Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SANG PUTRA DAN SANG BULAN<br />
“putri‐putri” memiliki batu mereka sendiri di tempat pemujaan mereka. Batu yang ada<br />
di Ka’bah adalah milik Hubal.<br />
Cerita pada masa kini yang sering diceritakan oleh kaum Islamis adalah, bahwa<br />
batu itu adalah batu yang dipakai oleh Yakub untuk meletakkan kepalanya pada saat<br />
dia mendapat mimpi khusus dari Tuhan (Kejadian 28:10‐22), adalah suatu hal yang<br />
tidak masuk akal, tidak ada satu buktipun yang mendukung bahwa baik Yakub maupun<br />
Abraham ataupun Ismael pernah melakukan perjalanan di dekat daerah Mekah,<br />
sehingga cerita ini tidak masuk akal.<br />
Pada tahun ke 7 setelah Hijrah, Muhammad <strong>dan</strong> beberapa pengikutnya datang ke<br />
Mekah <strong>dan</strong> menyembah ke arah Ka’bah bersama dengan para penyembah berhala<br />
lainnya. Ketika Muhammad mencium batu hitam, pengikutnya menjadi bingung.<br />
Bukankan ini adalah suatu tindakan penyembahan berhala yang seringkali di tentang<br />
oleh pemimpin mereka? Umar, calon Kalifah yang akan datang, berkata “jika saya tidak<br />
melihat dengan mata kepala saya sendiri <strong>sang</strong> nabi menciumnya, saya sendiri tidak akan<br />
pernah menciumnya.”<br />
Batu hitam itu sendiri berwarna coklat pekat. Batu yang ada sekarang kemungkinan<br />
besar sama dengan batu Hubal pada masa sebelum Islam. Bagaimanapun juga ada satu<br />
pertanyaan besar, karena pada tahun 930 M batu itu di ambil oleh sekte Iran, <strong>dan</strong><br />
dibelah, pecahan‐pecahannya kemudian kembali lagi. Pecahan‐pecahan itu disambung<br />
kembali, di satukan dengan aspal, <strong>dan</strong> diikat kuat dengan kabel perak. Pada saat ini,<br />
batu itu ditempatkan di tempat khusus di sebelah sudut timur Ka’bah. Menurut Peter<br />
Ochigrosso, batu itu lebarnya 10 inci, tingginya tiga kaki. (“The Joy of Sect” 1996).<br />
Kemungkinan itu adalah batu meteor yang dikira oleh orang Arab sebagai sesuatu yang<br />
suci, karena itu jatuh dari langit (Shorrosh, 156). Tidak pernah diizinkan suatu tes<br />
untuk membuktikannya, jadi ini tidak dapat dikatakan sebagai suatu kepastian.<br />
Dalam ibadah Haji, orang‐orang muslim saleh akan berlari bolak‐balik antara bukit<br />
As‐Safa <strong>dan</strong> Al‐Marwa. Orang muslim percaya bahwa kebiasaan yang dilakukan saat<br />
ibadah Haji ini bermula dari Hagar. Cerita bahwa Hagar berlari bolak‐balik, mencari air<br />
untuk Ismael, sampai air zam‐zam muncul dengan ajaib. Kebenarannya tidak seperti<br />
itu, sebenarnya, mounds (bukit kecil) adalah tempat dimana dewa Isaf <strong>dan</strong> Naila pernah<br />
ada, se<strong>dan</strong>gkan Hagar, dia sendiri tidak pernah pergi ke daerah sekitar Mekah. Alasan<br />
mengapa mereka harus berlari bolak‐balik antara bukit itu karena itu adalah kebiasaan<br />
yang dilakukan para penyembah Isaf <strong>dan</strong> Naila pada waktu lalu. Satu‐satunya cara<br />
Muhammad untuk mendapatkan mereka bergabung dengannya adalah dengan<br />
mengijinkan untuk meneruskan beberapa praktek keagamaan mereka. Dituliskan:<br />
“Lihatlah (gunung‐gunung) As‐Safa <strong>dan</strong> Al‐Marwa terletak diantara petunjuk‐<br />
petunjuk allah. Karena itu tidak berdosa bagi mereka yang berjiarah ke rumah<br />
(allah) atau mengunjunginya, atau untuk mengelilinginya (seperti kebiasan para<br />
penyembah berhala)” (Sura 2: 156)<br />
Yang terakhir, melempar batu pada “setan” juga merupakan kebiasan pada masa<br />
sebelum Islam yang berhubungan dengan dewa‐dewa palsu. Menurut Yusuf Ali,<br />
“keseluruhan ziarah penyembah berhala dirohanikan dalam Islam” (Yusuf Ali, dalam<br />
footnote no 223, hal 80 terjemahan Quran dalam Bahasa Inggris). Itu adalah cara yang<br />
halus untuk mengatakan bahwa Muhammad sebenarnya menyimpan semua praktek<br />
keagamaan kuno, tetapi menambahkan cerita baru di dalamnya.<br />
131