menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

94 perkara yang diputus oleh pengadilan di lingkungan peradilan militer.” Karena saling menunjuk, dikhawatirkan akan terjadi kevakuman hukum, maka pemerintah memandang perlu untuk diatur lengkap hukum acara tentang pemeriksaan di tingkat kasasi. 3. Berkaitan dengan acara peninjauan kembali yang tertuang dalam Pasal 336 ayat (2) “Acara pemeriksaan peninjauan kembali” sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA. Dalam pasal tersebut, dikatakan bahwa, “Dalam pemeriksaan peninjauan kembali perkara yang diputus oleh Pengadilan di lingkungan Peradilan Militer, digunakan hukum acara peninjauan kembali sebagaimana diatur dalam KUHAP,” oleh karena itu, menurut pemerintah daripada menunjuk ketentuan lain lebih baik diatur ke dalam UU Peradilan itu sendiri. Sumber: Dokumentasi KontraS 2009 Secara khusus pemerintah menyatakan hal-hal yang menyangkut undang-undang dan bersinggungan langsung dengan hukum militer, khususnya dalam hal ini adalah pengadilan militer; beberapa istilah kunci harus mengalami sinkronisasi agar konsistensi antara satu undang-undang dengan undang-undang yang lainnya bisa tetap terjaga. Apabila usulan di atas diterima, maka setiap sebutan Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang tercantum di dalam setiap Undang-Undang Peradilan Militer secara langsung diganti dengan sebutan Militer. Pemerintah mengusulkan agar tidak kesimpangsiuran pengertian maka perlu diformulasikan di dalam Penjelasan Umum.139 139 Barangkali dengan cukup satu kalimat bahwa yang dimaksud dengan militer dalam UU ini diartikan sama dengan sebutan Prajurit Tentara Nasional Indonesia dalam UU lain. Mengenai penyidik, pemerintah memandang perlu untuk mengusulkan bahwa perlunya diatur lebih lanjut mengenai keberadaan Polisi Militer angkatan tadi untuk menggantikan fungsi provos yang semula diatur di di dalam ayat (2) pasal 69. Baik dari FBPD dan FPDIP mengatakan bahwa sejauh usulan belum dibahas akan dibahas dalam Panja dan tambahan usulan dari pemerintah yang bukan kewenangan Panja akan dikembalikan ke Pansus, hal-hal yang dibahas akan dibahas dalam Panja. Lihat: Rapat Panja ke-6 yang dilakukan secara tertutup dihadiri oleh 14

Perdebatan lain yang muncul adalah seputar perangkat hukum yang akan digunakan dalam sistem peradilan militer. Dalam Rapat Kerja ke-13 bersama dengan Menteri Hukum dan HAM serta Menteri Pertahanan fraksi-fraksi menyatakan pendapatnya. Berikut adalah tabel pendapat dari berbagai fraksi: Usulan Pendapat Fraksi mengenai Peradilan Militer No Fraksi Pendapat 1 H.A Afifuddin Thalib (FPG) 2 HRM. Pupung Suharis (FPDIP) Usulan pemerintah tersebut perlu dipertimbangkan untuk dibahas lebih lanjut, hal-hal lainnya akan disampaikan secara tertulis. Penyidikan, keankuman, kepaperaan, dan pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan sesuai dengan UU No 31 Tahun 1997 pada dasarnya masih dapat diterima dengan catatan proses penyidikan oleh Ankum/Papera terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum harus dilakukan secara transparan. 3 Marcus Silanno (FPD) Penyidikan tindak pidana umum yang dilakukan oleh prajurit TNI dimungkinkan, apabila berkas perkara telah selesai disidik oleh polisi militer, maka penyidik menyerahkan berkas tersebut kepada kejaksaan. Terkait dengan eksekusi terhadap terpidana prajurit TNI yang telah dipidana, tetapi tidak dipecat dari dinas militer 4 DR. H. Anwar Sanusi, SH, SE, MM (FPPP) dilaksanakan di Lapas Militer. Keseluruhan proses penyelesaian perkara tindak pidana umum yang dilakukan prajurit TNI harus mengacu pada KUHAP secara utuh dan otomatis, pemberlakuan UU ini tidak perlu menunggu adanya UU KUHAP baru atau UU KUHPM baru. 5 Hj. Azlaini Agus (FPAN) Ketentuan dalam RUU ini harus mendorong terwujudnya keadilan yang sama bagi terdakwa, menyederhanakan proses orang dari 26 anggota Panja. Pemerintah: Dirjen Kuathan dephan beserta jajarannya, Pejabat Eselon I Departemen Hukum dan HAM beserta jajarannya. Rapat dipimpin oleh Hj. Azlaini Agus SH, MH, Jakarta 29 Juni 2007. 95

Perdebatan lain yang muncul adalah seputar perangkat hukum yang akan digunakan<br />

dalam sistem peradilan militer. Dalam Rapat Kerja ke-13 bersama dengan Menteri<br />

Hukum dan HAM serta Menteri Pertahanan fraksi-fraksi menyatakan pendapatnya.<br />

Berikut adalah tabel pendapat dari berbagai fraksi:<br />

Usulan Pendapat Fraksi mengenai Peradilan Militer<br />

No Fraksi Pendapat<br />

1 H.A Afifuddin Thalib<br />

(FPG)<br />

2 HRM. Pupung Suharis<br />

(FPDIP)<br />

Usulan pemerintah tersebut perlu<br />

dipertimbangkan untuk dibahas lebih lanjut,<br />

hal-hal lainnya akan disampaikan secara<br />

tertulis.<br />

Penyidikan, keankuman, kepaperaan, dan<br />

pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan<br />

sesuai dengan UU No 31 Tahun 1997 pada<br />

dasarnya masih dapat diterima dengan catatan<br />

proses penyidikan oleh Ankum/Papera<br />

terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak<br />

pidana umum harus dilakukan secara<br />

transparan.<br />

3 Marcus Silanno (FPD) Penyidikan tindak pidana umum yang<br />

dilakukan oleh prajurit TNI dimungkinkan,<br />

apabila berkas perkara telah selesai disidik<br />

oleh polisi militer, maka penyidik<br />

menyerahkan berkas tersebut kepada<br />

kejaksaan. Terkait dengan eksekusi terhadap<br />

terpidana prajurit TNI yang telah dipidana,<br />

tetapi tidak dipecat dari dinas militer<br />

4 DR. H. Anwar Sanusi, SH,<br />

SE, MM (FPPP)<br />

dilaksanakan di Lapas Militer.<br />

Keseluruhan proses penyelesaian perkara<br />

tindak pidana umum yang dilakukan prajurit<br />

TNI harus mengacu pada KUHAP secara utuh<br />

dan otomatis, pemberlakuan UU ini tidak perlu<br />

menunggu adanya UU KUHAP baru atau UU<br />

KUHPM baru.<br />

5 Hj. Azlaini Agus (FPAN) Ketentuan dalam RUU ini harus mendorong<br />

terwujudnya keadilan yang sama bagi<br />

terdakwa, menyederhanakan proses<br />

orang dari 26 anggota Panja. Pemerintah: Dirjen Kuathan dephan beserta jajarannya, Pejabat<br />

Eselon I Departemen Hukum dan HAM beserta jajarannya. Rapat dipimpin oleh Hj. Azlaini<br />

Agus SH, MH, Jakarta 29 Juni 2007.<br />

95

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!