18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

memiliki nuansa praktik persamaan dalam konteks penegakan hukum. Sementara<br />

prinsip equal protection of the law (Pasal 26) lebih bermakna bahwa semua orang<br />

harus diperlakukan setara/sama oleh suatu produk hukum/legislasi. Sementara itu,<br />

perlakuan sama/setara bukan berarti bentuk perlakuannya harus identik. Makna dari<br />

prinsip ini adalah suatu perlakuan yang sama harus diterapkan kepada suatu fakta<br />

yang polanya sama dan perlakuan yang berbeda harus diterapkan pada suatu fakta<br />

yang polanya berbeda.<br />

Sistem peradilan yang berlaku untuk mengadili suatu kelompok khusus menimbulkan<br />

dua problem. Pertama, akan terjadi diskriminasi bagi seorang personel militer yang<br />

diadili oleh suatu tribunal militer bila jaminan prinsip fair trial minim atau tidak<br />

terpenuhi. Personel militer sebagai bagian dari warga negara, memiliki hak asasi yang<br />

setara dengan warga sipil lainnya, termasuk bila mereka menjadi tersangka dalam<br />

suatu proses peradilan. Kedua, akan terjadi praktik ’pengistimewaan’ atau privilese<br />

bagi personel militer di atas jangkauan hukum bila jaminan prinsip independensi,<br />

kompetensi, dan imparsialitas sistem peradilan militer ini tidak terpenuhi, di mana<br />

akan berujung pada langgengnya praktik impunitas.16 Keduanya ini merupakan<br />

cakupan masalah dari ketentuan Pasal 26 ICCPR, yang mengatur soal asas persamaan<br />

perlindungan oleh hukum (equal protection of the law), yang secara tekstual berbunyi:<br />

18<br />

“Semua orang berkedudukan sama di hadapan hukum dan berhak atas<br />

perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun. Dalam hal ini<br />

hukum harus melarang diskriminasi apapun, dan menjamin perlindungan<br />

yang sama dan efektif bagi semua orang terhadap diskriminasi atas dasar<br />

apapun seperti ras, warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau<br />

pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau<br />

status lain.”<br />

Meski instrumen HAM internasional tidak pernah secara eksplisit melarang suatu<br />

sistem peradilan oleh administrasi militer, kritik terhadapnya terus berkembang dan<br />

berbagai badan HAM internasional mengembangkan tafsir terbatas terhadap<br />

yuridiksinya. Paling tidak berdasarkan studi yang dibuat oleh para ahli di bawah<br />

mandat Komisi HAM PBB, peradilan militer cenderung bermasalah dalam konteks<br />

isu hak asasi manusia.17<br />

16<br />

Emmanuel Decaux, Issue of the Administration of Justice Through Military Tribunals,<br />

E/CN.4/Sub.2/2003/4, paragraf 64.<br />

17<br />

Studi yang cukup komprehensif dimulai pada tahun 2001, ketika Sub-Komisi Promosi dan<br />

Proteksi HAM (Komisi HAM PBB) meminta seorang ahli, Mr. Louis Joinet untuk melakukan<br />

studi terhadap evolusi administrasi keadilan lewat tribunal militer, Issue of the Administration<br />

of Justice Through Military Tribunals, E/CN.4/Sub.2/2002/4, 9 Juli 2002. Studi ini kemudian<br />

dikembangkan lagi oleh ahli yang lain, Mr. Emmanuel Decaux hingga tahun 2006.<br />

Sebelumnya, sejak tahun 1960-an terdapat tiga studi ahli yang mempelopori kaitan antara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!