menerobos%20jalan%20buntu

menerobos%20jalan%20buntu menerobos%20jalan%20buntu

18.04.2013 Views

militer tidak boleh memiliki kompetensi untuk mengadili pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata atau polisi, dan bahwa tindakan semacam itu harus diselidiki dan dituntut oleh pengadilan biasa. Pendekatan yang sama juga dapat ditemukan dalam kesimpulan observasi Komite Anti Penyiksaan (Kolombia, Guatemala, Yordania, Peru, Portugal dan Venezuela) dan Komite Hak Anak (Kolombia). 3. Posisi mekanisme Komisi Hak Asasi Manusia 22. Saat ini juga sedang tumbuh konsensus mengenai perlunya mengecualikan pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata atau polisi dari yurisdiksi pengadilan militer, dan untuk tidak menganggap pembunuhan di luar proses hukum, penyiksaan dan penghilangan paksa sebagai pelanggaran militer atau tindakan‐tindakan yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas. Inilah posisi yang dipegang oleh orang‐orang yang bertanggung jawab atas prosedur khusus sebagai berikut: Pelapor Khusus untuk pembunuhan di luar proses hukum, pembunuhan singkat dan sewenang‐wenang, Pelapor Khusus untuk penyiksaan, Pelapor Khusus untuk kemandirian para hakim dan pengacara, Perwakilan Khusus Sekretaris Jendral untuk El Salvador, Kelompok Kerja untuk Penghilangan Paksa, Kelompok Kerja untuk Penahanan Sewenang‐Wenang, Perwakilan Khusus Sekretaris Jendral untuk situasi pembela hak asasi manusia, Perwakilan Khusus Komisi Hak Asasi Manusia untuk pengawasan situasi hak asasi manusia di Equatorial Guinea dan para pakar independen mengenai situasi hak asasi manusia di Guatemala dan Somalia. 4. Evolusi standar nasional 23. Saat ini semakin banyak negara yang mengadopsi legislasi yang mengecualikan yurisdiksi pengadilan militer dalam hal pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata atau polisi. Di beberapa negara, konstitusi dan undang‐undang fundamental menyatakan bahwa hanya 138

pengadilan sipil yang memiliki kompetensi untuk mengadili personel militer yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia, seperti halnya di Bolivia (pasal 34), Haiti (pasal 42.3) dan Venezuela (pasal 29). Di negara‐negara lain, pengecualian ini dibuat di bawah undang‐undang biasa atau undang‐undang militer: Kolombia (Militer Penal Code dan Act on Genocide, Enforced Disappearances, Torture and Illicit Displacement of Populations), Guatemala (Dekrit No 41 Tahun 1996) dan Nikaragua. 139

militer tidak boleh memiliki kompetensi untuk mengadili pelanggaran berat hak asasi<br />

manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata atau polisi, dan bahwa<br />

tindakan semacam itu harus diselidiki dan dituntut oleh pengadilan biasa.<br />

Pendekatan yang sama juga dapat ditemukan dalam kesimpulan observasi Komite<br />

Anti Penyiksaan (Kolombia, Guatemala, Yordania, Peru, Portugal dan Venezuela) dan<br />

Komite Hak Anak (Kolombia).<br />

3. Posisi mekanisme Komisi Hak Asasi Manusia<br />

22. Saat ini juga sedang tumbuh konsensus mengenai perlunya mengecualikan<br />

pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan<br />

bersenjata atau polisi dari yurisdiksi pengadilan militer, dan untuk tidak menganggap<br />

pembunuhan di luar proses hukum, penyiksaan dan penghilangan paksa sebagai<br />

pelanggaran militer atau tindakan‐tindakan yang dilakukan dalam rangka<br />

melaksanakan tugas. Inilah posisi yang dipegang oleh orang‐orang yang bertanggung<br />

jawab atas prosedur khusus sebagai berikut: Pelapor Khusus untuk pembunuhan di<br />

luar proses hukum, pembunuhan singkat dan sewenang‐wenang, Pelapor Khusus<br />

untuk penyiksaan, Pelapor Khusus untuk kemandirian para hakim dan pengacara,<br />

Perwakilan Khusus Sekretaris Jendral untuk El Salvador, Kelompok Kerja untuk<br />

Penghilangan Paksa, Kelompok Kerja untuk Penahanan Sewenang‐Wenang,<br />

Perwakilan Khusus Sekretaris Jendral untuk situasi pembela hak asasi manusia,<br />

Perwakilan Khusus Komisi Hak Asasi Manusia untuk pengawasan situasi hak asasi<br />

manusia di Equatorial Guinea dan para pakar independen mengenai situasi hak asasi<br />

manusia di Guatemala dan Somalia.<br />

4. Evolusi standar nasional<br />

23. Saat ini semakin banyak negara yang mengadopsi legislasi yang<br />

mengecualikan yurisdiksi pengadilan militer dalam hal pelanggaran berat hak asasi<br />

manusia yang dilakukan oleh anggota angkatan bersenjata atau polisi. Di beberapa<br />

negara, konstitusi dan undang‐undang fundamental menyatakan bahwa hanya<br />

138

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!