You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri #3<br />
Pemidanaan, Pidana dan Tindakan dalam Rancangan KUHP<br />
menyatakan bahwa jika suatu tindak pidana diancam dengan pidana pokok secara<br />
alternatif, maka penjatuhan pidana pokok yang lebih ringan harus lebih diutamakan<br />
apabila hal itu dipandang telah sesuai dan dapat menunjang tercapainya tujuan<br />
pemidanaan. 71<br />
Dikaitkan dengan penerapan hukuman mati dengan tujuan pemidanaan sebagaimana<br />
diatur dalam Pasal 54, penerapan hukuman mati ini sangat tidak sesuai dengan tujuan<br />
pemidanaan yang hendak dicapai. Sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pemidanaan,<br />
yakni tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia,<br />
hukuman mati ini justru merendahkan dan menderitakan martabat manusia. Nampak<br />
bahwa pencantuman pidana mati ini sebetulnya tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan<br />
dimana penghukuman bukan merupakan pembalasan.<br />
Ketentuan mengenai hukuman mati ini cenderung melemahkan semangat dari tujuan<br />
pemidanaan yang diorientasikan kepada rehabilitasi atau pemidanaan narapidana<br />
sebagaimana dituntut dalam masyarakat modern. 72 Bahkan para ahli hukum pidana aliran<br />
klasik sekalipun ada penolakan terhadap hukuman mati, misalnya Cesare Beccaria dan<br />
Jeremy Bentham yang menolak hukuman mati. Beccaria secara tegas menolak pidana<br />
mati karena dengan alasan bahwa pidana mati tersebut tidak dapat mencegah orang untuk<br />
melakukan tindak pidana dan bahkan mencerminkan kebrutalan dan kekerasan, selain itu<br />
dia juga berpendapat bahwa pidana mati menggoncangkan dan merusak perasaan moral<br />
masyarakat yang keseluruhan akan melemahkan moralitas umum. Jeremy Bentham<br />
menyatakan bahwa hukum pidana jangan dijadikan sarana pembalasan tetapi untuk<br />
mencegah kejahatan. Mengenai pidana mati, pandangan Bentham juga menyatakan<br />
bahwa pidana mati yang disertai kekejaman dan kebrutalan luar biasa tidak merupakan<br />
pidana yang memuaskan karena ia menciptakan penderitaan yang lebih besar daripada<br />
yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut. 73<br />
Di samping itu, masih dicantumkannya hukuman mati ini yang tidak sesuai dengan<br />
tujuan pemidanaan, hukuman mati ini juga bertentangan dengan beberapa ketentuan<br />
dalam UUD Amandemen Kedua yang menegaskan tentang jaminan konstitusional<br />
terhadap hak atas hidup. Bahkan UUD menyebutkan hak ini sebagai hak asasi yang tidak<br />
dapat dikurangi dalam kondisi apapun dan dengan alasan apa pun (non derogable rights).<br />
71 Penjelasan Pasal 60 RKUHP : Meskipun hakim mempunyai pilihan dalam menghadapi umusan pidana yang<br />
bersifat alternatif, namun dalam melakukan pilihan tersebut hakim senantiasa berorientasi pada tujuan pemidanaan,<br />
dengan mendahulukan atau mengutamakan jenis pidana yang lebih ringan apabila hal tersebut telah memenuhi tujuan<br />
pemidanaan.<br />
72 Dalam masyarakat modern, sebagaimana dinyatakan oleh Durkheim, masyarakat modern yang heterogen<br />
dan penuh diferensiasi, hukum represif tidak lagi berfungsi secara dominan dimana perannya akan digusur dan banyak<br />
digantikan oleh hukum restitutif yang menekankan arti penting restitusi, pemulihan dan kompensasi untuk menjaga<br />
kelestarian masyarakat. Lihat : Soetandyo Wignyosoebroto, Perspektif Teoritik Para Perintis Sosiologi Hukum dari<br />
Masa Belahan Akhir Abad XIX dan Awal Abad XX, Penataran Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial dalam Kajian Hukum, FH<br />
UI, 10 September 1992.<br />
73 Muladi, op.cit., hlm. 31-31.<br />
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, <strong>ELSAM</strong> 29