menerobos%20jalan%20buntu
menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu
“(c) Proses peradilan tidak (dulu atau sekarang) dijalankan secara independen atau tidak berpihak, dan (dulu atau sekarang) dijalankan dengan tata cara yang, dalam kondisi tersebut menjadi tidak konsisten dengan tujuan semula untuk membawa orang terkait ke hadapan keadilan.” 68. Dengan maksud memastikan penerapan prinsip pelengkap yang dinyatakan dalam pasal 17 paragraf 1, penting artinya untuk menjamin kepatuhan atas “prinsip-prinsip due process seperti yang diakui oleh undang-undang internasional”. Anehnya, Statuta Roma mengenai Pengadilan Kriminal Internasional hanya menyatakan serangkaian hipotesa, dengan asumsi awal bahwa negara “tidak berkeinginan” menangani tindakan kriminal tersebut, tetapi tidak untuk situasi sebaliknya, di mana hak-hak pembelaan secara terang-terangan tidak dipatuhi oleh pengadilan nasional. 69. Dalam kerangka undang-undang nasional, harus pula dilihat bahwa draf revisi undang-undang “yurisdiksi universal” Belgia tahun 1993 membatasi kemungkinan mendaftarkan pengaduan ke dalam dua persyaratan: apabila ada faktor yang jelas mengaitkan dengan Belgia dan apabila pelaku yang didakwa melakukan pelanggaran adalah warga sebuah negara yang tidak mengkategorikan tindakan yang dilaporkan sebagai sebuah pelanggaran atau tidak menjamin persidangan yang adil. 70. Secara lebih umum, konsep “persidangan yang adil” adalah dasar bagi implementasi efektif atas prinsip non bis in idem dan atas kemulusan fungsi perjanjian ekstradisi. Penetapan standar internasional, regional dan nasional, yang mana laporan ini ingin turut berkontribusi di dalamnya, karenanya menjadi teramat penting berkaitan dengan administrasi peradilan melalui tribunal militer. 184
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 71. Laporan ini menunjukkan bahwa administrasi peradilan melalui pengadilan militer secara perlahan mengalami “de-militerisasi” dalam sebuah proses dua arah yang melibatkan batasan yurisdiksinya dan penguatan jaminan atas persidangan yang adil dengan maksud menjadikannya sebagai sebuah “bagian integral dari sistem peradilan umum”. 72. Proses ini memiliki karakteristik berupa kecenderungan-kecenderungan utama seperti di bawah ini: (a) Batasan yurisdiksi pengadilan militer terhadap personel militer dan orangorang yang diperlakukan seperti personel militer dan, sebaliknya, kompetensi yang tidak dimiliki pengadilan tersebut dalam mengadili warga sipil; (b) Pembedaan antara pelanggaran (atau kejahatan) biasa, pelanggaran (atau kejahatan) militer (pelanggaran kriminal militer) dan pelanggaran (atau perilaku buruk) disipliner; (c) Penghapusan tribunal militer di masa damai, dengan memberikan kompetensi kepada pengadilan biasa atau, bila tersisa, kepada pengadilan disipliner; (d) Penguatan jaminan kemandirian dan ketidak-berpihakan pengadilan militer; (e) Pelibatan hakim-hakim sipil dalam komposisi pengadilan militer; 185
- Page 133 and 134: warga sipil, undang‐undang intern
- Page 135 and 136: Pengadilan Hak Asasi Manusia Inter-
- Page 137 and 138: (b) Yang tidak dicakup oleh traktat
- Page 139 and 140: pengadilan sipil yang memiliki komp
- Page 141 and 142: B. Yurisdiksi yang cenderung pada k
- Page 143 and 144: kompetensi kepada pengadilan nasion
- Page 145 and 146: 33. Di banyak negara, para korban t
- Page 147 and 148: atasan mengetahui atau memiliki ala
- Page 149 and 150: xxii A/48/18, paragraf 313 (15 Sept
- Page 151 and 152: ADMINISTRASI PERADILAN Perihal admi
- Page 153 and 154: I. YURISDIKSI PENGADILAN MILITER ..
- Page 155 and 156: seminar pakar semacam itu, dengan m
- Page 157 and 158: 7. Perkembangan “keadilan militer
- Page 159 and 160: pengintegrasian pengecualian itu ke
- Page 161 and 162: 16. Dalam komentar umumnya No 13 ya
- Page 163 and 164: (contoh naik banding yang dikirimka
- Page 165 and 166: 1. Pembedaan antara masa perang dan
- Page 167 and 168: 2. Pembedaan situasi krisis 29. Ter
- Page 169 and 170: diperkenankan adanya pengurangan, d
- Page 171 and 172: 39. Setidaknya, seperti dinyatakan
- Page 173 and 174: seluruh atau sebagian anggota penga
- Page 175 and 176: 48. Prinsip-prinsip ini secara jela
- Page 177 and 178: (di mana pada tahun 1996 mempertany
- Page 179 and 180: B. Organisasi pengadilan militer 57
- Page 181 and 182: kriminal biasa. Review konstitusion
- Page 183: hadapan pengadilan militer serta se
- Page 187 and 188: REKOMENDASI Nº. 1 Tidak adanya kom
- Page 189 and 190: REKOMENDASI Nº. 6 Publisitas pemer
- Page 191 and 192: (b) Sebaliknya, pelanggaran yang di
- Page 193 and 194: Lihat laporan Kevin McNamara, “Ha
- Page 195 and 196: Juga menegaskan bahwa setiap orang
- Page 197 and 198: RANCANGAN PRINSIP-PRINSIP PENGATURA
- Page 199 and 200: internasional tidak diterapkan. Seb
- Page 201 and 202: kondisi yang mendasarinya harus men
- Page 203 and 204: Pasal 40 dan 37 (d) dari Konvensi H
- Page 205 and 206: orang yang diadili atas pelanggaran
- Page 207 and 208: Prinsip No 11 Rezim penjara militer
- Page 209 and 210: dari investigasi awal hingga ke pen
- Page 211 and 212: pengadilan, serta harus dijamin sem
- Page 213 and 214: (c) Memiliki akses pada pemulihan y
- Page 215 and 216: Hukum internasional menerapkan atur
- Page 217 and 218: PRAKTIK-PRAKTIK PERADILAN PIDANA MI
- Page 219 and 220: kesatuan angkatan bersenjata. Sedan
- Page 221 and 222: Kronik Perkembangan Peradilan Milit
- Page 223 and 224: 2000 Mahmil 1-04 Semanggi II untuk
- Page 225 and 226: 2007 2008 2009 Rapat internal IX, D
- Page 227 and 228: akuntabilitas TNI. Masalah ini kian
- Page 229 and 230: penting untuk melakukan evaluasi ek
- Page 231 and 232: undang ini [pada bulan September 20
- Page 233 and 234: 3. 2 Juli 2009 DPR Segera Selesaika
“(c) Proses peradilan tidak (dulu atau sekarang) dijalankan secara independen atau<br />
tidak berpihak, dan (dulu atau sekarang) dijalankan dengan tata cara yang, dalam<br />
kondisi tersebut menjadi tidak konsisten dengan tujuan semula untuk membawa orang<br />
terkait ke hadapan keadilan.”<br />
68. Dengan maksud memastikan penerapan prinsip pelengkap yang dinyatakan dalam<br />
pasal 17 paragraf 1, penting artinya untuk menjamin kepatuhan atas “prinsip-prinsip<br />
due process seperti yang diakui oleh undang-undang internasional”. Anehnya, Statuta<br />
Roma mengenai Pengadilan Kriminal Internasional hanya menyatakan serangkaian<br />
hipotesa, dengan asumsi awal bahwa negara “tidak berkeinginan” menangani<br />
tindakan kriminal tersebut, tetapi tidak untuk situasi sebaliknya, di mana hak-hak<br />
pembelaan secara terang-terangan tidak dipatuhi oleh pengadilan nasional.<br />
69. Dalam kerangka undang-undang nasional, harus pula dilihat bahwa draf revisi<br />
undang-undang “yurisdiksi universal” Belgia tahun 1993 membatasi kemungkinan<br />
mendaftarkan pengaduan ke dalam dua persyaratan: apabila ada faktor yang jelas<br />
mengaitkan dengan Belgia dan apabila pelaku yang didakwa melakukan pelanggaran<br />
adalah warga sebuah negara yang tidak mengkategorikan tindakan yang dilaporkan<br />
sebagai sebuah pelanggaran atau tidak menjamin persidangan yang adil.<br />
70. Secara lebih umum, konsep “persidangan yang adil” adalah dasar bagi<br />
implementasi efektif atas prinsip non bis in idem dan atas kemulusan fungsi perjanjian<br />
ekstradisi. Penetapan standar internasional, regional dan nasional, yang mana laporan<br />
ini ingin turut berkontribusi di dalamnya, karenanya menjadi teramat penting<br />
berkaitan dengan administrasi peradilan melalui tribunal militer.<br />
184