menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

pemeriksaan dalam rangka terwujudnya peradilan yang cepat, murah, dan sederhana dan sesuai dengan prinsip-prinsip mengenai yurisdiksi peradilan militer yang terbatas pada tindak pidana militer. Peradilan umum tidak boleh ada pengecualian atau kekhususan, termasuk dalam hukum acara pidana. 6 A. Efffendy Choirie (FKB) Tetap konsisten bahwa prajurit yang melakukan tindak pidana umum maka mereka berada pada peradilan sipil meskipun statusnya sebagai anggota militer, FKB memahami seperti adanya masa transisi dan menyepakati apa yang disepakati, langkah apapun yang 7 Drs. Almuzzamil Yusuf (FPKS) 8 Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si (FBPD) 9 H. Bachrum R. Siregar (FPBR) 10 Jeffrey Johanes Massie (FPDS) 96 diambil. Penerapan teknis hukum acara terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum adalah konsisten mengikuti tata aturan yang berlaku dalam peradilan umum yaitu menggunakan KUHAP secara otomatis dan utuh, akan tetapi FPKS memahami bahwa saat ini adalah masa transisi sehingga memerlukan penyesuaian secara bertahap, karena itu sepakat dengan butir penjelasan umum dalam penjelasan RUU ini yang berkaitan dengan penyidikan tersebut. Bagi prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum, penyidikan dilakukan oleh aparat kepolisian dan polisi militer dan pelaksanaan putusan pengadilan dilaksanakan oleh jaksa didampingi oleh oditur. Hal ini berlaku dalam masa transisi dengan jangka waktu 5 tahun, masa transisi ini dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan psikologis dan historis di kalangan militer, sekaligus untuk mempersiapkan pranata-pranata hukum lainnya. Tindak pidana umum yang dilakukan prajurit harus diadili oleh peradilan umum dengan memberlakukan KUHAP secara utuh dan demokratis. Prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum diadili di pengadilan umum, tetapi

V.2 Stagnasi Sikap Pemerintah penyidikan, keankuman, kepaperaan dan pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan sesuai dengan UU No 31 tahun 1997. Sumber: Dokumentasi KontraS 2009 Secara umum pemerintah berpendapat bahwa usulan yang diberikan oleh fraksi-fraksi di atas berpengaruh dan memberi perubahan drastis dalam lingkup institusi TNI, khususnya yang terkait dengan berbagai aturan yang mengatur kewenangan penyidikan oleh penyidik polisi militer terhadap TNI yang melakukan tindak pidana umum. Adanya berbagai peraturan penyidikan oleh penyidik polisi militer terhadap TNI yang melakukan tindak pidana umum, dapat dilihat Pasal 6 KUHAP, Pasal 284 ayat (2) KUHAP, PP 27 tahun 1983, Pasal 2 KUHPM.140 Pada PP 27 Tahun 1983 diatur kembali tentang kewenangan pejabat, penyidik, di luar ketentuan KUHAP tetap ada sepanjang diatur dalam undang-undang. Pemerintah menyandarkan pijakan berdasarkan Pasal 2 KUHPM terhadap tindak pidana yang tidak tercantum dalam kitab UU ini, yang dilakukan oleh orang-orang yang tunduk pada kekuasaan badan-badan peradilan militer, diterapkan hukum pidana umum, kecuali ada penyimpangan-penyimpangan yang ditetapkan dengan UU. Bahkan pemerintah menuding DPR yang selalu berupaya untuk membatasi kompetensi peradilan militer bukan untuk merubah sistem peradilan militer ke arah yang lebih baik. Andreas H. Pareira selaku ketua pansus menyatakan pendapatnya dalam media massa bahwa pemerintah dinilai tidak memiliki itikad baik dalam mengusung perubahan di sektor peradilan militer ini. Sebagaimana yang dikutip langsung dari Harian Koran Tempo: “Terakhir itu tanggal 16 Juni, dalam rapat tim sinkronisasi, pemerintah meminta waktu dua minggu karena katanya mau berkoordinasi antardepartemen dulu terkait masalah-masalah yang masih mengganjal. Akan tetapi, awal Juli mereka bilang prosesnya belum selesai. Sampai sekarang belum jelas.”141 140 Dapat dilihat dalam Pasal 6 KUHAP, Pasal 284 ayat (2) KUHAP, PP 27 Tahun 1983, Pasal 2 KUHPM. Pasal 6 (1) KUHAP: Penyidik adalah pejabat polisi negara RI dan pejabat pegawai negeri tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang ketentuan Pasal 284, KUHAP dimaksudkan untuk menyesuaikan ketentuan acara yang tersebar di berbagai peraturan perundangan-undangan tertentu, tidak dimaksudkan untuk meniadakan kewenangan pejabat yang berwenang melakukan penyidikan. 141 Kompas, 10 Februari 2008, “Pemerintah Dinilai Tidak Beritikad Baik.” 97

V.2 Stagnasi Sikap Pemerintah<br />

penyidikan, keankuman, kepaperaan dan<br />

pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan<br />

sesuai dengan UU No 31 tahun 1997.<br />

Sumber: Dokumentasi KontraS 2009<br />

Secara umum pemerintah berpendapat bahwa usulan yang diberikan oleh fraksi-fraksi<br />

di atas berpengaruh dan memberi perubahan drastis dalam lingkup institusi TNI,<br />

khususnya yang terkait dengan berbagai aturan yang mengatur kewenangan<br />

penyidikan oleh penyidik polisi militer terhadap TNI yang melakukan tindak pidana<br />

umum. Adanya berbagai peraturan penyidikan oleh penyidik polisi militer terhadap<br />

TNI yang melakukan tindak pidana umum, dapat dilihat Pasal 6 KUHAP, Pasal 284<br />

ayat (2) KUHAP, PP 27 tahun 1983, Pasal 2 KUHPM.140 Pada PP 27 Tahun 1983<br />

diatur kembali tentang kewenangan pejabat, penyidik, di luar ketentuan KUHAP tetap<br />

ada sepanjang diatur dalam undang-undang.<br />

Pemerintah menyandarkan pijakan berdasarkan Pasal 2 KUHPM terhadap tindak<br />

pidana yang tidak tercantum dalam kitab UU ini, yang dilakukan oleh orang-orang<br />

yang tunduk pada kekuasaan badan-badan peradilan militer, diterapkan hukum pidana<br />

umum, kecuali ada penyimpangan-penyimpangan yang ditetapkan dengan UU.<br />

Bahkan pemerintah menuding DPR yang selalu berupaya untuk membatasi<br />

kompetensi peradilan militer bukan untuk merubah sistem peradilan militer ke arah<br />

yang lebih baik.<br />

Andreas H. Pareira selaku ketua pansus menyatakan pendapatnya dalam media massa<br />

bahwa pemerintah dinilai tidak memiliki itikad baik dalam mengusung perubahan di<br />

sektor peradilan militer ini. Sebagaimana yang dikutip langsung dari Harian Koran<br />

Tempo:<br />

“Terakhir itu tanggal 16 Juni, dalam rapat tim sinkronisasi, pemerintah<br />

meminta waktu dua minggu karena katanya mau berkoordinasi antardepartemen<br />

dulu terkait masalah-masalah yang masih mengganjal. Akan<br />

tetapi, awal Juli mereka bilang prosesnya belum selesai. Sampai sekarang<br />

belum jelas.”141<br />

140 Dapat dilihat dalam Pasal 6 KUHAP, Pasal 284 ayat (2) KUHAP, PP 27 Tahun 1983, Pasal<br />

2 KUHPM. Pasal 6 (1) KUHAP: Penyidik adalah pejabat polisi negara RI dan pejabat pegawai<br />

negeri tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang ketentuan Pasal 284,<br />

KUHAP dimaksudkan untuk menyesuaikan ketentuan acara yang tersebar di berbagai peraturan<br />

perundangan-undangan tertentu, tidak dimaksudkan untuk meniadakan kewenangan pejabat<br />

yang berwenang melakukan penyidikan.<br />

141 Kompas, 10 Februari 2008, “Pemerintah Dinilai Tidak Beritikad Baik.”<br />

97

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!