menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

258 Langkah Maju Pemerintah dalam Reformasi Peradilan Militer Setelah sekian lama mengalami kebuntuan akibat silang pendapat mengenai yurisdiksi Peradilan Militer, pembahasan RUU Peradilan Militer agaknya akan bisa dilanjutkan oleh Pansus Peradilan Militer setelah Presiden SBY menyatakan setuju bahwa prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum akan diadili di peradilan umum. Pemyataan SBY yang disampaikan melalui Menhukham Hamid Awaludin tersebut mencairkan kekerasan pendirian pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh Menhan Yuwono Sudarsono, yang ngotot menolak jurisdiksi peradilan militer amanat UU no.34 tahun 2004 tentang TNI. Pernyatan SBY tersebut juga menjadi klarifikasi dari Pemerintah, bahwa pemerintah tetap menghormati substansi yang ada dalam TAP MPR VII/MPR tahun 2000 tentang TNI dan Polri serta UU nomor 34 tentang TNI yang secara tegas menyatakan bahwa prajurit TNI tunduk pada kekuasaan peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum militer dan tunduk pada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana umum. Dengan penegasan mengenai posisi pemerintah tersebut, Pansus Peradilan Militer dapat segera beranjak pada pembahasan substansi-substansi berikutnya dalam RUU Peradilan Militer, seperti posisi peradilan militer dalam stuktur ketatanegaraan (apakah di bawah Departemen Pertahanan, Mabes TNI atau di bawah Mahkamah Agung), hubungan dengan peradilan umum, jenis-jenis tindak pidana/kejahatan militer, eksistensi peradilan militer di masa damai, dan lain-lain. Dengan demikian sesuai dengan harapan banyak orang, dalam waktu dekat RUU tersebut sudah bisa diselesaikan dan diundangkan, sehingga kita bisa memasuki satu babak baru dalam proses demokratisasi dan reformasi sektor

keamanan di Indonesia. Karena bagaimanapun juga, substansi dari RUU Peradilan Militer ini merupakan salah satu ukuran sejauh mana kita sebagai bangsa mampu dan berkehendak untuk menjunjung tinggi prinsip equality before the law, serta konsisten membangun supremasi sipil dalam kehidupan politik dan hukum kita. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka Pokja RUU Peradilan Militer menyatakan: 1. Mencambut baik sikap pemerintah, dalam hal ini Presiden SBY untuk mempertegas jurisdiksi peradilan militer terbatas pada tindak pidana militer. Sikap tersebut harus dimanifestasikan secara tertulis sebagai sebuah kebijakan resmi dari pemerintah, sehingga segera dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak yang berkaitan dengan proses reformasi sektor keamanan umumnya, dan reformasi peradilan militer khususnya. 2. DPR harus segera beranjak pada pembahasan substansi-substansi berikutnya dalam RUU Peradilan Militer, sepertj posisi peradilan miljter dalam struktur ketatanegaraan (apakah di bawah Departemen Pertahanan, Mabes TNI atau di bawah Mahkamah Agung), hubungan dengan peradilan umum, jenis-jenis tindak pidana/kejahatan militer, eksistensi peradilan militer di masa damai, dan lain-lain. 3. Harus segera disusun langkah-langkah persiapan bagi proses transisi perubahan jurisdiksi peradilan militer ini. Baik persiapan aparat peradilan umum untuk mengadili prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum, maupun persiapan prajurit TNI untuk diadili di peradilan umum ketika melakukan tindak pidana umum Jakarta, 29 November 2006 Kelompok Kerja RUU Peradilan Militer 259

keamanan di Indonesia. Karena bagaimanapun juga, substansi dari RUU<br />

Peradilan Militer ini merupakan salah satu ukuran sejauh mana kita sebagai<br />

bangsa mampu dan berkehendak untuk menjunjung tinggi prinsip equality<br />

before the law, serta konsisten membangun supremasi sipil dalam kehidupan<br />

politik dan hukum kita.<br />

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka Pokja RUU Peradilan Militer<br />

menyatakan:<br />

1. Mencambut baik sikap pemerintah, dalam hal ini Presiden SBY untuk<br />

mempertegas jurisdiksi peradilan militer terbatas pada tindak pidana<br />

militer. Sikap tersebut harus dimanifestasikan secara tertulis sebagai<br />

sebuah kebijakan resmi dari pemerintah, sehingga segera dapat<br />

ditindaklanjuti oleh semua pihak yang berkaitan dengan proses reformasi<br />

sektor keamanan umumnya, dan reformasi peradilan militer khususnya.<br />

2. DPR harus segera beranjak pada pembahasan substansi-substansi<br />

berikutnya dalam RUU Peradilan Militer, sepertj posisi peradilan miljter<br />

dalam struktur ketatanegaraan (apakah di bawah Departemen Pertahanan,<br />

Mabes TNI atau di bawah Mahkamah Agung), hubungan dengan<br />

peradilan umum, jenis-jenis tindak pidana/kejahatan militer, eksistensi<br />

peradilan militer di masa damai, dan lain-lain.<br />

3. Harus segera disusun langkah-langkah persiapan bagi proses transisi<br />

perubahan jurisdiksi peradilan militer ini. Baik persiapan aparat peradilan<br />

umum untuk mengadili prajurit TNI yang melakukan tindak pidana<br />

umum, maupun persiapan prajurit TNI untuk diadili di peradilan umum<br />

ketika melakukan tindak pidana umum<br />

Jakarta, 29 November 2006<br />

Kelompok Kerja RUU Peradilan Militer<br />

259

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!