menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

f. Struktur Penghapus Perkara dan Intervensi Kinerja Peradilan Ketidakmandirian peradilan juga terjadi saat sebuah kasus atau kejahatan mulai teridentifikasi, mulai dari diterimanya laporan hingga penuntutan umum. Dalam UU No 31 Tahun 1997, terdapat lembaga Ankum dan Papera. Kewenangan Ankum dan Papera sangat dominan dalam menentukan dan hasil kerja proses peradilan militer di Indonesia. hal ini tercermin dalam definisi dan wewenang yang dicantumkan dalam UU No 31 Tahun 1997, Pasal 1 angka (9) menyatakan: 58 “Atasan yang Berhak Menghukum adalah atasan langsung yang mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berwenang melakukan penyidikan berdasarkan undang-undang ini.” Dalam angka (10) didefinisikan: “Perwira Penyerah Perkara adalah perwira yang oleh atau atas dasar undang-undang ini mempunyai wewenang untuk menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang berada di bawah wewenang komandonya diserahkan kepada atau diselesaikan di luar pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.” Berdasarkan ketentuan di atas dimungkinkan sebuah kasus yang melibatkan anggota TNI untuk tidak diteruskan ke pengadilan atau penghentian proses penyelidikan dan penyidikan, bahkan diselesaikan lewat mekanisme di luar hukum. Kewenangan tersebut dilakukan atas dasar kepentingan umum atau militer. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 123: (1), wewenang Perwira Penyerah Perkara: a. memerintahkan penyidik untuk melakukan penyidikan; b. menerima laporan tentang pelaksanaan penyidikan; c. memerintahkan dilakukannya upaya paksa; d. memperpanjang penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78; e. menerima atau meminta pendapat hukum dari oditur tentang penyelesaian suatu perkara; f. menyerahkan perkara kepada pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili;

g. menentukan perkara untuk diselesaikan menurut Hukum Disiplin Prajurit; dan h. menutup perkara demi kepentingan hukum atau demi kepentingan umum/militer. (2) Kewenangan penutupan perkara demi kepentingan umum/militer hanya ada pada Perwira Penyerah Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (1) huruf a. (3) Panglima selaku Perwira Penyerah Perkara tertinggi melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan wewenang penyerahan perkara oleh Perwira Penyerah Perkara lainnya. Selain ayat 2 di atas yang menyebutkan bahwa peradilan ini dijalankan atas dasar kepentingan militer, hal ini juga diperjelas dalam Pasal 5 ayat 1 bahwa : “Peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.” Keberadaan Ankum dan Papera bukan sesuatu yang bisa dengan mudah ditolerir meskipun sebuah kasus berjalan sesuai dengan standar norma peradilan hukum pidana. Hal ini disebabkan ke-independen-an penyelidik atau penyidik akan terganggu oleh mekanisme atasan-bawahan dan memakan banyak prosedur yang harus melalui Ankum dan Papera. Hal ini tidak efisien dan menyita waktu efektifitas kinerja penegakan hukum militer. Sejumlah pasal membuktikan hal tersebut, yaitu: Pasal 5 yang menyatakan: “(2) Oditurat merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata berdasarkan pelimpahan dari panglima, dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.” Pasal 71 menyatakan: “(2) Selain mempunyai wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c, juga mempunyai wewenang: (a). melaksanakan perintah Atasan yang Berhak Menghukum untuk melakukan penahanan tersangka; dan (b). melaporkan hasil pelaksanaan penyidikan kepada Atasan yang Berhak Menghukum.” 59

g. menentukan perkara untuk diselesaikan menurut Hukum Disiplin<br />

Prajurit; dan<br />

h. menutup perkara demi kepentingan hukum atau demi kepentingan<br />

umum/militer.<br />

(2) Kewenangan penutupan perkara demi kepentingan umum/militer<br />

hanya ada pada Perwira Penyerah Perkara sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 122 ayat (1) huruf a.<br />

(3) Panglima selaku Perwira Penyerah Perkara tertinggi melakukan<br />

pengawasan dan pengendalian penggunaan wewenang penyerahan<br />

perkara oleh Perwira Penyerah Perkara lainnya.<br />

Selain ayat 2 di atas yang menyebutkan bahwa peradilan ini dijalankan atas dasar<br />

kepentingan militer, hal ini juga diperjelas dalam Pasal 5 ayat 1 bahwa :<br />

“Peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan<br />

Angkatan Bersenjata untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan<br />

memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.”<br />

Keberadaan Ankum dan Papera bukan sesuatu yang bisa dengan mudah ditolerir<br />

meskipun sebuah kasus berjalan sesuai dengan standar norma peradilan hukum<br />

pidana. Hal ini disebabkan ke-independen-an penyelidik atau penyidik akan<br />

terganggu oleh mekanisme atasan-bawahan dan memakan banyak prosedur yang<br />

harus melalui Ankum dan Papera. Hal ini tidak efisien dan menyita waktu efektifitas<br />

kinerja penegakan hukum militer. Sejumlah pasal membuktikan hal tersebut, yaitu:<br />

Pasal 5 yang menyatakan:<br />

“(2) Oditurat merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan<br />

negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan Angkatan<br />

Bersenjata berdasarkan pelimpahan dari panglima, dengan<br />

memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan<br />

negara.”<br />

Pasal 71 menyatakan:<br />

“(2) Selain mempunyai wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1), penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b<br />

atau huruf c, juga mempunyai wewenang: (a). melaksanakan perintah<br />

Atasan yang Berhak Menghukum untuk melakukan penahanan<br />

tersangka; dan (b). melaporkan hasil pelaksanaan penyidikan kepada<br />

Atasan yang Berhak Menghukum.”<br />

59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!