18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dalam rapat kerja tersebut disampaikan bahwa mekanisme kerja pansus akan<br />

digunakan sebagai mekanisme utama guna memperlancar pembahasan RUU dan<br />

Menkumham hadir mewakili presiden menyatakan kesediaannya untuk ikut<br />

membahas usulan perubahan RUU.<br />

Respon positif lain juga datang dari institusi negara yang memiliki relasi langsung<br />

dengan penyelenggaraan sistem peradilan militer yakni institusi kepolisian. Kehadiran<br />

perwakilan Polri untuk menyampaikan masukan dipandang penting karena institusi<br />

ini memiliki kewenangan untuk melakukan proses penyidikan untuk segala jenis<br />

tindak pidana (baik pidana militer maupun pidana non militer). Dalam rapat ini<br />

pansus menyatakan telah melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)<br />

sebanyak 8 kali. Dan selama melakukan dengar pendapat dengan 25 lembaga<br />

masyarakat sipil dan TNI, pansus akhirnya mengambil 3 pandangan utama. Pertama,<br />

pansus ini akan tetap digunakan untuk membahas perubahan RUU peradilan militer.<br />

Kedua, kelompok masyarakat sipil menghendaki diberlakukannya sistem peradilan<br />

pidana umum ke dalam sistem peradilan militer. Ketiga, harus dibutuhkan masa<br />

transisi dari peradilan militer ke peradilan umum.126<br />

Hal menarik yang bisa dicermati dalam pertemuan ini adalah pernyataan-pernyataan<br />

yang disampaikan oleh Irjen (Pol.) Hari Sunarto selaku Kepala Divisi Hukum Polri<br />

yang mewakili Kapolri. Irjen (Pol.) hari Sunarto menegaskan bahwa RUU yang ada<br />

sekarang ini kurang sesuai dengan prinsip-prinsip supremasi sipil atas militer dengan<br />

alasan: Pertama, perubahan yang ada tidak signifikan pada substansinya di mana<br />

secara redaksional frasa seperti ABRI banyak yang belum diganti dengan TNI.<br />

Kedua, dalam RUU kewenangan penyidikan tetap berada di bawah atasan yang<br />

berhak menghukum, penyidik dibantu oleh Provos TNI AD, AU dan AL. Ketiga,<br />

peradilan masih dilaksanakan dengan hukum militer. Keempat, anggota TNI yang<br />

melakukan tindak pidana umum hendaknya dapat disidik dan diadili dalam peradilan<br />

umum. Kelima, Polri siap melaksanakan perintah UU apabila UU tersebut<br />

diberlakukan. Keenam, penyidik terhadap tersangka anggota TNI dapat dibantu<br />

provost dan penggeledahan yang dilakukan dalam lingkungan tugas TNI didampingi<br />

provost guna mencegah ekses-ekses yang tidak diinginkan.127<br />

Pernyataan Kapolri itu mendapat tanggapan defensif dari pemerintah yang lebih<br />

banyak memberi penekanan pada beberapa hal seperti: Pertama, harus ada sosialisasi<br />

terhadap perubahan UU tentang peradilan militer; Anggota TNI atau provost yang<br />

membantu tersangka dapat dikenakan sanksi hukum. Kedua, perlu penjelasan detail<br />

mendapat masukan/tanggapan dari Kapolri pada Pansus RUU tentang perubahan atas UU<br />

No.31 tahun 1997 – Peradilan Militer. Jakarta, 6 Desember 2005.<br />

126<br />

Dokumen Rapat Kerja ke-2 dengan Kapolri Selasa, 6 Desember 2005 yang diketuai oleh<br />

Sidharta Danusubroto.<br />

127<br />

Ibid.<br />

86

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!