You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SANG PUTRA DAN SANG BULAN<br />
masih ada satu permasalahan: jika <strong>bulan</strong> sabit hanyalah tambahan akhir pada Islam,<br />
lalu mengapa kaum Islam menginginkan simbol itu ada di masjid yang pertama<br />
dibangun? (Lihat lampiran gambar no. 5 <strong>dan</strong> 6)<br />
Meskipun tanpa bukti‐bukti yang sudah saya sebutkan disini, fakta bahwa para<br />
penyembah berhala menyembah simbol yang persis sama yaitu <strong>bulan</strong> sabit, yang<br />
dipakai oleh Islam pada masa kini, menjadi suatu “kebetulan” yang terlalu panjang<br />
untuk dijelaskan. (Masa sekarang para imam mengatakan kepada umat Islam untuk<br />
tidak menggunakan simbol <strong>bulan</strong> sabit diatas masjid yang baru dibangun, akan tetapi<br />
latar belakang sejarah itu akan tetap melekat).<br />
Bukankah Kaum Kristen juga Menggunakan Simbol?<br />
Kaum Islamis terka<strong>dan</strong>g mempermasalahkan mengenai pohon natal, hari natal 25<br />
Desember, atau kebiasaan Kristen yang lainnya <strong>dan</strong> berkata “lihat, kalian juga memiliki<br />
asal muasal dari penyembahan berhala”.<br />
Tetapi ada satu perbedaan besar antara asal penyembahan berhala Islam <strong>dan</strong><br />
adaptasi kebiasaan penyembahan berhala yang dipakai oleh Kristen. Perbedaannya<br />
adalah kita dapat dengan mudah menunjukkan bahwa pohon natal tidak pernah<br />
menjadi bagian dari asal muasal Injil. Kita juga dapat dengan mudah melacak bahwa<br />
tanggal 25 Desember dipakai untuk hari Natal karena misionaris Spanyol <strong>dan</strong> festival<br />
pergantian musim pada musim dingin, karena itu, kita dengan jelas mengetahui bahwa<br />
kebiasaan‐kebiasaan itu hanyalah bersifat sekunder, <strong>dan</strong> bukan yang utama. Hal‐hal ini<br />
ada dipakai dalam kebiasaan Kekristenan setelah masa para Rasul. Hal ini tidaklah<br />
menjadi fondasi utama bagi iman Kristen, sebagaimana ziarah haji dalam Islam. Pusat<br />
kebenaran iman kita adalah Yesus mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia.<br />
Simbolnya adalah Salib, jika umat Kristen ingin mengganti pohon natal dengan hadiah,<br />
mengapa tidak? Tetapi hal ini bukanlah pusat dari iman Kristen. Yesus Kristus‐lah yang<br />
menjadi pusat <strong>dan</strong> jiwa Kekristenan. Di lain sisi, dewa <strong>bulan</strong> adalah bagian dari<br />
kebudayaan Arab jauh sebelum masa Muhammad.<br />
Kebudayaan Islam Berakar dari Penyembahan Dewa Bulan<br />
Setidaknya lima tiang utama dalam Islam berasal langsung dari praktek penyem‐<br />
bahan berhala.<br />
Ibadah Haji<br />
Kaum Islamis melakukan ibadah Haji setiap tahun pada <strong>bulan</strong> Djul‐Hijjah. Ritual ini<br />
berasal dari praktek penyembahan berhala, hampir tidak ada perubahan yang berarti.<br />
Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali juga dilakukan pada masa sebelum Islam,<br />
dilakukan untuk menyembah Hubal <strong>dan</strong> Shams (dewa <strong>bulan</strong> <strong>dan</strong> matahari), dua dewa<br />
yang ada diatas Ka’bah, <strong>dan</strong> sebagai penghormatan kepada “putri‐putri allah”.<br />
Setelah membersihkan diri <strong>dan</strong> berdoa di masjid “Suci” para peziarah akan<br />
mencium batu hitam. Jauh sebelum masa Muhammad, Clement dari Alexandria,<br />
menulis di tahun 190 M, bahwa “orang Arab menyembah batu” (Waraq 39). Penyembah<br />
berhala dari Arab <strong>dan</strong> peziarah dari sekelilingnya mencium batu hitam sebagai acuan<br />
kepada Hubal, dewa <strong>bulan</strong> mereka. Dewa <strong>dan</strong> dewi pada masa itu seringkali<br />
mempunyai batu khusus yang akan menggantikan perwuju<strong>dan</strong> diri mereka. Tiap<br />
130