sapi tidak<br />

teramplifikasi.<br />

3. Berdasarkan kurva amplifikasi DNA menggunakan real-time PCR,<br />

terbukti bahwa produk burger sapi yang diuji masih sesuai dengan<br />

bahan asal yang digunakan tanpa kontaminasi daging babi.<br />

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kehalalan produk<br />

burger sapi dengan sekuensing DNA. Dan perlu dilakukan optimasi dan<br />

evaluasi terhadap alat real-time PCR dan mesin isolasi DNA.<br />

43


DAFTAR PUSTAKA<br />

Alaraidh, Ibrahim Abdullah. 2008. Improved DNA Extraction Method for Porcine<br />

Contaminants, Detection in Imported Meat to The Saudi Market. Saudi<br />

Journal of Biological Sciences 15 (2): 225-229.<br />

Aljanabi, S.M., L Forget & A. Dookun, 1999. An Improoved and Rapid Protocol<br />

for Isolation of Polysaccharide- and Polyphenol-Free Sugarcane DNA.<br />

Plant Molecular Biology Reporter (17): 1–8.<br />

Argyros, Frauke C.; Ghosh, Mayurika; Huang, Lili; Masubuchi, Naoko; Cave,<br />

David R.; and Grubel, Peter. 2000. Evaluation of a PCR Primer Based on<br />

the Isocitrate Dehydrogenase Gene for Detection of Helicobacter pylori in<br />

Feces. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY,0095-1137/00/<br />

$04.0010 Oct. 2000, p. 3755–3758. Vol. 38, No. 10<br />

Andaman. 1992. The Cambridge Encyclopaedia of Human Evolution.<br />

http://www.andaman.org/related%3F/Related.htm, diakses pada 21 Juni<br />

2011 pukul 15:24<br />

Andreo, Mario Lopez., Laura Lugo., A Garrido-Pertierra., M. Isabel Prieto and A<br />

Puyet. 2005. Identification and quantitation of species in complex DNA<br />

mixtures by real-time polymerase chain reaction. Analytical Biochemistry.<br />

339(1), 73-82Bio-Rad. 2006.<br />

Bio-Rad. 2006. Real-time PCR Application Guide. http://www.bio-rad.com,<br />

diakses pada 20 Juli 2011 pukul 13.34<br />

Burns, Malcolm J., Gavin J Nixon., Carole A Foy., Neil Harris. 2005.<br />

Standardisation of data from real-time quantitative PCR methods –<br />

evaluation of outliers and comparison of calibration curves. BMC<br />

Biotecnology doi.10.1186/1472-6750-5-31<br />

Brandes, Walter – Promega Corporation. High Throughput Solution for DNA<br />

Purification Using Magnesil TM Paramagnetic Particels. Feature Article.<br />

http://www.promega.com, diakses pada 28 Oktober 2011 pukul 19.00<br />

Carson, Susan. 2006. Manipulation and Expression of Recombinant DNA A<br />

Laboratory Manual Second Edition, Elsevier Academic Press, Burlington<br />

USA.<br />

Calvo, J.H., P. Zaragoza., R. Otsa. 2001. Technical Note: A Quick And More<br />

Sensitive Method To Identify Pork In Processed And Unprocessed Food<br />

By PCR Amplification Of A New Specific DNA Fragment. Spain :<br />

Laboratorio de Gene´tica Bioquı´mica, Facultad de Veterinaria. J ANIM<br />

SCI 2001, 79:2108-2112<br />

44


Collis, Mathew P., Seven Valleys. 1999. Method for Purification and<br />

Manipulation of Nucleic Acids Using Paramagnetic Particles. United<br />

State Patent. US 006433160 B1<br />

Cory, Magdalena. 2009. Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Merah pada<br />

Daging Burger yag dijual di Grosir Bahan Baku Burger di Kota Medan.<br />

Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU<br />

Gaffar, Shabrani, M.Si. 2007. Buku Ajar Bioteknologi Molekul. Bandung :<br />

Universitas Padjajaran<br />

Genengnews. 2006. Consistency from a Small Integrated System-Promega’s<br />

Maxwell 16 Automates the Purification of Biomolecular Compounds (Vol.<br />

26, No. 20). http://www.genengnews.com. diakses pada 28 Oktober pukul<br />

20.10<br />

Granner, D.K. 1999.. Biokimia Harper edisi ke-24 ; alih bahasa, Andry Hartono ;<br />

editor, Alexander H. Santoso. <strong>Jakarta</strong> : EGC Penerbit Buku Kedokteran<br />

Irawati, Dahlia. 2009. Dendeng Sapi Dicampur Daging Babi di Malang,<br />

http://regional.kompas.com/read/2009/04/06/1722499/Dendeng.Sapi.Dica<br />

mpur.Daging.Babi.di.Malang, diakses tanggal 12 mei 2011, pukul 13.03.<br />

Jain, Shally. 2004, Use Of Cytochrome B Gene Variability In Detecting Meat<br />

Species By Multiplex PCR Assay, Department Of Veterinary Public<br />

Health, College Of Veterinary Science & Animal Husbandry, Anand<br />

Agricultural University, Anand.<br />

Johansson, Mary Katherine. 2006. Choosing Reporter-Quencher Pairs for<br />

Efficient Quenching Through Formation of Intramolecular Dimers. From:<br />

Methods in Molecular Biology, vol. 335: Fluorescent Energy Transfer<br />

Nucleic Acid Probe: Design and protocols. Edited by: V.V. Didenko.<br />

Humana Press Inc., Totowa, NJ<br />

Koolman, Jan. 1994. Atlas Berwarna dan teks Biokimia / Jan Koolman, Klaus-<br />

Heinrich Rohm ; alih bahasa, Septelia Inawati Wanandi ; editor edisi<br />

bahasa Indonesia, Moh. Sadikin. <strong>Jakarta</strong> : Hipokrates, 2000<br />

Liyana, Farihah K., Shuhaimi, M., Che Man, Y.B., Sazili A.Q., Aida A.A., Raha<br />

A.R. 2009. Porcine Specific Real-time Polymerase Chain Reaction (PCR)<br />

for Halal Verification. Proceedings of the 3rd IMT-GT International<br />

Symposium on Halal Science and Management 2009. Malaysia : UPM<br />

Serdang, Selangor<br />

Margawati, Endang Tri., Muhamad Ridwan. 2010. Pengujian Pencemaran<br />

Daging Babi Pada Beberapa Produk Bakso Dengan Teknologi PCR:<br />

Pencarian Sistem Pengujian Efektif. Bogor : Pusat Penelitian<br />

Bioteknologi, LIPI<br />

45


Marras, Salvatore A. E., 2006. Selection of Fluorophore and Quencher Pairs for<br />

Fluorescent Nucleic Acid Hybridization Probes. Public Health Research<br />

Institute, 225 Warren Street, Newark, New Jersey 07103 : USA.<br />

Maryatni, Dwi. 2000. Upaya Mendeteksi Adanya Daging Babi Dalam Makanan<br />

Jadi Melalui Uji DNA. Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan IPB<br />

Muladno, 2010. Teknologi Rekayasa Genetik Edisi Kedua. Bogor : IPB Press<br />

Muslichan, Baharudin Rahman. 2009. BPOM Pastikan 5 Produk Dendeng Sapi<br />

dan Abon mengandung Babi. http://www.indosiar.com/fokus/79605<br />

/bpom-pastikan-5-produk-dendeng-dan-abon-mengandung-babi. diakses<br />

pada 22 juni 2011 pukul 16.58<br />

Nottebaum, Sven. 1999. Re: Why is ethidium bromide such a toxic mutagen?.<br />

http://www.madsci.org/posts/archives/1999-02/919869466.Mb.r.html.<br />

diakses pada 11 Oktober 2011<br />

Otto, Paul. 2002. Magnesil TM Paramagnetic Particle: Magnetics for DNA<br />

Purification. Journal of the Association for Laboratory Automation<br />

(JALA) Vol 7, Issue 3, Pages 34-37<br />

Promega a . 2007. Technical Manual Maxwell® 16 Instrument Operating Manual.<br />

http://www.promega.com. diakses pada 06 Juni 2011 pukul 18.08<br />

Promega b . 2007. Technical Manual Maxwell® 16 DNA Purification Kits.<br />

http://www.promega.com. diakses pada 06 Oktober 2011 pukul 20.08<br />

Putra, Suhartono. 1999. Biologi Molekuler Kedokteran, editor: Suhartono Taat<br />

Putra. Surabaya : Airlangga University Press.<br />

Raven, P.H., Johnson, G.B., Losos, J.B., & Singer, S.R., 2005. Biology, seventh<br />

edition, Amerika Serikat: McGRAW Hill.<br />

Roche a . 2008. The LightCycler® 480 Instrument Operator’s Manual.<br />

http://www.roche-applied-science.com. diakses pada 08 Juni 2011 pukul<br />

11.05<br />

Roche b . 2008. The LightCycler® 480 System, Unleash the Potential of Real-Time<br />

PCR. http://www.roche-applied-science.com. diakses pada 07 Juni 2011<br />

pukul 15.05<br />

Roche c . 2008. LightCycler® 480 Probes Master. Version February 2008.<br />

http://www.roche-applied-science.com. diakses pada 07 Juni 2011 pukul<br />

15.05<br />

Saiyed. Z.M., C.N. Ramchand. 2007. Extraction of Genomic DNA Using<br />

Magnetic Nanoparticle (Fe3O4) as Solid-Phase Support. American Journal<br />

of Infectious Disease 3 (4): 225-229, 2007<br />

46


Sambrook, J., E.F. Fritsch and T. Maniatis. 1989. Molecular Cloning, A<br />

Labolatory Manual. 2 nd edition. New York : Cold Spring Harbour<br />

Laboratory Press. Book 1.6.1 – 6.17<br />

Sholeh, G. Fouri. 2009. Temuan Daging Babi Tak Pengaruhi Pedagang Padang,<br />

http://www.antaranews.com/berita/1253031494/temuan-daging-babi-takpengaruhi<br />

pedagang-padang, diakses pada 12 mei 2011 pukul 12.45<br />

Sigma. 2004. Significantly Improved Signal-to-Noise Ratios using Black Hole<br />

Quencher (BHQ) Dyes. http://www.sigmaaldrich.com/img/assets/15280/<br />

Probes_with_BHQ_special_offer. <strong>pdf</strong>. diakses pada 28 Oktober pukul<br />

21.10<br />

Smith, Don., Douglas White. 2003. Automated Purification of Plasmid DNA using<br />

Paramagnetic Particles. Journal of the Association for Laboratory<br />

Automation (JALA) Vol 8, Issue 3, Pages 50-54<br />

Solihin, Dedy Duryadi. 1994. Ulas balik Peran DNA Mitokondria (mtDNA)<br />

dalam Studi Keragaman Genetik dan Biologi Populasi pada Hewan.<br />

Bogor : FMIPA IPB. ISSN 0854-8587<br />

Stansfield, William D., Jaime S.Colomé., Raúl J.Cano. 2006. Shaum’s Easy<br />

Outlines Biologi Molekuler dan Sel; alih bahasa, Varian Fahmi ; editor,<br />

Amalia Safitri. <strong>Jakarta</strong> : Erlangga<br />

Stephenson, Frank, H., 2003. Calculations in Molecular Biology and<br />

Biotechnology, A Guide to Mathematics in The Laboratory, Academic<br />

Press, California, USA.<br />

Sucipto. 2009. Kasus Penemuan Lima Dendeng Sapi mengandung Babi.<br />

http://halalhealt.multiply.com/journal/item/42, diakses pada tanggal 06<br />

Mei 2011 pukul 13.42 WIB.<br />

Sulistyaningsih, Erma. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru<br />

Diagnosis dan Manajemen Penyakit Infeksi. Jember : Laboratorium<br />

Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember.<br />

Susanto, Lisawati., Taniawati Supali., Srisasi Gandahusada. 2002. Penentuan<br />

Konsentrasi Minimal Gen B1 dan Gen P30 Toxoplasma Gondii yang<br />

masih terdeteksi dengan Reaksi Rantai Polimerase. Makara, Kesehatan,<br />

Vol. 6, No. 2. Bagian Parasitologi FKUI : <strong>Jakarta</strong><br />

Tanabe, Soichi., Makiko Hase., Takeo Yano., Masahiko Sato., Tasuya Fujimura.,<br />

and Hiroshi Akiyama. 2007. A Real-Time Quantitative PCR Detection<br />

Method for Pork, Chicken, Beef, Mutton, and Horseflesh in Foods. Japan :<br />

Setagaya-ku, Tokyo. 71 (12). 3131-3135.2007<br />

Vaerman, J.L., P. Saussoy, I. Ingargiola. 2004. Evaluation of Real-Time PCR<br />

Data. Belgium : Cliniques Saint Luc, Bruxelles<br />

47


Watson, James D., John tooze, & David T. Kurtz, 1988. DNA Rekombinan, alih<br />

bahasa: Wisnu Gunarno. <strong>Jakarta</strong> : penerbit Erlangga.<br />

Wijaya, Yoga Permana, 2009. Fakta Ilmiah tentang Keharaman Babi. Bandung.<br />

http://yogapw.wordpress.com, diakses pada tanggal 25 April 2011 pukul<br />

09.00 WIB<br />

Yuwono, Triwibowo. 2009. Biologi Molekular. <strong>Jakarta</strong> : Erlangga<br />

48


Lampiran 1. Hasil konsentrasi dan kemurnian DNA kontrol dan DNA sampel<br />

1) DNA kontrol<br />

Sample ID<br />

Sapi<br />

Konsentrasi DNA<br />

(ng/µL)<br />

A260 A280<br />

49<br />

Kemurnian DNA<br />

A260/A280<br />

5.55 0.111 0.038 2.93<br />

5.56 0.164 0.078 2.10<br />

Rata-rata 5.55 2.51<br />

Babi<br />

13.17 0.263 0.108 2.43<br />

14.06 0.281 0.112 2.52<br />

Rata-rata 13.62 2.48<br />

2) DNA sampel<br />

Sample ID<br />

Konsentrasi DNA<br />

(ng/µL)<br />

A260 A280<br />

Kemurnian DNA<br />

A260/A280<br />

Burger no.1<br />

4.01<br />

4.49<br />

0.080<br />

0.090<br />

0.063<br />

0.078<br />

1.28<br />

1.15<br />

Rata-rata 4.25 1.21<br />

Burger no.2<br />

10.98<br />

10.59<br />

0.220<br />

0.212<br />

0.099<br />

0.091<br />

2.22<br />

2.33<br />

Rata-rata 10.79 2.28<br />

Burger no.3<br />

18.60<br />

20.27<br />

0.372<br />

0.405<br />

0.253<br />

0.272<br />

1.47<br />

1.49<br />

Rata-rata 19.44 1.48<br />

Burger no.4<br />

25.77<br />

25.82<br />

0.515<br />

0.516<br />

0.276<br />

0.279<br />

1.87<br />

1.85<br />

Rata-rata 25.79 1.86<br />

Burger no.5<br />

54.11<br />

55.38<br />

1.082<br />

1.108<br />

0.638<br />

0.657<br />

1.70<br />

1.69<br />

Rata-rata 54.75 1.69<br />

Burger no.6<br />

2.73<br />

6.23<br />

0.055<br />

0.125<br />

0.021<br />

0.055<br />

2.58<br />

2.28<br />

Rata-rata 4.48 2.58


Lampiran 2. Hasil BLAST berdasarkan informasi database NCBI melalui<br />

software Geneious 4.6.1<br />

Gambar 12. BLAST primer dan probe sapi<br />

Gambar 13. BLAST primer dan probe babi<br />

50


Lampiran 3. Hasil alignment primer yang digunakan dengan berbagai spesies babi<br />

melalui software Geneious 4.6.1<br />

A. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus scrofa cytochrome b<br />

(GQ338965)<br />

Primer Forward<br />

Primer Reverse<br />

B. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus scrofa domesticus cyt b<br />

(AB015079)<br />

Primer Forward<br />

Primer Reverse<br />

C. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus verrucosus cyt b<br />

(GQ338963)<br />

Primer Forward<br />

Primer Reverse<br />

51


D. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus barbatus cytochrome b<br />

(AY534297)<br />

Primer Forward<br />

Primer Reverse<br />

E. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus cebifrons cytochrome b<br />

(AY920906)<br />

Primer Forward<br />

Primer reverse<br />

F. Hasil alignment primer nukleotida babi spesies sus celebensis cytochrome b<br />

(AM492665)<br />

Primer Forward<br />

Primer reverse<br />

52


G. Hasil Alignment Primer nukleotida Babi spesies sus philippensis cyt b<br />

(AY920905)<br />

Primer Forward<br />

Primer Reverse<br />

53


Lampiran 4. Membuat larutan induk primer dan probe<br />

1. Membuat larutan induk primer dan probe 100 µM<br />

Jenis Nama oligo µg To make 100 µM<br />

Forward 247.9 Add 371 µL ddH2O<br />

Babi Reverse 294.6 Add 382 µL ddH2O<br />

Probe 46.2 Add 65 µL ddH2O<br />

Forward 293.0 Add 491 µL ddH2O<br />

Sapi Reverse 233.7 Add 381 µL ddH2O<br />

Probe 48.9 Add 83 µL ddH2O<br />

2. Membuat larutan primer dan probe konsentrasi 10 µM dari larutan induk<br />

V1 . M1 = V2 . M2<br />

X . 100 µM = 100 µL . 10 µM<br />

X = 1000<br />

100<br />

= 10 µL<br />

Maka, 10 µL diambil dari masing-masing primer 100 µM dan di add 90<br />

µL TE buffer atau PCR water grade<br />

3. Rekomendasi konsentrasi untuk primer adalah 0.3-1 µM (Roche c ), dipilih<br />

konsentrasi 0.8 µM untuk tiap primer<br />

V1 . M1 = V2 . M2<br />

X . 10 µM = 20 µL . 0.8 µM<br />

X = 16<br />

10<br />

= 1,6 µL<br />

Maka, diambil 1,6 µL dari larutan primer konsentrasi 10 µM<br />

4. Rekomendasi konsentrasi untuk probe adalah 0.05-1 µM (Roche c ), dipilih<br />

konsentrasi 0.2 µM untuk tiap probe<br />

V1 . M1 = V2 . M2<br />

X . 10 µM = 20 µL . 0.2 µM<br />

X = 4<br />

10<br />

= 0.4 µL<br />

Maka, diambil 0.4 µL dari larutan probe konsentrasi 10 µM<br />

54


Lampiran 5. Campuran reaksi master mix untuk amplifikasi DNA<br />

Tabel 5. Campuran reaksi mastermix<br />

Konsentrasi Lar.induk Jumlah yang digunakan<br />

Primer Forward 0,8 µM 10 µL 1,6 µL<br />

Primer Reverse 0,8 µM 10 µL 1,6 µL<br />

Probe 0,2 µM 10 µL 0,4 µL<br />

DNA Polimerase *<br />

(LC 480 Probe Master)<br />

- - 10 µL<br />

ddH2O - - 1, 4 µL<br />

DNA template - - 5 µL<br />

Total volume reaksi 20 µL<br />

*Terdiri dari: - Fast Start Taq DNA Polymerase<br />

- Buffer<br />

- dNTP (termasuk dUTP dan dTTP)<br />

- 6,4 mM MgCl2<br />

55


Lampiran 6. Perhitungan temperatur annealing<br />

Rumus Tm = 2 0 C (A+T) + 4 0 C (G+C)<br />

Sapi = 2 0 C (2+8) + 4 0 C (2+8)<br />

(Forward) = 2 0 C (10) + 4 0 C (10)<br />

= 20 0 C + 40 0 C<br />

= 60 0 C<br />

Sapi = 2 0 C (5+8) + 4 0 C (6+5)<br />

(Reverse) = 2 0 C (13) + 4 0 C (11)<br />

= 26 0 C + 44 0 C<br />

= 70 0 C<br />

Primer sapi = 60 0 C + 70 0 C<br />

2<br />

= 65 0 C<br />

60 0 C<br />

* Temperatur penempelan yang digunakan biasanya 5 0 C di bawah Tm (Muladno,<br />

2010)<br />

56<br />

Babi = 2 0 C (6+5) + 4 0 C (4+7)<br />

(Forward) = 2 0 C (11) + 4 0 C (11)<br />

= 22 0 C + 44 0 C<br />

= 66 0 C<br />

Babi = 2 0 C (8+7) + 4 0 C (6+3)<br />

(Reverse) = 2 0 C (15) + 4 0 C (9)<br />

= 30 0 C + 36 0 C<br />

= 66 0 C<br />

Primer babi = 66 0 C + 66 0 C<br />

2<br />

= 66 0 C<br />

61 0 C


Lampiran 7. Pengaturan subset editor dan sample editor<br />

Gambar 14. Pengaturan subset editor<br />

Gambar 15. Pengaturan sample editor<br />

57


Lampiran 8. Tampilan software Light Cycler 480® SW 1,5<br />

Gambar 16. Hasil abs.quant real-time PCR menggunakan primer spesifik sapi<br />

Gambar 17. Hasil abs.quant real-time PCR menggunakan primer spesifik babi<br />

58


Lampiran 9. Tampilan Report Analisis PCR dengan Primer Spesifik Babi<br />

59


Lampiran 10. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian<br />

4<br />

Gambar 18. Satu set alat DNA Purification: 1) Mesin DNA Purification ;<br />

2) Plunger ; 3) Blue elution slots ; 4) Catrigde<br />

2<br />

1<br />

Gambar 19. Satu set alat elektroforesis:<br />

1) Chamber ; 2) Gel caster ;<br />

3) Sisir ; 4) Power pac<br />

1<br />

3<br />

2<br />

1<br />

2 3 4<br />

Gambar 20. Gel Documentation<br />

Gambar 21. Satu set alat real-time PCR: 1) Mesin real-time PCR ;<br />

2) Multiwell plate ; 3) Sealing foil<br />

2<br />

3<br />

61


1<br />

Gambar 22. Alat-alat dispossible: 1) Tube dan Mikro tube ; 2) Tips ;<br />

3) Steril blade ; 4) Glove<br />

Gambar 23. Mikro pipet<br />

Gambar 25. Spektrofotometer<br />

Nano Drop<br />

2 3 4<br />

Gambar 24. Timbangan analitik<br />

62

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!