18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PPRM bertujuan untuk menghalau luasnya aksi mahasiswa. Bahkan Panglima ABRI<br />

saat itu, Jenderal Wiranto menyatakan akan melakukan tindakan tegas (kekerasan)<br />

jika mahasiswa berani keluar kampus dalam melakukan tuntutan reformasi. Pada 12<br />

Mei 1998, pasukan PPRM lah yang pada akhirnya menembaki aksi mahasiswa hingga<br />

4 mahasiswa meninggal dunia, yaitu Elang Mulya Lesmana, Hafidin Royan,<br />

Hendriawan Sie dan Heri Hartanto. Ratusan mahasiswa lainnya luka-luka.<br />

Empati masyarakat meluas terhadap peristiwa penembakan tersebut di atas, termasuk<br />

desakan dari berbagai kalangan agar pemerintah menindak tegas pelaku penembakan.<br />

Akhirnya ABRI memilih membawa para pelaku lapangan (termasuk dari kesatuan<br />

Polisi) ke pengadilan militer. Pengadilan militer menuntut sembilan terdakwa (dari 11<br />

orang) dari kepolisian (baca: Brimob) dengan dakwa atas pelanggaran hukum pidana<br />

Pasal 338 dan 351 ayat (3) KUHP.<br />

Proses dari peradilan militer untuk kasus penembakan mahasiswa Trisakti ini<br />

dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama, Mahmil II-08 Jakarta, menggelar<br />

perkara untuk enam orang perwira pertama Polri dari Korps Brigade Mobil (Brimob)<br />

Polri, masing-masing divonis 3-10 bulan (lihat: Tabel). Tahap kedua, dilakukan pada<br />

2002, di mana sembilan orang anggota Gegana/Resimen II Korps Brimob divonis<br />

rata-rata 3 hingga 6 tahun penjara beserta pemecatan dari dinas kepolisian.<br />

Sejak awal, KontraS dan organisasi masyarakat sipil lainnya mensinyalir persidangan<br />

tersebut merupakan sandiwara belaka. Terbukti persidangan atas kasus ini<br />

meminimalisir kesalahan-kesalahan ABRI secara institusional menjadi sekadar<br />

kesalahan aparat di lapangan. Padahal tindakan represif tersebut tidak bisa dipisahkan<br />

dari kebijakan pimpinan ABRI saat itu.88 Sebagai contoh Panglima ABRI (Pangab)<br />

saat itu, Jenderal TNI Wiranto memerintahkan PPRM melakukan tindakan represif<br />

terhadap mahasiswa yang melakukan aksi keluar kampus. Hal ini sebenarnya<br />

merupakan bukti konkret bentuk pertanggungjawaban komando.<br />

Dalam putusannya pengadilan hanya menyatakan bahwa mereka melakukan<br />

kesalahan prosedur. Tidak ada upaya dari pengadilan militer untuk mencari dan<br />

menunjuk aparat tingkat tertentu sebagai penanggungjawaban atas kekerasan yang<br />

terjadi di Trisakti, seperti Jenderal TNI Wiranto selaku Pangab.89<br />

Sedangkan dalam rekomendasi KPP HAM Trisakti dan Semanggi I-II yang dibentuk<br />

Komnas HAM ditunjuk 50 nama prajurit dan perwira TNI dan Polri yang<br />

bertanggung jawab dalam peristiwa Trisakti, Semanggi I-II tersebut. Sebanyak 36 dari<br />

88<br />

Siaran pers KontraS, 19 Juni 2009, “Peradilan Militer Trisakti, Upaya Perlindungan<br />

Petinggi TNI/Polri”.<br />

89<br />

Wawancara terhadap Tetti pada 14 September 2009. Teti adalah ibunda dari Elang Mulya<br />

Lesmana salah satu korban penembakan dalam kasus Trisakti 12 Mei 1998.<br />

69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!