18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menentukan apakah sebuah kasus perlu diadili di pengadilan militer atau pengadilan<br />

umum. Pasal 199, (1) menyatakan:<br />

56<br />

“Untuk menetapkan apakah pengadilan dalam lingkungan peradilan<br />

militer atau pengadilan dalam lingkungan peradilan umum yang akan<br />

mengadili perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198 ayat<br />

(1), diadakan penelitian bersama oleh jaksa/jaksa tinggi dan oditur atas<br />

dasar hasil penyidikan tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198 ayat<br />

(2).”<br />

Keputusan untuk mengadili di pengadilan militer atau pengadilan umum ditentukan<br />

oleh kerugian yang muncul akibat dari kejahatan yang terjadi (Pasal 200). Jika<br />

kerugian banyak terjadi dipihak militer maka pengadilan dilakukan di pengadilan<br />

militer. Begitu pula sebaliknya.<br />

Konsepsi koneksitas ini merupakan konsepsi yang berbasis pada kejahatan yang<br />

dilakukan secara bersama-sama antara anggota TNI dengan anggota masyarakat sipil.<br />

Artinya kompentensi hukumnya masih menggunakan subjek. Selain itu konsepsi<br />

koneksitas ini memungkinkan sipil diadili di pengadilan militer hanya karena<br />

bersama-sama dengan anggota TNI melakukan sebuah kejahatan.<br />

Sesungguhnya konsepsi koneksitas memungkinkan anggota TNI diadili di pengadilan<br />

umum, akan tetapi ukurannya sangat negosiatif; jika kejahatan tersebut dilakukan<br />

secara bersama dan menimbulkan kerugian yang banyak di kalangan masyarakat<br />

umum. Padahal setiap kejahatan, siapapun yang melakukan, pasti menimbulkan<br />

kerugian secara umum di kalangan masyarakat. Termasuk kejahatan terhadap TNI<br />

sekalipun. Selain itu ukuran kerugian sangat tidak jelas.<br />

Ketidak jelasan lainnya adalah ketika muncul perbedaan pendapat di mana yurisdiksi<br />

tempat mengadili (Pasal 202 ayat 1). Terdapat kerancuan apakah pihak penyidik<br />

umum berpandangan bahwa kasusnya harus dilakukan di pengadilan umum? Atau<br />

jika sebaliknya, pihak oditur militer merasa bahwa kasusnya harus diadili di<br />

pengadilan militer?<br />

Menurut Pasal 202 ayat (2): Jaksa agung dan oditur jenderal bermusyawarah untuk<br />

mengambil keputusan guna mengakhiri perbedaan pendapat sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1).<br />

Pada akhirnya ketidak jelasan tersebut diselesaikan melalui musyawarah.<br />

Pertimbangan-pertimbangan dilakukan secara bersama-sama, antara sipil-anggota<br />

TNI, dan bentuk-banyaknya kerugian tidak menjadi hal yang penting. Selain itu<br />

metode penyelesaiannya juga tidak menunjukkan otoritas yang layak dan tunggal.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!