18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Perbedaan antara kombatan dan non-kombatan dan perlindungan orang sipil dalam<br />

waktu perang memerlukan perhatian khusus berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dan<br />

kedua Protokol Tambahan 1977 (cf. supra).<br />

Sama dengannya, pertimbangan perlu diberikan pada situasi militer dan personel<br />

asimilasi, termasuk polisi sipil yang mengambil peran dalam operasi menjaga<br />

perdamaian dan paramiliter atau kontraktor swasta yang ikut serta dalam pengaturan<br />

okupasi internasional.<br />

204<br />

Prinsip No 9<br />

Pengadilan bagi orang yang dituduh melakukan pelanggaran HAM serius<br />

Dalam semua keadaan, yurisdiksi peradilan militer harus dikesampingkan dari<br />

yuridiksi peradilan biasa dalam menjalankan penyidikan berkaitan dengan<br />

pelanggaran HAM seperti eksekusi ekstra-yudisial, penghilangan paksa, dan<br />

penyiksaan, dan untuk menuntut dan mengadili orang yang dituduh dengan<br />

kejahatan tersebut.<br />

Bertolakan dengan konsep fungsional yurisdiksi peradilan militer, hari ini<br />

berkembang tendensi untuk mempertimbangkan orang yang dituduh melakukan<br />

pelanggaran HAM berat tidak bisa diadili oleh pengadilan militer karena tindakan<br />

mereka, pada dasarnya, tidak masuk dalam tugas tugas yang dijalankan oleh orang<br />

tersebut. Lebih lanjut, otoritas militer bisa tergoda untuk menutupi kasus tersebut<br />

dengan mempertanyakan kelayakan tuntutan, berupaya untuk memasukan berkas<br />

tanpa tindak lanjut atau memanipulasi “pernyataan bersalah”. Karenanya peradilan<br />

sipil harus bisa melakukan penyidikan dan tuntutan serta mengadili mereka yang<br />

melakukan pelanggaran. Inisiasi dari hakim sipil untuk penyelidikan awal adalah<br />

langkah yang menentukan terhadap menghindari segala bentuk impunitas. Otoritas<br />

hakim sipil harus mempertimbangkan hak korban dalam setiap tahapan peradilan.<br />

Ini adalah solusi yang dipilih oleh Majelis Umum ketika mengadopsi Deklarasi<br />

Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa, yang menyatakan orang yang<br />

dianggap bertanggung jawab atas kejahatan itu “harus diadili hanya peradilan biasa<br />

yang kompeten di tiap negara, dan bukan oleh tribunal khusus lainnya, khususnya<br />

peradilan militer”. xxxiii Bagian dari kejahatan penghilangan paksa tidak bisa<br />

dipertimbankan sebagai bagian dari menjalankan tugas militer. Kelompok kerja dari<br />

penghilangan paksa atau menyebutkan prinsip ini dalam laporan terbarunya, merujuk<br />

pada kebutuhan atas “peradilan sipil yang kompeten”. xxxiii Konvensi Inter-Amerika<br />

tentang Penghilangan Paksa 1994 menerapkan prinsip yang sama dalam pasal IX.<br />

Layak dicatat, bahwa, draf Konvensi Internasional tentang Perlindungan Semua<br />

Orang dari Penghilangan Paksa menekankan Pasal 11, paragraf 3, bahwa “semua

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!