18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Menghukum yang bersangkutan dengan memperlihatkan surat perintah<br />

penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka, menyebutkan<br />

alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang<br />

dipersangkakan, dan tempat ia diperiksa.”<br />

Pasal 81 menyatakan :<br />

“(1) Atas permintaan tersangka, Atasan yang Berhak Menghukum atau<br />

Perwira Penyerah Perkara sesuai dengan kewenangan masing-masing<br />

berdasarkan saran polisi militer atau oditur dapat mengadakan<br />

penangguhan penahanan dengan persyaratan yang ditentukan.<br />

(2) Karena jabatannya, Atasan yang Berhak Menghukum atau Perwira<br />

Penyerah Perkara sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan<br />

penahanan dalam hal tersangka melanggar persyaratan sebagaimana<br />

dimaksud pada ayat (1).”<br />

Selain itu juga dimungkinkan terjadi sengketa antara Papera dengan oditur dalam hal<br />

suatu kasus akan diteruskan persidangan atau tidak. Sengketa ini menurut Pasal 43 (3)<br />

diselesaikan oleh Pengadilan Militer Utama. Akan tetapi jika dilihat dari struktur<br />

administrasinya, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Karena jika yang menjadi Papera<br />

adalah Panglima TNI, maka oditur ataupun hakim berada di bawah kontrol komando<br />

panglima. Posisi keduanya; oditur dan hakim tidak seimbang dengan panglima.<br />

g. Diskriminasi Berbasis Kepangkatan Militer<br />

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tidak hanya mengandung diskriminasi<br />

terhadap warganegara non militer, akan tetapi juga mengandung diskriminasi<br />

peradilan di internal militer di Indonesia. Tingkat kepangkatan pelaku kejahatan atau<br />

pelanggaran akan menentukan tingkatan dalam pengadilan. Hal ini dikarenakan<br />

terdapat kepangkatan di dalam struktur hakim di setiap tingkatan pengadilan tersebut.<br />

Secara otomatis pula pelaku kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anggota<br />

militer berpangkat lebih tinggi dari pangkat hakim disuatu pengadilan tingkat<br />

pertama, tidak akan diperiksa di pengadilan tingkat pertama tersebut. Pelaku tersebut<br />

langsung akan diperiksa oleh pengadilan tinggi atau tingkat banding.<br />

Soal kepangkatan pelaku dan hakim menjadi persoalan dan ukuran untuk mengadili<br />

sebuah kejahatan di pengadilan militer berdasarkan UU No 31 Tahun 1997. Dalam<br />

bagian keempat tentang susunan pengadilan, diatur hal-hal yang berkenaan dengan<br />

kepangkatan. Hal ini menunjukkan intervensi struktur komando dalam sistem<br />

pengadilan militer. Pasal 16 ayat (5) menyatakan:<br />

61

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!