Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sembahyang Lima Waktu<br />
SANG PUTRA DAN SANG BULAN<br />
Para penyembah dewa <strong>bulan</strong>, yaitu para Sabean, mempunyai waktu sembahyang<br />
yang rutin, dimana mereka akan sujud menyembah menghadap Ka’bah, seperti yang<br />
dilakukan para kaum Muslim pada masa ini. Sembahyang mereka hampir identik<br />
dengan sembahyang yang dilakukan oleh muslim pada masa ini (kaum Islamis<br />
berkeberatan atas pan<strong>dan</strong>gan ini), mereka menunjukkan bahwa orang Yahudi juga<br />
memiliki waktu doa yang rutin, tetapi ada permasalahan di dalam argumen mereka.<br />
Orang Yahudi tidak berdoa menghadap ke Ka’bah? Tetapi, sampai saat ini, orang<br />
muslim di seluruh dunia sembahyang dengan menghadap Ka’bah, mengapa? Orang<br />
Kristen dapat berdoa dari segala arah karena Tuhan yang sejati dapat ditemukan<br />
dimana saja, tidak ada suatu mandat ritual dalam doa umat Kristen, tidak ada suatu<br />
posisi tertentu, atau pakaian tertentu atau upacara tertentu. Doa yang sejati <strong>dan</strong><br />
penyembahan yang benar adalah yang dilakukan dalam Roh <strong>dan</strong> Kebenaran. Tuhan<br />
tinggal dalam hati manusia yang percaya padaNya, karena itu tubuh kita adalah Bait<br />
Tuhan yang benar. Umat Kristen tidak perlu sujud ke arah bait yang lain. Penyembahan<br />
kita adalah sesuatu yang alami, karena menyembah adalah suatu hal yang alami.<br />
Puasa pada Bulan Ramadhan<br />
Bulan puasa kaum Sabean di mulai pada saat <strong>bulan</strong> sabit. Hal itu tidak akan<br />
berakhir sampai <strong>bulan</strong> menjadi hilang <strong>dan</strong> kembali <strong>bulan</strong> sabit muncul. (Sama seperti<br />
Ramadhan bagi Islam pada masa ini). Muhammad hanya meneruskan praktek<br />
keagamaan yang dipakai oleh para penyembah berhala, Abd. Allah bin Abbas<br />
melaporkan bahwa Muhammad, menyatakan:<br />
“Jangan mulai berpuasa sampai kamu telah melihat <strong>bulan</strong> sabit <strong>dan</strong> jangan berhenti<br />
berpuasa sampai kamu melihatnya kembali, <strong>dan</strong> jika itu berawan, sempurnakanlah<br />
menjadi 30 hari.”<br />
Memang pada masa Muhammad orang Yahudi juga memiliki kebiasaan berpuasa<br />
sesuai dengan tanggalan Yahudi, <strong>dan</strong> tanggalan Yahudi yang dipakai juga berdasarkan<br />
hitungan <strong>bulan</strong>. Orang Yahudi juga memiliki festival Bulan Baru, tetapi dalam Imamat<br />
23 dijelaskan bahwa festival Bulan Baru itu tidak dimulai dari TUHAN. Sampai saat ini<br />
orang Kristen juga tetap melakukan puasa. Beberapa diantaranya bahkan melakukan<br />
secara rutin, tetapi sebagian besar orang Kristen (termasuk penulis) berpuasa ketika<br />
ada sesuatu yang se<strong>dan</strong>g didoakan sungguh‐sungguh. Itu adalah cara untuk<br />
memusatkan pikiran kita pada Tuhan.<br />
Itu bukanlah suatu kewajiban keagamaan. Satu‐satunya “kewajiban keagamaan”<br />
yang kita miliki adalah untuk percaya pada Kristus yang membawa kita ke sorga,<br />
menyadari bahwa sebenarnya kita tidak layak untuk menerima kasihNya, <strong>dan</strong><br />
mengkutiNya dengan segala ucapan syukur untuk apa yang telah Dia kerjakan bagi kita.<br />
Praktek Keagamaan <strong>dan</strong> Kepercayaan yang Lainnya<br />
Takhayul‐takhayul seperti jin‐jin, mata jahat <strong>dan</strong> batu ajaib <strong>sang</strong>at dikenal baik oleh<br />
para penyembah berhala di Arab, jauh sebelum masa Muhammad. Mantra‐mantra<br />
khusus dipakai untuk perlindungan, praktek poligami, perceraian yang mudah,<br />
penyunatan kaum wanita, <strong>dan</strong> perbudakan semua itu diambil dari penyembahan<br />
berhala. Semua itu masih dipraktekkan pada masa ini.<br />
132