18.04.2013 Views

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

16<br />

BAB II<br />

PERSPEKTIF HUKUM HAM TENTANG PERADILAN MILITER<br />

II. 1. Evolusi Sistem Peradilan Militer dan Hak Asasi Manusia<br />

Tidak ada larangan yang ekpslisit dari instrumen hukum HAM internasional tentang<br />

eksistensi peradilan militer. Namun demikian, evolusi instrumen HAM internasional<br />

semakin membatasi lingkup dan yuridiksi peradilan militer secara gradual. Studistudi,<br />

tafsir legal, keputusan badan-badan HAM, dan praktik-praktik di tingkat<br />

nasional di berbagai negara semakin ke arah ”demiliterisasi” administrasi keadilan<br />

berdasarkan peradilan militer; bahkan dengan target jangka panjang abolisi sistem ini<br />

di masa damai.10 Beberapa negara di dunia telah menghapus sistem peradilan<br />

militernya di masa damai, baik negara-negara demokrasi mapan maupun negaranegara<br />

yang sedang menjalani transisi demokrasi. Austria, Denmark, Italia, Belanda,<br />

Jepang, Senegal, Guinea, Prancis, Jerman, Norwegia, Swedia, Republik Ceko,<br />

Hungaria, Kroasia, Estonia, dan Slovenia. Abolisi di masa damai ini diatur oleh<br />

konstitusi atau suatu undang-undang. Hal ini wajar mengingat ada kecenderungan<br />

global terjadinya transisi dari rezim yang militeristik –di mana sistem peradilan<br />

militernya menjadi salah satu instrumen represi- menuju rezim sipil yang lebih<br />

demokratik.<br />

Berbagai kesepakatan umum para ahli saat ini menyatakan bahwa peradilan militer<br />

merupakan suatu bentuk administrasi peradilan yang sepenuhnya dilakukan oleh<br />

personel militer, dibentuk atas dasar suatu undang-undang, dengan yuridiksi atas<br />

personel militer yang melakukan suatu pelanggaran kode hukum (disiplin) militer.<br />

Bisa juga dinyatakan sebagai peradilan militer bila suatu hakim sipil dilibatkan<br />

sebagai penasehat atau bahkan dalam putusan. Bahkan tetap merupakan suatu<br />

peradilan militer bila mayoritas hakimnya adalah orang sipil bila terdakwanya adalah<br />

seorang anggota militer. Namun bila seluruh panel hakimnya adalah orang sipil<br />

sementara terdakwanya adalah anggota militer, sistem tersebut bisa dibilang sebagai<br />

sistem peradilan sipil umum.11<br />

10<br />

Emmanuel Decaux, Issue of the Administration of Justice Through Military Tribunals,<br />

E/CN.4/Sub.2/2003/4, paragraf 53.<br />

11<br />

Peter Rowe, The Impact of Human Rights Law on Armed Forces, Cambridge University<br />

Press, New York, 2006, hal. 95.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!