18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menghargai dan melindungi HAM. Hal ini yang belakangan disebut sebagai upaya<br />

reformasi keamanan dengan pendekatan yang sensitif pada keadilan (Justice-Sensitive<br />

Security Sector Reform), agenda yang sering juga disebut sebagai agenda keadilan<br />

transisional. (transitional justice).1<br />

Paradigma keamanan di sini adalah yang berpusat pada individu, komunitas manusia,<br />

atau masyarakat (people-centrist), dikenal sebagai pendekatan keamanan insani<br />

(human security). Dalam konsep ini aspek-aspek keamanan tidak hanya dari sudut<br />

pandang pertahanan yang militeristik, namun mencakup dimensi-dimensi keamanan<br />

non-tradisional lain seperti ekonomi (kesejahteraan sosial), supremasi hukum (rule of<br />

law), akuntabilitas negara dan demokrasi, pluralisme (etnis, agama, dan latar belakang<br />

lainnya), relasi antar-negara, dan sebagainya. Agenda-agenda semacam ini kini kerap<br />

diwacanakan ke publik secara utuh sebagai agenda reformasi sistem keamanan atau<br />

reformasi sektor keamanan.<br />

Dalam kenyataannya, agenda reformasi terhadap militer Indonesia ditempuh lewat<br />

dua model yang diasumsikan saling sinergis. Pertama, melalui reformasi institusional,<br />

seperti contohnya pada agenda pemisahan peran dan fungsi TNI-Polri. TNI<br />

merupakan institusi militer menjalankan fungsi pertahanan negara dari ancaman<br />

militer luar. Sedangkan Polri merupakan institusi sipil yang bertugas menjaga<br />

keamanan domestik.2 Pada saat yang sama, istilah ABRI tidak digunakan untuk<br />

menamakan militer Indonesia, sebagaimana diatur dan ditegaskan dalam Ketetapan<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) VI tahun 2000 tentang Pemisahan TNI<br />

dan Polri. TAP MPR ini dilengkapi dengan TAP MPR VII tentang Pemisahan Peran<br />

dan Tugas TNI dan Polri. Sementara secara internal, institusi TNI membuat aturan<br />

dan cetak biru terkait dengan agenda reformasi ABRI/TNI, diantaranya yang<br />

terpublikasi adalah “Paradigma Baru Peran TNI” dan “TNI Abad XXI: Redefinisi,<br />

Reposisi dan Reaktualisasi Peran TNI Dalam Kehidupan Bangsa”.<br />

Pemisahan peran dan fungsi ini yang mendorong pembenahan kedua, melalui jalur<br />

reformasi sistem hukum di sektor keamanan. Peran, fungsi dan wewenang institusiinstitusi<br />

militer dan keamanan semestinya diatur dalam sebuah peraturan perundangundangan<br />

yang tujuannya untuk memastikan kepastian hukum sekaligus membangun<br />

sistem yang akuntabel, di mana aturan hukum tersebut harus sesuai dengan prinsipprinsip<br />

negara hukum yang demokratis. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam<br />

1 Lihat Commission on Security, Human Security Now, New York, 2003, hal. 2-5,<br />

http://www.humansecurity-chs.org/finalreport/English/FinalReport.pdf. Komisi ini dibentuk<br />

pada UN Millenium Summit tahun 2000 oleh inisiatif Sekjen PBB saat itu, Kofi Annan. Komisi<br />

ini diketuai oleh Amartya Sen dan Sadako Ogata.<br />

2 TAP MPR V/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional, Bab IV Arah<br />

Kebijakan, No 11. Amandemen II UUD 1945 (18 Agustus 2000) pada Bab XII Pasal 30 ayat 3<br />

dan 4.<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!