menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

274 19. 19 Juni 2001 SIARAN PERS NO. 24/SP-KONTRAS/01/01 TENTANG PERADILAN MILITER TRISAKTI, UPAYA PERLINDUNGAN PETINGGI TNI/POLRI Sehubungan dengan persidangan kasus trisakti yang digelar pada senin 18 juni 2001, sekali lagi kami menegaskan beberapa pokok pikiran yang sejak awal telah disinyalir KontraS dan beberapa LSM lain, sebagai berikut: 1. Bahwa persidangan tersebut sesungguhnya merupakan persidangan sandiwara yang dimaksudkan untuk meminimalisir atau kanalisasi kesalahan ABRI secara institusional menjadi sekedar kesalahan sejumlah anggota BRIMOB. Indikasinya antara lain; 1. Surat dakwaan yang dibacakan tidak menunjukkan adanya hirarkhi komando pengambilan keputusan dalam pengamanan aksi mahasiswa secara represif. Karena sesungguhnya pilihan represif tersebut sudah menjadi kebijakan pimpinan TNI saat itu., sehingga mustahil tindakan tersebut lahir dari otonomi personal aparat tanpa perintah atasan sebagai pelaku utama. 2. Surat dakwaan tersebut seharusnya tidak perlu menjelaskan mengenai alasan inisiatif yang lahir dari personal terdakwa untuk melakukan tindakan represif. Termasuk alasan bahwa tindakan dilakukan karena mahasiswa melakukan perlawanan kepada parat

keamanan. Dengan demikian seolah-olah tindakan tersebut dilakukan dalam kerangka pembelaan diri sehingga sah tindakannya. Selain itu alasan inisiatif tersebut justru memberi ruang bagi pembatasan pertanggungjawaban atas tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan aparat. Inisiatif pribadi ini juga merupakan pola yang sama persis ketika digelarnya peradilan militer untuk kasus penculikan. 3. Kesembilan terdakwa (dari 11 orang) ternyata hanya didakwa atas pelanggaran hukum pidanaan ketentuan pasal 338 dan 351 ayat (3) KUHP. Khusus untuk pasal 351 ayat (3); seandainya penganiayaan yang dimaksud hanya ayat (3), maka ini menunjukkan bahwa oditur militer tidak melihat bentuk kejahatan lain yang dilakukan aparat keamanan baik TNI/Polri. Pada hal oditur semestinya melakukan tuntutan maksimal seberat-beratnya bukan malah sebaliknya, bahkan memberikan alasan pemaaf' atas tindakan yang dilakukan. Karena dakwaan itu hanya untuk mengadili penganiayaan yang menyebabkan kematian, tidak untuk kejahatan yang tidak mengakibatkan kematian, pada hal tindakan ini merupakan bagian terbesar yang dilakukan aparat dan juga merupakan kejahatan serius yang harus di adili. Dan penegakan hukum yang adil haruslah mengungkapkan kejahatan secara keseluruhan. 4. Dari persidangan yang hanya mengadili 9 dari 11 orang terdakwa dari kepolisian (brimob) juga memunculkan pertanyaan, seberapa jauh oditur militer telah memasukkan analisa yang menyangkut keterlibatan aktor-aktor lain diluar kepolisian dan diluar prajurit lapangan? Hal ini penting mengingat; pertama, aparat TNI dan aparat Polri non Brimob dilapangan juga turut melakukan kejahatan. Kedua, tindakan tindakan represif terhadap mahasiswa yang melakukan aksi keluar kampus tidak bisa dipisahkan dari kebijakan pimpinan ABRI saat itu. Sehingga proses pengungkapan tragedi tersebut haruslah diselesaikan melaui mekanisme yanSg mampu menjangkau pengungkapan kebenaran dan keadilan yang tidak parsial. 275

keamanan. Dengan demikian seolah-olah tindakan tersebut dilakukan<br />

dalam kerangka pembelaan diri sehingga sah tindakannya. Selain itu<br />

alasan inisiatif tersebut justru memberi ruang bagi pembatasan<br />

pertanggungjawaban atas tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM<br />

yang dilakukan aparat. Inisiatif pribadi ini juga merupakan pola yang<br />

sama persis ketika digelarnya peradilan militer untuk kasus<br />

penculikan.<br />

3. Kesembilan terdakwa (dari 11 orang) ternyata hanya didakwa atas<br />

pelanggaran hukum pidanaan ketentuan pasal 338 dan 351 ayat (3)<br />

KUHP. Khusus untuk pasal 351 ayat (3); seandainya penganiayaan<br />

yang dimaksud hanya ayat (3), maka ini menunjukkan bahwa oditur<br />

militer tidak melihat bentuk kejahatan lain yang dilakukan aparat<br />

keamanan baik TNI/Polri. Pada hal oditur semestinya melakukan<br />

tuntutan maksimal seberat-beratnya bukan malah sebaliknya, bahkan<br />

memberikan alasan pemaaf' atas tindakan yang dilakukan. Karena<br />

dakwaan itu hanya untuk mengadili penganiayaan yang<br />

menyebabkan kematian, tidak untuk kejahatan yang tidak<br />

mengakibatkan kematian, pada hal tindakan ini merupakan bagian<br />

terbesar yang dilakukan aparat dan juga merupakan kejahatan serius<br />

yang harus di adili. Dan penegakan hukum yang adil haruslah<br />

mengungkapkan kejahatan secara keseluruhan.<br />

4. Dari persidangan yang hanya mengadili 9 dari 11 orang terdakwa<br />

dari kepolisian (brimob) juga memunculkan pertanyaan, seberapa<br />

jauh oditur militer telah memasukkan analisa yang menyangkut<br />

keterlibatan aktor-aktor lain diluar kepolisian dan diluar prajurit<br />

lapangan? Hal ini penting mengingat; pertama, aparat TNI dan aparat<br />

Polri non Brimob dilapangan juga turut melakukan kejahatan.<br />

Kedua, tindakan tindakan represif terhadap mahasiswa yang<br />

melakukan aksi keluar kampus tidak bisa dipisahkan dari kebijakan<br />

pimpinan ABRI saat itu. Sehingga proses pengungkapan tragedi<br />

tersebut haruslah diselesaikan melaui mekanisme yanSg mampu<br />

menjangkau pengungkapan kebenaran dan keadilan yang tidak<br />

parsial.<br />

275

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!