18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

akan digelarnya pengadilan atas kejahatan yang terjadi di Timor-Timur 1999 itulah<br />

maka UU No 26/2000 ini disahkan, yang bahkan yurisdiksinya bisa mengadili segala<br />

peristiwa pelanggaran HAM yang berat untuk kasus apapun baik yang terjadi setelah<br />

pengesahan undang-undang maupun yang terjadi sebelumnya (retroaktif). Pada Pasal<br />

49 UU No 26/2000 tentang Pengadilan HAM ini dijelaskan bahwa:<br />

28<br />

“Ketentuan mengenai kewenangan Atasan Yang Berhak Menghukum<br />

dan Perwira Penyerah Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74<br />

dan Pasal 123 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan<br />

Militer dinyatakan tidak berlaku dalam pemeriksaan pelanggaran hak<br />

asasi manusia yang berat menurut undang-undang ini.”49<br />

Selain untuk tindak pidana pelanggaran HAM yang berat, yurisdiksi sistem peradilan<br />

militer juga dibatasi untuk tindak pidana korupsi seperti yang diatur dalam Undang-<br />

Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan<br />

Undang-Undang Revisinya.50 Pada Pasal 40 UU No 31/1999 tersebut dijelaskan<br />

bahwa:<br />

“Dalam hal terdapat cukup alasan untuk mengajukan perkara korupsi di<br />

lingkungan Peradilan Militer, maka ketentuan sebagaimana dimaksud<br />

dalam Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997<br />

tentang Peradilan Militer tidak dapat diberlakukan.”<br />

Dalam konteks isu ini pula, ketentuan serupa juga ditegaskan kembali dalam Undang-<br />

Undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi<br />

pada Pasal 42 yang menjelaskan bahwa:<br />

“Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengkoordinasikan dan<br />

mengendalikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana<br />

korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk pada<br />

peradilan militer dan peradilan umum.”<br />

49 Dalam penjelasan Pasal 49 UU No 26/2000 ini juga ditegaskan ulang bahwa “Dalam<br />

ketentuan ini dimaksudkan hanya berlaku untuk pelanggaran hak asasi manusia yang berat<br />

dan yurisdiksinya berlaku bagi siapa saja baik sipil maupun militer”.<br />

50 UU No 31/1999 ini kemudian direvisi oleh UU No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas<br />

Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meski<br />

terdapat revisi, limitasi terhadap yurisdiksi peradilan militer tidak berubah.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!