18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Berdasarkan pernyataan di atas terlihat bahwa semangat pengkhususan hukum militer<br />

dalam rangka membebankan peran individu-individu militer untuk menjaga integritas<br />

militer. Dengan semangat pentingnya tugas-tugas militer inilah maka militer<br />

membedakan dirinya dengan masyarakat pada umumnya. Dalam bagian yang sama<br />

tulisan Brigjen Soegiri dkk, dikatakan bahwa:<br />

42<br />

“Angkatan perang mempunyai tugas pokok untuk menjaga<br />

keamanan dan keselamatan negara terhadap ancaman dari dalam<br />

negeri sendiri. Agar angkatan perang tersebut pada setiap tempat<br />

mampu menghadapi setiap gangguan atau serangan yang datang<br />

dari pihak lawan, maka angkatan perang harus dipersiapkan sebaikbaiknya<br />

secara terus menerus. Pokoknya berhubungan dengan<br />

tugasnya yang penting itu yang membawa akibat pula pembebanan<br />

tugas yang sangat penting pula kepada mereka, maka adanya<br />

kesatuan yang betul-betul utuh merupakan hal yang mutlak dan<br />

untuk itu dituntut adanya hierarki yang nyata serta disiplin yang<br />

membaja, tetapi hidup. Dengan kata lain angkatan perang itu<br />

merupakan suatu kesatuan organis, yang baik cara pembentukannya<br />

maupun cara pemeliharaannya dilakukan secara khusus dan<br />

istimewa. Sebagai akibat dari itu semua, maka dalam kehidupan<br />

militer terdapat pola-pola pikiran dan pola-pola pengertian<br />

tersendiri yang sering menyimpang dari pikiran-pikiran serta<br />

pengertian-pengertian yang terdapat dalam kehidupan masyarakat<br />

umum.”73<br />

Pembebanan tugas negara secara terang-terangan digunakan untuk melakukan<br />

tindakan diskriminasi terhadap pembentukan dan pemberlakuan hukum terhadap<br />

militer di Indonesia. Hal ini pula yang terlihat dalam UU Nomor 31 Tahun 1997<br />

tentang Peradilan Militer. Dalam UU ini bentuk diskriminasinya berupa yurisdiksi<br />

subjektif. Hal ini justru diperkuat dengan penjelasan pasal 10 ayat 1 UU 14 Tahun<br />

1970 tentang Kekuasaan Kehakiman, dikatakan:<br />

“Undang-undang ini membedakan antara empat lingkungan<br />

peradilan yang masing-masing mempunyai lingkungan wewenang<br />

mengadili tertentu dan meliputi badan-badan peradilan tingkat<br />

pertama dan tingkat banding. Peradilan agama, peradilan militer dan<br />

tata usaha negara merupakan peradilan khusus, karena mengadili<br />

perkara-perkara tertentu atau menangani golongan rakyat tertentu,<br />

sedangkan peradilan umum adalah peradilan bagi rakyat pada<br />

73 Brigjen TNI Soegiri SH dkk, hal 3.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!